"Minta tolong apa?"
Detak jantung Sagara semakin berdetak cukup kencang. "Mas marah gak?"
Alis Dika menyerit merasa aneh dengan pertanyaan adiknya. "Tergantung, mas gak bisa langsung marah. mas sendiri juga enggak tahu apa pemintaan kam."
"Aku takut mas marah."
Dika menghela nafasnya berat dan juga lelah. "Gar, mas enggak punya banyak waktu. sekarang kamu bilang, kamu mau minta tolong apa?"
"Mas ada waktu gak hari selasa nanti?"
"Buat apa?"
"Ini...Aku mau ajak mas pergi ke suatu tempat."
"Kalo bukan hal yang penting mas gak bisa dan gak akan mau."
"Bukan hal yang penting sih mas, cuma aku mau minta tolong sama mas aja, karena kayaknya cuma mas yang mau. tapi kalo mas gak bisa, gak apa-apa."
"Emang kamu enggak bisa kasih tahu mas? kamu mau ajak mas kemana?"
Sagara tersenyum sangat tipis. "Enggak usah mas, gak jadi. maaf ya mas kalo aku ganggu waktunya, aku keluar dulu."
Sagara berjalan keluar dari ruangan Dika dengan perasaan yang sesak, hatinya terasa sangat sakit ketika menyadari ternyata semua hal yang menyangkut dirinya tidak akan pernah terlihat dan terasa berharga dan penting oleh keluarganya. bahkan kakak pertamanya tidak mengingat tanggal berapa hari selasa tersebut.
Sagara duduk di halaman belakang sembari memperhatikan seekor kelinci yang merupakan hewan peliharaannya yang sebelumnya diberi oleh satpam komplek perumahan tempat dimana dirinya tinggal.
"Mas juga ternyata enggak inget selasa itu tanggal berapa. tapi kalo aku tanya ke bang Juan sama Jidan mereka inget gak ya? soalnya aku enggak berani kalo buat ajak ayah sama bunda. aku takut dimarahin."
Sagara terkekeh kecil.
Hewan berbulu itu melompat ke arah Sagara dan terdiam di hadapannya, Sagara yang melihat hewan peliharaannya itu hanya terkekeh kecil. "Kamu jangan tinggalin aku ya? kamu disini terus sama aku ya? Sampai nanti ya. aku boleh egois gak? aku pengen kamu tinggal disini tapi aku enggak bisa tinggal disini lebih lama. kalo aku yang pergi boleh gak?"
====================
Siang ini Sagara tengah membantu beberapa pekerjaan rumah yaitu membantu untuk membereskan atau bisa disebut mendekor dan menyiapkan persiapan acara besok. Ya, besok adalah hari selasa tanggal yang sangat ditunggu oleh Sagara sebenarnya, tetapi mengingat tidak pernah ada yang mengingatnya maka anak itu mencoba untuk tidak peduli. sebenarnya tanggal lahirnya sama seperti tanggal lahir adiknya, hanya berbeda tahunnya saja. dan tentu saja keluarga besar hanya mengingat tanggal lahir adik bungsunya dibandingkan dengan tanggal lahirnya. Sagara tengah berjalan kesana-kemari, mengangkat beberapa meja kecil dan juga menggeser sofa atas perintah bundanya.
Tepat pukul empat sore, pekerjaannya sudah hampir selesai. tetapi perhatiannya teralihkan dengan sebuah box yang ada di dalam mesin pendingin yang berada di dapur, karena beberapa waktu yang lalu dirinya diminta oleh bundanya untuk memasukan sebuah box yang berisikan kue ulang tahun milik adiknya. Sagara terus memperhatikan kue tersebut, memang tidak terlalu besar tapi di atas kue tersebut terdapat nama adiknya. dan Sagara tidak pernah mendapatkan hal yang seperti itu selama dirinya hidup.
"Aku juga pengen ngerasain gimana rasanya ulang tahun aku dirayain dibuat megah kayak Jidan, terus ada nama aku diatas kuenya. pasti seru ya?"
Setelah itu tubuhnya tersentak ketika mendengar suara bunda yang memanggilnya. "Iya bunda sebentar."
Dirinya buru-buru memasukan kue tersebut ke dalam mesin pendingin tersebut dan berlari pelan menghampiri bundanya.
"Kenapa bunda?"
07; I Can't
Start from the beginning
