10

47 2 0
                                        

---

Hari ini terasa lebih aneh dari biasanya.

Bukan karena Jay dan Jake makin lengket—itu udah jadi rutinitas sekarang. Tapi karena gue mulai merasa… aneh sendiri.

Biasanya, gue yang selalu usil. Gue yang selalu bikin mereka jengkel. Gue yang selalu punya kontrol di hubungan ini.

Tapi makin ke sini, mereka yang makin punya kendali.

Kayak sekarang.

"Sunghoon, sini." Jay tiba-tiba narik gue buat duduk lebih deket ke dia.

Gue mendelik. "Kenapa sih?"

Jake nyengir, langsung nyender ke bahu gue. "Lu diem di sini aja. Kita lagi pengen deket-deket."

Gue menghela napas panjang. "Kalian tiap hari juga udah deket."

Jay yang biasanya kalem malah tiba-tiba nyenderin kepalanya ke pundak gue. "Hari ini kita pengen lebih deket lagi."

Gue diem.

Jake ikut bersandar lebih erat. "Boleh, kan?"

Sial.

Dulu, kalau gue yang usil, mereka pasti bakal ngerespon dengan kesal atau minimal protes. Tapi sekarang?

Sekarang malah gue yang mati kutu.

Gue berdeham. "Tapi kalau kayak gini, kita jadi kayak pasangan lebay, tahu nggak?"

Jay nyengir kecil. "Emang kenapa?"

Jake menatap gue dari bawah. "Sunghoon nggak suka?"

Gue membuka mulut buat jawab, tapi nggak ada kata-kata yang keluar.

Gue nggak bisa bilang gue suka.

Tapi gue juga nggak bisa bilang gue nggak suka.

Sial. Ini bahaya.

Gue pikir ini semua permainan. Tapi ternyata, yang sekarang kena permainannya… gue sendiri.

---

Gue nggak bisa tidur malam ini.

Gue tiduran di kasur, ngelamun sambil mantengin layar HP. Chat dari Jay dan Jake masih nongkrong di paling atas.

Jay: Besok jangan telat. Gue jemput.

Jake: Lu kangen gue, nggak?

Gue menatap pesan-pesan itu lama, tapi nggak ngebales.

Sial, ini kenapa gue jadi kepikiran mereka terus?

Dulu, kalau Jay atau Jake chat, gue bakal iseng balas dengan sesuatu yang bikin mereka kesel. Sekarang? Gue malah bengong kayak orang bego.

Gue membolak-balik badan, frustrasi sendiri. Kenapa gue jadi kayak gini?!

Gue harus ngerem. Harus balik jadi Sunghoon yang dulu. Sunghoon yang cuek. Sunghoon yang nggak gampang baper. Sunghoon yang…

HP gue tiba-tiba bergetar. Video call dari Jake.

Gue sempat ragu, tapi akhirnya gue angkat. Layar langsung nunjukin wajah Jake yang lagi selonjoran di kasurnya, rambutnya sedikit berantakan.

"Sunghoon." Dia nyengir lebar.

Gue menghela napas. "Apaan?"

"Buka kamera," katanya santai.

Gue mencibir. "Nggak mau."

Jake cemberut. "Jahat lu."

Gue ketawa kecil, tapi tiba-tiba suara lain muncul. "Sunghoon, buka kamera sekarang."

Gue kaget. "Jay juga di situ?"

Jake ngakak. "Iya. Nih."

Layar HP goyang sebentar sebelum muncul wajah Jay yang kelihatan lebih kalem tapi tajam.

Jay menatap gue. "Kenapa nggak bales chat?"

Gue mencibir. "Gue lagi malas."

Jake menyandarkan kepalanya ke bahu Jay. "Atau jangan-jangan lu kangen sama kita, makanya diem aja?"

Gue mendelik. "Lu mimpi."

Jay tetap tenang. "Besok jangan telat."

Jake langsung nambahin, "Dan jangan kabur dari kita."

Gue menahan napas. Kenapa kata-kata mereka terasa lebih berat dari biasanya?

Mereka berdua saling pandang sebentar sebelum Jake bicara pelan.

"Sunghoon, lu tahu, kan?"

Gue mengerutkan kening. "Tahu apa?"

Jay menyandarkan dagunya ke kepala Jake. "Bahwa lu nggak bisa lari dari kita lagi."

Gue terdiam.

Sial.

Gue tahu. Dan itu yang bikin gue takut.


•Caget Between Two•حيث تعيش القصص. اكتشف الآن