Bunda menghela nafasnya berat. "Saya minta besok kamu jangan muncul di hadapan saya dan juga berada di acara ini, kalo bisa besok kamu keluar dari rumah ini. hanya besok saja."

Sagara menganggukkan kepalanya. "Iya bunda, aku besok pagi udah pergi dari sini. aku udah tahu kok bun, apa yang harus aku lakuin setiap ada acara besar kayak gini." Senyum yang menghiasi wajah Sagara entah mengapa membuat hati bunda merasa sedikit sakit.

"Besok sore saya akan menghubungi kamu lagi, jika kamu sudah boleh kembali. tapi jika besok kamu tidap mendapatkan panggilan dari saya, berarti kamu belum boleh kembali."

Sagara mengangguk kembali. "Iya bun, bunda. besok aku boleh ijin buat hubungi bunda kan? aku janji cuma sebentar."

"Terserah."

Setelah mengatakan hal itu bunda pergi dari hadapan Sagara, dan Sagara tidak menahan kepergiaan bundanya. bahkan kini dirinya sudah tersenyum, senyum yang siapapun yang melihatnya akan ikut merasakan rasa sakit akan luka yang telah anak itu terima.

Malam harinya Sagara tengah terdiam di kamarnya, menatap ke arah langit malam yang dihiasi oleh banyaknya bintang bertaburan. Terkadang Sagara selalu bermimpi ingin hidup seperti bintang yang dapat bercahaya dan menerangi kala dalam gelap. tapi sepertinya Sagara menyadari jika itu semua tidak bisa ia dapatkan.

"Besok juga aku ulang tahun, besok aku tujuh belas tahun. Seharusnya bunda sama ayah ingat besok hari lahir aku, tapi kayaknya mereka lebih ingat ulang tahun Jidan ya? besok aku udah tujuh belas tahun, udah bisa buat ktp. tapi aku bisa gak ya?"

Sagara mengambil beberapa kertas origami yang selalu ia tulis dan juga ia lipat membentuk seperti burung atau perahu. Jika dirinya sedang terpuruk atau sedih, kertas origami tersebutlah yang menjadi tempat dimana dirinya menyuarakan keluh kesah serta sakit hatinya.

Tangan kurus itu terus bergerak untuk menuliskan semua isi hatinya pada hari ini. terus ia tuliskan. dan setelahnya Sagara melipat kertas origami  tersebut dan juga memasukannya ke dalam wadah yang sudah sangat banyak isinya. 

"Semoga nanti bunda sama ayah bisa baca ini semua ya? dan lebih tepatnya semoga mereka mau baca kertas enggak berguna ini."

====================

Sagara telah meninggalkan rumah mewah itu sejak pukul tiga dini hari tadi, bahkan sebelumnya dirinya sempat membersihkan kamarnya agar terlihat rapi, dirinya bahkan sempat mengganti seprai dan juga selimut tipis di atas kasurnya itu dengan yang baru karena takut dirinya tidak sempat untuk menggantinya.

Kini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, berarti itu tandanya acara di rumahnya baru saja mulai. dan kini Sagara berdiri di sebrang rumahnya, melihat bagaimana rumahnya terlihat sudah cukup ramai oleh beberapa orang yang sudah datang untuk ikut merayakan hari lahir adiknya.

"Selamat ulang tahun Jidan, semoga kamu menjadi anak yang baik dan bisa buat bunda sama ayah bahagia ya? jangan kayak kakak ya. kakak senang bisa jadi kakak kamu, maaf kalo kakak belum bisa kasih contoh yang baik buat kamu."

Lalu setelah itu Sagara pergi meninggalkan komplek perumahannya dengan perasaan yang teramat sangat sedih. Kakinya terus ia langkahkan hingga tidak terasa kini dirinya berada di sebuah tempat yang sangat tenang, yaitu pantai. disana tidaklah begitu banyak orang, alas kakinya sengaja ia lepas dan kini telapak kakinya menginjak pasir-pasir yang berada di sana. Menatap dengan pandangan kosong ke arah depan, di tangannya sudah ada sebuah kue yang hanya dapat ia beli satu potong, tidak lebih. lalu setelahnya dirinya duduk di pinggir pantai sembari mempersiapkan ulang tahunnya. Senyum terus menghiasi wajahnya yang terlihat begitu bahagia.

Satu lilin ia tancapkan di atas kue dengan perlahan lalu setelah itu dirinya menyalakan lilin tersebut. dengan cepat dirinya langsung memejamkan kedua matanya. kali ini permintaannya sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. jika tahun-tahun sebelumnya dirinya selalu meminta agar ayah dan bunda memberikannya kasih sayang tetapi tahun ini dirinya hanya berharap jika ayah dan bundanya akan sudi mengurus dirinya nanti.

"Terima kasih Tuhan karena sudah mengijinkan aku hidup selama tujuh belas tahun ini, dan maaf aku enggak bisa bertahan lebih lama lagi. maaf ya Tuhan, aku melanggar peraturan Mu."


====================


Suara isak tangis terus terdenagar dari dalam kamar Sagara. ini sudah hari ke enam bundanya terus berdiam diri di dalam kamar Sagara dengan segala perasaan bersalah. dan tadi malam bundanya baru saja menemukan sebuah tempat yang berisikan tulisan anaknya, beberapa keluh kesah anaknya selama hidup dan juga keinginannya yang belum sempat terkabulkan.

Ayah bahkan sudah berkali-kali membujuk istrinya untuk makan dan beristirahat tetapi tidak didengar oleh istrinya, selain ayah adan Juan, Dika dan juga Jidan yang terus ikut membujuk bundanya yang terlihat sangat terpukul.

"Bunda, ayo istirahat dulu. bunda belum makan dari kemarin."

Bunda menggelengkan kepalanya. "Sagara udah makan belum ya? Sagara gimana ya? dia kasihan mas, seharusnya kemarin dia rayain ulang tahunnya yang ke tujuh belas, tapi aku enggak pernah ingat ulang tahunnya. ini semua salah aku, aku bukan ibu yang baik untuk Sagara. Mas, Sagara dimana? aku udah coba telfon tapi enggak di angkat. Sagara benci aku ya mas?"

Ayah menggelengkan kepalanya. "Kita juga lagi usaha cari Sagara ya? kamu sekarang makan dulu, Sagara pasti sedih kalo kamu kayak gini. sekarang kita berdoa ya?"

====================

"Jadi kamu kemarin mau ajak mas pergi itu karena kamu mau ngerayain ulang tahun kamu ya? maaf ya mas gak pernah ingat sama hari lahir kamu, seharusnya mas waktu itu enggak marah sama kamu enggak kesel ke kamu."

"Maaf Sagara."

"Kakak, maafin gue ya. seharusnya gue tahu waktu itu lo minta waktu gue sebentar karena lo mau ditemenin buat tiup lilin ya? tapi gue malah marah-marah sama lo. maaf ya.."

"Maafin bunda ya, bunda salah sama kamu. seharusnya bunda kasih sayang bunda ke kamu sama rata. bunda salah, maaf ya? bunda sayang kamu. semoga kamu bahagia disana ya? maaf bunda enggak pernah kasih kamu perhatian, maaf bunda selalu suruh kamu buat ngalah terus, maaf bunda selalu enggak pernah lihat kamu, maaf bunda enggak pernah bisa ngehargain kamu. bunda bangga sama kamu, sangat bangga. Bunda harap kamu bahagia disana ya? disini bunda akan terus merasakan rasa penyesalan ini selama hidup bunda. bunda sayang kamu Sagara"

"Ayah minta maaf ya. Seharusnya ayah kasih perhatian sama kamu, seharusnya ayah enggak selalu cuek in kamu, seharusnya ayah selalu beliin kamu hadiah, seharusnya ayah buat kenangan yang banyak sama kamu. maafin ayah ya? kamu bahagia disana ya? jangan sedih lagi, sekarang kamu bahagia disana. rasa sakit kamu udah hilang kan? biarin ayah disini yang nanggung semua penyesalan yang udah ayah kasih ke kamu, baik itu omongan atau perilaku ayah yang selalu buat kamu sakit. maafin ayah ya belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu, ayah sayang kamu."











END


31 Mei 2025

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm BrokenWhere stories live. Discover now