POV Lee Haryun
Pagi itu, Haryun duduk di ruang utama, mengenakan jubah merah emas kebesaran pangeran mahkota. Di hadapannya, berdiri Raja Lee Hojin — ayahnya, yang selama ini hanya memandangnya dingin.
"Haryun," suara sang Raja terdengar tegas, dingin, seperti pedang yang siap menusuk. "Aku mendengar desas-desus. Kau terlalu dekat dengan pengawalmu. Terlalu lunak."
Haryun mengangkat alis, tersenyum tipis. "Ayah, tanpa pengawal itu, aku sudah mati. Kudeta sudah merenggut segalanya. Kau seharusnya bersyukur aku masih hidup."
Raja Hojin menatapnya tajam. "Jangan bermain kata denganku. Kau tahu aturan istana. Tidak ada tempat untuk cinta bodoh di antara garis keturunan kerajaan."
---
POV Kang Jiseok
Di luar ruangan, Jiseok berdiri mendengarkan dari balik pilar. Dada sesak. Aku hanya pengawal. Sampai kapan pun aku hanya bayang-bayang di belakangnya.
Namun, ketika dia hendak pergi, suara Haryun terdengar lantang dari dalam.
"Aku mencintainya, Ayah. Aku tidak akan menyangkalnya. Kau bisa membuangku dari tahta, tapi jangan pernah berpikir kau bisa memisahkan kami."
Jiseok membeku. Paduka… kau…
---
Pertemuan Rahasia di Malam Hari
Malam itu, Haryun menemui Jiseok di taman belakang istana. Bulan menggantung pucat di langit, cahayanya menari di permukaan kolam.
"Paduka, Anda seharusnya tidak berkata seperti itu pada Yang Mulia Raja," desah Jiseok pelan.
Haryun mendekat, menggenggam wajah Jiseok, menatapnya dalam. "Diam. Aku sudah memutuskan. Kau milikku, Jiseok. Aku tidak akan membiarkan siapa pun merebutmu, termasuk ayahku sendiri."
Jiseok memejamkan mata, menggenggam tangan Haryun erat. "Kalau begitu, biarkan saya berdiri di sisi Anda. Bukan hanya sebagai pengawal, tapi sebagai perisai. Kita akan melawan bersama."
---
Konflik Internal Istana
Di ruang rahasia, Raja Hojin berbicara dengan penasihat tertuanya. "Pangeran terlalu keras kepala. Kita harus mulai mempersiapkan penerus lain. Aku tidak bisa menyerahkan kerajaan ini pada bocah yang diperbudak nafsunya."
"Yang Mulia, bukankah terlalu berbahaya melawan pangeran secara langsung? Setelah kudeta gagal, posisinya justru semakin kuat."
Raja Hojin mengerutkan kening. "Kalau begitu, kita harus menghancurkan pengawalnya. Robohkan tiang penopangnya."
---
Serangan Malam
Beberapa malam kemudian, saat Haryun dan Jiseok sedang berbicara di perpustakaan pribadi, pasukan hitam menyerbu. Mereka bukan pasukan biasa — ini adalah pembunuh elit yang dikirim dari dalam istana sendiri.
Jiseok bergerak cepat, menangkis serangan, melindungi Haryun dengan tubuhnya. Pisau, pedang, panah — semuanya datang dari segala arah.
"Paduka, lari!" teriak Jiseok, tapi Haryun menolak mundur.
"Aku tidak akan meninggalkanmu!" teriaknya balik, mencabut pedang dan berdiri di sisi Jiseok.
Darah memercik. Satu demi satu pembunuh jatuh, tapi luka mulai menghiasi tubuh keduanya.
---
Konfrontasi dengan Raja
Keesokan paginya, Haryun menyeret salah satu pembunuh yang berhasil ditangkap ke ruang tahta.
"Ayah! Jelaskan ini!" bentaknya, melemparkan pembunuh itu ke lantai.
Raja Hojin menatap tajam, wajah tanpa ekspresi. "Kau sudah melangkah terlalu jauh, Haryun. Aku harus memastikan kau kembali ke jalur yang benar."
"Dengan membunuhku? Dengan membunuh dia?" Haryun menunjuk Jiseok, yang berdiri di sampingnya, meski masih berlumuran darah.
"Kalau perlu, ya," jawab Raja dingin. "Seorang penguasa tidak boleh lemah. Dan cinta itu kelemahan terbesar."
Haryun menghela napas dalam, kemudian mendekat, menatap langsung mata ayahnya.
"Kalau begitu, mulai hari ini, aku bukan hanya pewarismu. Aku adalah musuhmu. Dan aku akan melindungi orang yang kucintai, bahkan jika aku harus menghancurkan seluruh istana ini."
Raja Hojin menegang, matanya menyipit. "Kau tidak akan berhasil, anakku."
"Kita lihat saja."
---
Adegan Penutup Chapter
Malam itu, di kamar mereka, Haryun duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Jiseok erat.
"Apa kau siap, Jiseok? Ini bukan lagi sekadar cinta atau gairah. Ini perang."
Jiseok menarik Haryun ke dalam pelukan, mencium keningnya pelan. "Saya lahir untuk berdiri di sisi Anda, Paduka. Kalau harus mati, saya ingin mati memeluk Anda."
Haryun memejamkan mata, mengubur wajahnya di dada Jiseok. "Tidak ada yang akan mati. Kita akan hidup. Kita akan menghancurkan mereka semua. Dan kita akan memimpin bersama."
Di luar jendela, angin malam berhembus pelan, membawa aroma darah dan peperangan yang akan datang.
---
✨
ŞİMDİ OKUDUĞUN
「 Bound by His Highness 」 - END
Tarihi KurguPutra Mahkota Lee Haryun terkenal bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena sisi gelapnya yang tak pernah diketahui rakyat: seorang penguasa muda yang terobsesi dengan kekuatan, kendali, dan kepemilikan mutlak. Di balik pintu istana, pengaw...
