14 - One

1.6K 166 9
                                    

Hermione sampai di kamarnya. Langsung saja ia menghempaskam tubuhnya ke kasur. Kepalanya berdenyut hebat memikirkan rivalnya yang sudah mulai berhubungan dengan Lemari Penghilang. Mau tak mau, tugasnya bertambah sulit mulai dari sekarang. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar Draco mengulur perbaikan lemari sialan itu. Rasanya hampir mustahil dilakukan.

Ia bangkit, kemudian duduk di tepi ranjang. Melihat ranjang-ranjang sampingnya yang kosong. Murid lain mungkin sedang makan malam saat ini.

"Makan malam!" Teriak Hermione.

Entah sudah berapa lama ia melamun tadi. Yang jelas, makan malam sudah dimulai sekitar dua puluh menit lalu. Atau mungkin 30 menit. Ia berlari menuju aula besar dengan penuh harap agar tidak ketinggalan makan malam hari ini. Bagaimanapun juga, cacing-cacing perutnya sudah berteriak minta makan sedari tadi.

Belum sampai di aula besar, Hermione sudah berhenti. Ia melihat murid-murid keluar sembari mengucapkan pujian kepada para peri rumah yang telah menyajikan makanan dengan rasa fantastis. Sebagian lagi berbicara dengan mengusap-usap perutnya yang membesar akibat melahap beribu-ribu kalori.

"Merlin! Aku ketinggalan makan malam! Aku lapar!!" Teriak Hermione saat murid-murid sudah melewatinya.

Ia berbalik dan berjalan dengan langkah gontai. Kedua ujung bibirnya tertarik ke bawah.

"Ambil."

Hermione berbalik saat mendengar sebuah suara. Sebuah tangan terulur kepadanya. Di telapak tangan tersebut, terdapat dua buah kue muffin dengan blueberry diatasnya. Sontak saja tangan Hermione mengambil kue tersebut dan memakannya.

Sambil memakan kue tersebut, Hermione bergumam dalam hati, "Apa kue ini beracun? Bagaimanapun juga, yang memberikan ini adalah Malfoy."

Ia berhenti mengunyah dan menyelesaikan pikirannya, "Tunggu.. yang memberikan kue ini.."

"Malfoy!!!!" Teriak Hermione kencang.

Draco menutup kedua lubang telinganya sambil meringis, "Apa-apaan kau? Sudah untung ku beri kue ini, malah mau membunuhku dengan suara jelekmu itu. Dasar mudblood tak tahu terima kasih!"

Hei.. itu kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan padaku.

Draco melengang pergi bersamaan dengan datangnya angin dari jendela yang terbuka. Hermione merasa sedikit bersalah karena itu. Tunggu sebentar, kenapa ia merasa bersalah?

***

Lemari penghilang.

Lemari penghilang.

Lemari penghilang.

Tinggal beberapa sentuhan kecil, dan lemari pembawa petaka itu sudah selesai perbaikannya. Draco menghembuskan napas panjang dan senyum merekah dibibirnya. Ah senangnya melihat satu tugas akan terselesaikan. Akan..

Mungkin tak ada yang lebih penting malam ini dibandingkan dengan berbaring di tempat tidur dan menghadap ke jendela yang menampilkan hujan diluar kastil. Lupakan tugas sekolah. Bagi Draco, it doesn't exist anymore. Kalau saja ada murid Ravenclaw berani dengannya, sudahlah. Habis riwayat Draco. Dan untungnya, hal itu tidak akan pernah terjadi.

Draco beringsut turun dari tempat tidurnya. Sepertinya hawa dingin dari luar kastil sudah menggelayuti tubuhnya. Segera saja ia menuju perapian di ruang rekreasi Slytherin. Disana, tak ada seorangpun yang terlihat duduk atau tertidur. Mungkin semua berada di kamar mereka masing-masing. Terlelap di bawah selimut yang menghangatkan badan. Meski begitu, perapian masih menyala. Menandakan baru ada murid yang disini.

Draco merebahkan tubuhnya di sofa dekat perapian. Hangatnya bara-bara api menjalar menggantikan dingin yang tadi menyerang. Nyaman. Itulah yang dirasakan si-rambut-pirang. Maka dari itu, matanya lekas tertutup. Kesadarannya hilang dengan cepat. Ia tertidur.

***

There it is..

A lil update setelah satu tahun ahaa.

I'm so sorry.

Masih pada baca kan? 

(Bukan) Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang