Epilog

22 2 4
                                        

"Akhirnya balik juga, nih warga Tokyo!"

Tian menepuk bahu Nata sebelum memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Tadinya gue males balik, sih."

Tentu saja, Nata hanya bergurau karena setelah lulus setahun lalu dan memilih tetap menetap di Tokyo untuk menekuni hobinya sebagai fotografer itu sudah berencana pulang ke tanah air demi meneruskan perusahaan ayahnya.

"Kalo gak balik gue pukul sih, lo."

"Padahal bulan lalu kita ketemu. Lebay banget."

"Ya ketemu juga gue terus yang nyamperin. Kayak bertepuk sebelah tangan banget gue."

"Iya, sorry. Ya kali temen gue nikah gue gak balik. Tapi, Yan. Buru-buru banget, deh. Lo gak ngehamilin anak orang, kan?" tanya Nata serius.

Pasalnya, Tian juga mendadak memberitahunya saat mengunjunginya di Tokyo sebulan lalu.

"Sembarangan! Ya nggak, lah."

"Ya siapa tau, kan. Tapi, ini lo beneran move on dari Ala, kan?"

"Ya iyalah. Kalo gak move on, ngapain gue nikah sama orang lain? Lagian, itu cuma bagian dari masa remaja gue aja. Berapa kalo harus gue bilang ke lo? Hidup kan terus berjalan. Emang lo!"

"Sialan!"

Tak banyak yang mereka bahas selain pernikahan Tian yang akan dilaksanakan seminggu lagi.

"Bulan depan Ayu juga mau nikah. Lo udah denger belum?"

"Hah serius? Terus, Ala gimana?"

"Tanyain sendiri, lah. Di sono gak ada yang menarik, kah? Kayaknya lo di situ-situ aja."

Nata tak menjawab dan hanya melirik Tian dengan tatapan tak bersahabat.

"Samperin, Nata. Gue udah ngasih tau lo, kan? Jangan cupu. Lo pamit pake surat, gak ngehubungin dia hampir lima tahun. Gue kalo jadi Ala gak sudi nungguin, sih."

***

Ucapan Tian membuat Nata tak bisa tidur. Apa memang sudah saatnya bertemu Ala? Karena beberapa tahun terakhir ia tak bertukar kabar dengan gadis itu. Ia hanya mencari tahu lewat Tian yang sering kali marah karena mereka juga tinggal di kota yang berbeda.

Esoknya, ia memutuskan untuk datang ke tempat yang sudah Tian beritahu sebelumnya. Apapun reaksi Ala nanti, ia sudah siap. Meski Ala tak ingin bicara lagi dengannya, Nata bisa menerimanya.

"Permisi..."

Perempuan yang tengah sibuk merangkai bunga itu tak menoleh dan hanya mempersilakan tamunya itu untuk menunggu.

"Maaf boleh tunggu di sana, Mas? Saya selesaikan ini dulu."

"Baik."

Namun, tak lama kemudian Ala terdiam karena merasa familiar dengan suara tersebut. Meski ragu, ia memilih menoleh.

"Hai."

Ala meletakkan bunga yang hampir selesai itu karena takut terjatuh nantinya. Ia tak bisa bicara dan hanya memandang lelaki di hadapannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sementara itu, Nata tersenyum saat melihat kalung bunga matahari yang diberikannya dulu masih melingkar di leher jenjang Ala. Kalung itu terlihat semakin jelas karena Ala mengikat rambutnya.

"Aku ganggu, ya?"

"Setelah hampir lima tahun nggak ketemu, ini yang kamu tanyain?" balas Ala dengan suara bergetar.

"Maaf."

"Sudah cukup, Nat? Sudah cukup hukumannya? Aku gak mau nungguin kamu lebih lama lagi."

Ala menghambur ke pelukan Nata dengan tangisnya yang pecah saat itu. Dua karyawannya yang melihat itu tentu saja terkejut.

"Ala..."

"Jangan ngomong dulu! Aku kira, aku gak bakal ketemu kamu lagi. Di zaman yang secanggih ini, aku bahkan gak bisa hubungin kamu. Tapi, aku gak bisa bilang kamu jahat karena aku juga maksa kamu nunggu lama dulu."

Nata membuang napasnya kasar. Ia membalas pelukan Ala tak kalah eratnya. Ternyata, Ala yang masih menunggunya itu memang bukan hanya gurauan Tian semata.

"I'm here, Natala."

"Okaerinasai," ucap Ala setelah melepas pelukannya.

"Tadaima."

Nata kembali memeluk Ala dengan erat. Tak banyak hal yang mereka bicarakan setelah berpisah lama. Yang hanya mereka lakukan hanya melepas rindu yang membelenggu dada masing-masing selama ini.

"I know i'm late, but will you live with me forever?"

Kali ini, Ala mengangguk pasti. Ia tak ingin membuang lebih banyak waktu lagi setelah semua hal yang terjadi.

















Terima kasih sudah mengikuti perjalanan Nata-Ala sejauh ini. Maaf kalau banyak kurangnya. Sampai bertemu di ceritaku selanjutnya.
With love, Tia💖


Bonus😉

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bonus😉


No Status Status [COMPLETED]Where stories live. Discover now