Sagara menundukkan kepalanya dan menggeleng. "Maaf bunda."

"Kamu selalu ngucap maaf dan maaf tapi kamu suka ngulangin semuanya, bunda lama-lama muak denger kamu minta maaf terus. sekarang kamu cari adik kamu, kalo sampai adik kamu belum ketemu ini semua salah kamu. kamu yang udah ceroboh enggak bisa jaga adik kamu."

"Tapi bunda ini hujan, aku juga gak bisa pakai mobil."

"Emang kamu pikir bunda peduli? kamu pikir adik kamu di luar sana enggak kehujanan? gimana kalo dia kedinginan? pokoknya bunda enggak mau tahu, kamu harus cari adik kamu sampai ketemu."

Tanpa menunggu jawaban dari anaknya, Bunda langsung masuk ke dalam rumah dan menguncinya dari dalam. Sagara hanya menghela nafasnya lelah, dirinya sudah sangat kedinginan namun sepertinya itu semua tidak cukup membuat bunda sadar akan keadaannya. lalu dirinya kembali ke arah motornya dan melajukannya untuk mencari keberadaan adiknya.

Selama kurang lebih satu jam Sagara sudah mencari keberadaan adiknya, hingga tidak lama setelah itu dirinya melihat keberadaan adiknya yang tengah berdiam diri di sebuah cafe bersama teman-temannya dan terlihat tengah tertawa bersama.

Sagara tidak berani untuk menghampiri keberadaan adiknya, anak itu lebih memilih untuk menunggu di parkiran dengan tubuh yang sudah basah akibat hujan yang mengguyur sangat deras. namun ketika dirinya melihat sebuah mobil berhenti di depan pintu masuk cafe tersebut, Sagara tersenyum. ternyata kakak pertamanya yang menjemput adiknya, lalu setelah itu ketika melihat mobil kakak pertamanya sudah melaju, Sagara mulai melajukan motornya juga dan mengikuti mobil kakaknya hingga tiba di rumah.

Sagara memasukan motornya ke dalam garasi dan tersenyum ke arah kakak pertamanya yang melihatnya dengan pandangan terkejut karena penampilan Sagara yang cukup berantakan.

"Kak lo habis dari mana?" Tanya Jidan kepada kakaknya yang terlihat sangat berantakan dengan tubuh yang sangat basah kuyup seperti itu.

Sagara menggelengkan kepalanya. "Enggak dari mana-mana. yaudah kakak masuk duluan ya?"

Tidak lama setelah itu pintu samping garasi terbuka dan memperlihatkan kedua orang tuanya yang melihat Sagara dengan tatapan berbeda. tatapan marah dan juga kesal yang diberikan bunda membuatnya semakin ketakutan sedangkan ayahnya menatapnya dengan pandangan khawatir.

"Kenapa kamu pulang sama mas Dika, Jidan?" Tanya bunda kepada anak bungsunya.

Jidan terkekeh kecil. "Maaf bunda, aku enggak bilang ke bunda dulu, tadi handphone aku habis baterai terus liat hujan juga kan aku enggak mungkin minta tolong kak Saga buat jemput, jadi aja aku hubungi mas. lagian mas juga katanya mau pulang, jadi yaudah aku tunggu mas di cafe temenku yang deket sekolah itu."

Bunda menganggukkan kepalanya. "Yaudah kamu masuk ya, mas juga sana masuk. nanti bunda buatkan teh sama cokelat panas untuk kalian."

Sagara hanya tersenyum getir ketika mendengar bagaimana perhatian bundanya kepada kedua saudaranya dibandingkan kepadanya.

"Aku juga mau bunda buatin teh atau cokelat panas kayak Jidan atau mas Dika."

===================

"Sagara!"

Sagara yang saat itu tengah membersihkan kebun langsung berlari ke dalam rumah ketika mendengar namanya dipanggil.

"Ada apa yah?"

"Kamu tadi membersihkan ruang kerja ayah?"

Sagara menganggukkan kepalanya. "Iya ayah, tadi aku bersihin ruang kerja ayah. tapi cuma aku sapu sama pel aja kok yah, aku enggak ganggu barang-barang ayah yang ada di meja kerja ayah. tadi aku cuma ambil gelas bekas kopi ayah enggak lebih."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm BrokenWhere stories live. Discover now