11 - Olivia Kendra

1.8K 190 2
                                    

"Apa ada sepuluh lusin anak bermarga Kendra disini?" Keluh Daphne saat kelompok 7 di absen satu-persatu.

"Di setiap kelompok ada Kendra. Dan mereka semua tahun ke enam! Itu berarti mereka kembar!" Lanjutnya.

"Hei.. aku Olivia. Olivia Kendra," salah seorang anggota kelompok Daphne menyapanya.

"Gosh! Ada berapa saudara kembarmu sebenarnya?" Teriak Daphne.

Hermione menengahi, "Sudahlah! Memangnya kenapa kalau keluarga Kendra disini? Ini Beauxbatons, bukan Hogwarts. Sungguh tak sopan!"

"Shut up, mudblood!"

Olivia angkat bicara, "Sudah.. sudah.. tak apa. Ada 2 Kendra di tahun pertama, 6 di tahun kedua, 1 di tahun ketiga, 7 di tahun keempat, 2 di tahun kelima, 10 di tahun keenam, 4 di tahun ketujuh, dan 3 yang baru lulus."

Hermione sedikit tercengang. Koreksi, hilangkan saja kata sedikit. Bayangkan saja memiliki 35 anak. Itu berarti satu rumah dihuni 37 orang? Wow. Itu pun belum kakek atau neneknya. Astaga..

"Orang tuamu berpikir membuat negara sendiri atau apa? Oh demi celana Merlin!"

"Celana Merlin sedang di cuci, kau tahu?" Celetuk Olivia kesal.

Semua yang sejak tadi memperhatikan, kini tertawa keras. Sampai-sampai Madame Maxime sendiri yang harus mendiamkan mereka dengan 'sedikit' ancaman, akan di keluarkan dari sekolah. Apakah itu termasuk ancaman besar? Tidak bukan? Tentu tidak. Melainkan, ancaman yang sangat besar. Tapi Daphne terlihat tenang-tenang saja.

"Apa mungkin Greengrass berkata pada dirinya sendiri, "Hai ancaman besar.. aku punya celana Merlin yang jauh lebih besar?" ?" Pikir Hermione dalam hati.

Olivia sedikit menahan tawa. Hermione memandangnya heran. Siapa juga yang tak heran ketika ada seorang yang menertawakan.... ehm.. diri sendiri.

"Aku menertawakan pikiranmu," Bisik Olivia.

"Hah?"

"Iya, namamu Hermione Granger? Salam kenal Hermione. Dan fyi, aku bisa memasuki pikiran orang sesukaku. Tapi memang ada beberapa orang dengan kemampuan alami yang tak bisa kumasuki."

Hermione hanya ber-o panjang. Sejujurnya, ia takut. Takut bagaimana kalau ia sedang memikirkan suatu rahasia besar, lalu Olivia mengetahuinya. Seperti rahasia Dumbledore, misalnya? Ah.. Dumbledore. Hermione sampai lupa tentang itu. Sekarang, ia dan Draco sedang jauh. Lantas bagaimana cara mendekatinya? Seharusnya dia senang. Tapi mengingat Dumbledore... rasanya berat.

"Bakat alami seperti apa yang tak bisa kau tembus?" Tanya Hermione penasaran.

Kendra diam sejenak, "Anak yang lahir dengan bakat tertentu. Bakat yang tak ia sadari. Kebanyakan dari mereka berambut pirang, namun itu bukan ciri khasnya. Adikku, Stephanie, punya bakat ini tapi rambutnya hitam legam. Dan sahabatku, Miley, rambutnya pirang tapi ia tak punya bakat ini."

"Bakat seperti ini biasa disebut Ge bila di Prancis. Sedangkan orang yang punya Ge biasa disebut Gerald. Para Gerald bukan seperti orang biasa. Jika mereka di benci, akan benar-benar di benci. Tapi jika mereka disukai, akan benar-benar disukai. Kau mau tahu? Salah satunya temanmu. Kemarin aku mendengar salah seorang murid memanggilnya Lovegood," lanjutnya.

"Luna? Luna Lovegood?" Hermione benar-benar penasaran kali ini.

Olivia mengangguk. Luna. Ya, memang ia tak seperti murid lain. Ia... dibenci. Ia dijauhi. Dan ia dianggap gila. Tapi hebatnya, ia memiliki kemampuan khusus. Andai yang lain sadar kalau Luna adalah Gerald. Tak mungkin dijauhi kan? Tapi tak apa. Dijauhi membuat Luna tahu siapa teman yang benar-benar setia.

"Lalu bagaimana cara orang biasa, maksudku bukan Gerald, untuk menghindari orang sepertimu memasuki pikiran? Sungguh, itu tak nyaman."

Kendra tertawa, "Oh ya? Maaf membuatmu tak nyaman. Ada satu cara untuk menjauhkan Quinable dari pikiranmu."

"Tunggu, apa itu Quinable?" Potong Hermione.

"Orang yang bisa membaca pikiran. Caranya adalah.. Kau harus memakan daun Maple yang usianya baru seminggu. Satu daun untuk mencegah Quinable selama satu tahun. Mudah bukan?"

Hermione diam. Berpikir sejenak. Daun maple yang usianya seminggu? Memangnya ia pengamat pepohonan? Oh Merlin, tentu saja bukan. Dan membayangkan bagaimana rasa daun.. gosh! Ia akan bertranformasi menjadi kambing sepertinya. Si Granger, Kambing pengamat pepohonan. Yah, lihat saja nanti, Slytherin pasti akan menggunakan panggilan itu.

Saat ini, Hermione dan kelompoknya sudah berjalan menyusuri hutan untuk mencari bahan-bahan tugasnya. Sampai saat ini pun tak henti pula ia memikirkan Kambing pengamat pohon, Daun maple usia seminggu, Quinable, Ge, Gerald, dan Dumbl-- lupakan saja yang terakhir. Hermione tak mau Olivia tahu masalah ini.

"Kau tak perlu bingung, Hermione. Di dunia sihir Eropa, Daun maple yang berusia seminggu sudah diberi tanda. Di hari keenam malam usia daun, ada segerombolan penyihir yang menempel tiga bintik merah pada setiap ujung daunnya. Dan jika sudah memasuki hari kedelapan, bintik itu akan hilang dengan sendirinya. Jadi tak perlu bingung. Apalagi menjadi pengamat pohon. Atau.. kau bisa menggunakan mantra pemanggil," jelas Olivia.

Ahh.. Hermione lupa soal Accio. Benar juga, menggunakan mantra pemanggil lebih cepat. Kenapa tiba-tiba ia menjadi bodoh seperti ini? Dan.. tadi Olivia bilang di dunia sihir Eropa. Itu berarti seluruh dunia sudah tahu? Apa hanya dia yang belum tahu? Ternyata Nona-Tahu-Segala tak selamanya tahu segala. Mengenaskan.

"Bukan kau saja yang belum tahu masalah ini. Semua murid memang belum tahu, kecuali para Quinable itu sendiri. Setelah bekerja, barulah boleh diberitahu. Jadi, jangan beritahukan ini kepada siapapun, oke?"

Setelah menjelaskan, Olivia merogoh sakunya dan mengeluarkan bungkusan kecil nan tipis, kemudian menyodorkannya kepada Hermione. Hermione membuka bungkusan itu. Ternyata isinya adalah daun maple dengan tiga bintik merah di ujungnya. Setelah ucapan terima kasih keluar dari mulut Hermione, ia langsung memakan daun tersebut.

Hermione mengernyit dan memejamkan mata, bereaksi terhadap rasa daun itu kalau-kalau rasanya pahit. Satu detik ... dua detik ... ia membuka mata. Rasanya tak pahit. Sama sekali tidak pahit. Rasanya hampir mirip seperti lollipop. Manis. Sangat manis. Mungkin efek dari bintik merah yang menempel itu.

"Bintik merah itu memang manis. Jika itu dimakan, semua yang ada dimulut akan menjadi manis. Contohnya, kau meminum ramuan paling pahit sedunia, dan menambahkan bintik merah itu. Ramuannya pasti akan manis," kata Olivia.

"Sungguh? Dimana mendapatkan bintik ini? Aku juga mau," tanya Hermione.

"Ada ladang bintik merah ini di Utara. 200 mil arah utara dari kastil Durmstrang. Disana satu-satunya ladang dan toko bintik ini. Harganya pun sangat mahal. Menteri sihir mengeluarkan surat khusus untuk mengambil bintik ini secara cuma-cuma. Hanya untuk ditempel di daun maple."

"Yasudah, kenapa tidak mengambil yang sudah tertempel di daun saja?" Balas Hermione sok tahu.

"Tidak bisa. Yang sudah tertempel, tak bisa dilepaskan lagi. Dan, khasiat suatu makanan, minuman, atau ramuan yang dikonsumsi bersama bintik ini akan hilang. Hanya maple yang tak terpengaruh."

Oke, si Nona-Tahu-Segala ternyata memang tahu segala. Apalagi kini ia menjadi satu-satunya murid yang bukan Quinable, yang tahu tentang adanya kemampuan merasuki pikiran orang. Memang Voldemort juga bisa, namun ia tak seperti Quinable. Korban Voldemort, Harry misalnya, akan tahu jika Voldemort merasuki pikirannya. Sedangkan Quinable, korbannya tak akan tahu. Sepertinya menyenangkan menjadi Quinable.

---

Oke, maafkan kalo jadi ngawur gini. Apalah ini ada Quinable, Ge, Gerald, dll itu. Ada kata-kata, langsung tulis aja dah.

Keep Reading ^^

(Bukan) Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang