Vote and Komen, jangan jadi sider deh.
"Hhh.."
Bisikan-bisikan kecil terdengar di lorong kedatangan internasional. Pemuda itu berdiri paling belakang dalam antrean, sesekali membetulkan jaketnya, malas.
Pandangannya menyapu sekeliling. Bandara hari ini benar-benar padat, ribut dan penuh sesak.
Teriakan dari kejauhan menarik perhatiannya.
"Tuan Tara! Saya di sini!"
Suara itu datang dari seorang pria paruh baya dengan koper besar, berlari setengah panik ke arahnya. Tara hanya mengangguk kecil dan tersenyum tipis.
Ia melangkah lebih dulu, membiarkan asistennya, Hugo, tergopoh-gopoh di belakang sambil menyeret koper.
"Kau sangat lama, Gogo"
"Berhenti memanggil saya seperti itu, tuan!!"
...
Di sisi lain kota, suasana ruang tamu mansion keluarga Jasper sedang ribut-ributnya. Empat cowok remaja tergolek santai di depan televisi, sibuk bertarung di game konsol.
"WOY! Siapa yang lempar granat barusan?!" Tagama teriak keras, nyaris bangkit dari sofa.
"Itu Kapill!" Bumi langsung menuduh tanpa mikir.
"Eh bukan gue!" Kafeel nyengir. "Si Reyon anjir!"
Reyon yang mendengar hanya angkat tangan tanpa dosa. "Main aja napa, ribet banget lo pada."
"Udah, udah!" Shion berseru sambil nge-revive karakter Tagama di game. "Tenang dulu, nih gua bantuin."
Bumi langsung ngakak. "Fix si Shion MVP. Lo dewa hidup tim kita."
Shion cuma memutar mata malas, tapi matanya melirik para pelayan yang lalu lalang lebih sibuk dari biasanya. Ada yang bawa bunga, ada yang ngepel ulang lantai padahal udah kinclong.
Dengan bingung, Shion noleh ke kepala pelayan yang baru lewat. "Bi, ini mau ngapain?"
Kepala pelayan itu berhenti sejenak, lalu menjawab dengan semangat. "Tuan Tara... baru saja tiba di bandara. Kami sedang mempersiapkan penyambutannya, Tuan muda."
Shion melongo. "Tara? Kak Tara?"
"Ya, Tuan muda."
Shion langsung nyender ke sofa dengan napas berat. "Kakak gua pulang... wow."
Tagama nyenggol lengannya. "Hah? Lo punya kakak? Baru denger gua."
"Punya," jawab Shion sambil buang muka. "Anak tengah. Dia dibawa kakek gua ke luar negeri dari gua kecil."
Reyon ketawa pelan. "Lo seneng dong, rumah bakal rame kayaknya."
"Seneng? cih" gumam Shion. "Dulu pas gua demam tinggi lima hari, dia nggak pulang. Sekarang balik dengan santainya. Mau gua sambut pakai petasan apa gimana."
Kafeel diam aja. Semua ikut diem.
....
Begitu suasana berubah jadi canggung, mereka langsung ngarahin obrolan ke topik lain. Untungnya berhasil-nggak lama udah ketawa-ketiwi lagi kayak biasa.
Tapi Shion ngerasa aneh. Beberapa pelayan sama bodyguard mulai berdiri rapih di deket pintu masuk. Shion langsung paham. Kakanya sampai.
Delapan tahun. Gila. Terakhir kali dia liat Kakaknya pas umur 10. Sekarang dia udah 18, dan perasaan itu... campur aduk. Rindu, iya. Tapi marah juga.
Temen-temennya masih heboh sama game yang lagi dimainin. Shion cuma duduk diam, tapi matanya sesekali pandangannya melirik ke arah pintu.
Langkah kaki terdengar.
YOU ARE READING
Precious
Teen Fiction[DIMOHON MENEKAN VOTE BILA MEMBACA] Maeva Arutara Jasper, anak tengah dari pasangan Jasper, akhirnya pulang setelah bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Berpikir hidupnya akan tenang justru dibuat kena mental karena sikap aneh adik bungsu dan kaka...
