Prolog (Bab 0) Benang yang tak terlihat

45 5 1
                                        

"Setiap manusia Terhubung oleh cahaya. Tapi aku.... Sepertinya Tidak."

Hujan turun pelan, seperti gumaman bumi yang lelah. Dari balik jendela berdebu kamar panti asuhan, Alya menatap langit yang tak benar-benar gelap—ada semburat jingga samar di balik awan. Tapi bukan langit yang ia perhatikan.

Matanya, seperti biasa, mencari benang-benang itu.Benang-benang cahaya tipis. Menghubungkan satu manusia dengan yang lain. Ada yang merah hangat. Ada yang biru sejuk. Ada yang abu-abu kusam—tanda luka, mungkin. Semua orang punya. Kecuali dirinya.

Alya menghela napas.
Pelan.
Dingin.

Pintu kamarnya diketuk. Suara familiar mengikuti.

"Alya? Boleh ibu masuk?" suara Bu Santi terdengar lembut, seperti selalu. Tapi hari ini, ada nada yang berbeda—seperti ada sesuatu yang sengaja disimpan.

"Iya, Bu," jawab Alya pelan.

Bu Santi masuk, membawa jaket tua dan senyum yang nyaris seperti permintaan maaf.

"Kamu diminta bantu belanja ke toko seberang jalan. Pak Bram butuh beberapa cat air dan kertas gambar," katanya sambil meletakkan uang lipat di atas meja.

Alya menoleh cepat. "Pak Bram?"

"Iya. Yang tinggal di rumah tua di ujung jalan. Kamu belum pernah ke sana, ya?"

Alya menggeleng pelan. Ia tahu siapa yang dimaksud. Semua anak panti tahu. Orang tua yang jarang bicara, selalu sendirian, dan konon dulunya pelukis terkenal sebelum 'sesuatu' terjadi. Tidak ada yang tahu apa. Yang jelas, rumah itu selalu sunyi. Seperti pemiliknya.

"Kenapa aku?" tanya Alya akhirnya.

"Karena... kamu satu-satunya yang mau dengar."Bu Santi menatapnya sebentar. "Kadang, orang-orang yang terlihat paling diam... justru bisa mengerti suara yang tak terdengar." 

Alya tidak mengerti, tapi ia tidak bertanya lagi.

Satu jam kemudian, ia berdiri di depan pagar besi berkarat. Rumah itu tua, nyaris tertelan tanaman liar. Tapi di balik kaca jendela, ia melihatnya. Sosok Pak Bram. Duduk diam. Menatap kosong ke arah kanvas putih. Dan saat Alya melihat ke arahnya...

Tidak ada benang.

Sama sekali tidak ada.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Alya melihat seseorang yang sama sepi dengan dirinya.
Dan entah kenapa, hatinya... terasa sedikit lebih ringan.

"Mungkin," bisiknya pada dirinya sendiri, "aku tidak sendirian."

To be continued...


Simpul CahayaМесто, где живут истории. Откройте их для себя