Sevian tumbuh dalam bayang-bayang sunyi, tak terlihat, seolah tak diinginkan.
Semuanya bermula pada hari sang Mommy membawa pulang seorang anak perempuan.
Seharusnya hari itu menjadi awal yang indah bagi keluarga mereka. Tapi bagi Sevian, itu adalah awal dari neraka.
Gadis kecil itu tampak manis dan polos di mata orang dewasa.
Tapi ketika tak ada yang melihat, ia berubah menjadi duri yang menyakitkan.
Ia memfitnah Sevian, membuatnya dihukum, dipukul, bahkan dikurung.
Dan yang paling menyakitkan semua orang mempercayainya.
Namun Sevian tetap diam.
Tetap membantu, tetap menjaga, tetap berharap.
Karena jauh di lubuk hatinya, yang ia inginkan hanya satu dicintai.
Bukan karena ia memilih untuk menghilang, tapi karena dunia terutama keluarganya seolah tak pernah menginginkannya.
Daddy dan Mommy selalu sibuk. Sibuk bekerja. Sibuk bepergian. Sibuk menjauh.
Mereka jarang menatap mata Sevian. Tak pernah bertanya, "Apa kabar hari ini?"
Suatu ketika, Sevian bertanya lirih,
"Kenapa kalian selalu sibuk?"
Dan jawabannya menghujam hati
"Karena pekerjaan lebih penting."
Kedua kakaknya yang kembar pun tak berbeda.
Mereka nyaris tak pernah berbicara padanya.
Tak peduli saat Sevian sakit, sedih, bahkan saat ia tak pulang. Seolah keberadaannya tak berarti. Tak terlihat.
Hingga suatu hari, Sevian mendengar sesuatu yang tak pernah bisa ia lupakan.
Sang Mommy, bercakap dengan teman-temannya, berkata dengan suara tenang namun menghancurkan
"Sebenarnya aku ingin anak perempuan. Tapi setelah Sevian lahir... aku tak bisa hamil lagi."
Saat itu semuanya menjadi jelas.
Apakah karena kelahirannya Mommy kehilangan harapan memiliki anak perempuan?
Apakah itu alasan ia diabaikan?
Sang Daddy pun pernah berkata kecewa,
"Dia berbeda dari yang kami harapkan. Kakak-kakaknya tangguh dan berani. Tapi Sevian? Terlalu lembek. Dunia tidak ramah untuk orang seperti dia."
Padahal, tak ada yang tahu... Sevian adalah anak jenius.
Dalam diamnya, ia melindungi keluarga. Menyelesaikan masalah mereka. Menyelamatkan kehormatan mereka.
Semua dilakukan tanpa suara. Tanpa pujian. Tanpa ucapan terima kasih.
"Kenapa kalian tidak bisa mencintaiku?"hmmm
Pertanyaan itu selalu bergema dalam sunyi.
Hari itu, keluarga bersiap liburan.
Tawa. Bercanda. Koper-koper disusun.
Tak satu pun dari mereka mengajak Sevian.
"Ayo cepat, waktunya mepet!" seru sang Daddy.
Dan Sevian hanya berdiri di depan pintu
menatap mereka pergi, dengan mata berkaca dan dada sesak menahan luka yang tak pernah bisa ia beri nama.
Namun takdir punya caranya sendiri.
Saat keluarga itu tertawa di vila mewah,
mansion mereka diserang oleh musuh lama.
Dan siapa yang ada di sana?
Sevian. Seorang diri.
Ledakan mengguncang malam. Api melahap Mansion.
Namun sebelum semuanya hancur, kebenaran akhirnya muncul ke permukaan
Gadis kecil yang mereka manjain ternyata adalah musuh yang menyamar.
Dan Sevian dialah yang selama ini melindungi mereka. Tanpa pamrih.
Penyesalan pun datang menghantam. Terlambat.
Di hadapan puing-puing Mansion, mereka hanya bisa menunduk menyesal bahwa Sevian telah tiada.
Yang tak mereka tahu, Sevian selamat.
Ia ditemukan oleh keluarga ternama yang menatapnya dengan kasih, menyentuhnya dengan cinta, dan menerimanya sebagai bagian dari mereka.
Kini, tinggal satu pertanyaan tersisa:
Akankah keluarga lamanya menyadari Sevian masih hidup?
Atau... biarkan mereka hidup dalam penyesalan yang tak akan pernah terobati?
YOU ARE READING
SEVIAN VELMORE [END]
Teen FictionTak diinginkan. Difitnah. Disakiti. Namun Sevian tetap mencintai keluarganya hingga mereka meninggalkannya dalam kobaran api... Saat kebenaran terungkap, hanya penyesalan yang tersisa. Tapi... benarkah Sevian telah tiada? Keluarga Sevian menyesal se...
![SEVIAN VELMORE [END]](https://img.wattpad.com/cover/396176657-64-k17067.jpg)