•Chapter - 16•

1.5K 71 0
                                    

Maaf baru post lagi. Szx kemarin wattpad Eror :-( Oke langsung baca aja yak ? Jangan lupa Vote n Commentnya lho :-)

***

"Ayah.... "

Seorang gadis menatap prihatin Ayahnya yang sedang termenung di bangku taman bercat putih itu. Ayahnya menoleh dan tersenyum mendapati anak gadisnya tengah menjenguknya.
Ferry mendekat dan merengkuh gadis itu kedalam dekapannya. Menyalurkan kasih sayang yang amat sangat ia rindukan. Gadis itu meneteskan air mata. Merasa berdosa dengan apa yang ia lakukan selama ini. Ia tak pernah memperhatikan Ayahnya yang menderita di sini.

Ferry melonggarkan pelukannya dan menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi Kelly. Kelly tersenyum di sela isakannya dan menatap Ayahnya dengan penuh penyesalan.

"Maafkan Kelly Ayah. Sungguh maafkan Kelly"

Kelly bersujud mencium kaki Ayahnya meskipun ia tak tahu apakah Ayahnya akan mengerti atau tidak.

Tak jauh dari mereka seorang gadis berseragam SMU tengah menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat. Wanita yang di kiranya jahat kini ternyata sudi untuk mencium kaki Ayahanya.

"Kelly..."

Gumam Ariana pelan namun mampu tedengar oleh Ferry dan Kelly. Gadis itu menoleh dengan berlinangan air mata mendekati Ariana yang terpaku di tempatnya semula.

Kelly semakin mendekat dan memeluk Ariana erat. Mencoba meminta maaf padanya dengan tulus. Ariana hanya terdiam dan tak bergeming. Memang Kelly tak sekejam ibunya. Namun entah mengapa rasanya dulu ia begitu membenci Kelly. Mungkin ini juga karena Irene yang memang menyebalkan.
Arianan mengangguk memaafkan Kelly saat Kelly berusaha meyakinkan Ariana bahwa ia benar2 sudah berubah dan dengan tulus hati meminta maaf pada Ariana. Ariana sedikit bernafas lega merasakan satu bebannya terangkat. Hanya ada beberapa masalah yang memang harus ia selesaikan lagi.

***

Gadis itu telah berganti pakaian dengan seragam biru yang kini menjadi tumpuannya dalam mencari nafkah. Ariana melenggang memasuki gedung yang menjulang tinggi. Matanya menyipit ketika mendapati lelaki yang ia kenal sedang berada di sini.

"Ronald ?"
Lelaki itu sedikit terlonjak kaget dan menggaruk tengkuknya yang di rasa sama sekali tak gatal.

"Oh hai. Arin .."

"Lo ngapain di sini ?"

Ronald sedikit menggerutu mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Ariana.

"Eng-enggak iseng aja. Eh anu itu cuma ada kepentingan bentar kog. Oh ya kamu ngapain di sini ?"

"Gue kerja di sini"

Ronald menautkan alisnya tak percaya. Ya walau sebenarnya ia sudah mengetahuinya jauh-jauh hari. Ya hanya sekedar beracting

"Ariana ..."
Suara bazz yang tiba-tiba datang di sela percakapan mereka, membuat Ariana dan Ronald menoleh ke pemilik suara itu.

"Lo ngapain di sini ?"

Delon menggaruk tengkuknta yang tak gatal. Merasa bodoh karena menampakkan diri sekarang. Oh ayolah ini sungguh bukan waktu yang tepat.

"Ada urusan. Udah cepet kerja sana jangan pacaran aja !"
Ujar Delon ketus. Ariana mendelik karena Delon sedikit membentaknya.

"Lima belas menit lagi lo harus ke ruangan gue. Tanya tuh Receptionist dimana rungannya. Datang kalau gak mau di pecat"

Ariana membulatkan matanya. 'Emang dia siapa ? Nyuruh-nyuruh gue gitu ? Ruangan ? Emang dia kerja di sini ?'

"Dasar gila"
Ariana berjalan menuju pantry dengan menggumamkan kata2 itu. Dan tentunya Delon masih bisa mndengarnya karena Ariana mengatakannya tepat di depan Delon. Delon hanya menghela nafas panjang dan merapalkan mantera 'lo akan jadi milik gue'

***

Ariana menatap pantulan dirinya di cermin. Memoleskan make up yang natural namun ia terlihat sangat cantik. Dengan memakai dress yang ia punya. Dress selutut tanpa lengan berwarna peach dengan renda-renda di atas dada dan punggung. Dan itu mampu merubah penampilan Ariana berbeda dari biasanya.

Ariana memoleskan lipstik pink di bibir tipisnya. Gerkannya terhenti karena tiba-tiba mengingat Delon. Oh astaga kejadian tadi siang benar-benar membuatnya gila.

[Flashback ON]

Directure ? Ruangan directure ?
Astaga mana mungkin ?
Tok tok tok
"Masuk"
Sahut seseorang dari dalam ruangan. Dengan gugup Ariana memegang gagang pintu itu dan membukanya. Di sana seorang lelaki tampan tengah bertumpu dagu duduk di kursi kebesarannya. Ariana melangkahkan kakinya masuk dan menutup pintunya.
"Duduk" ujar Delon ketus.
Ariana tak menolak dan menuruti perkataan Delon yaitu duduk di kursi yang berada di depannya.
Hening cukup lama. Hingga...
"Lo harus jadi pacar gue"
Ariana yang sedari tadi menunduk kini mengangkat kepalanya dengan tatapan protes dan tak setuju. Delon menautkan alisnya bagai bertanya 'kenapa?'
"Lo emang gila om. Permisi"
Ariana melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruangan itu namun...
"Gue punya tawaran buat lo dan gue tahu lo pasti mau"
"Apa ?"
"Kalau lo mau jadi pacar gue, gue bakal ngebantu lo, dan membuat hidup lo kembali seperti semula, terbebas dari Irene dan Fellow Company akan ...."
Ariana membelalakan matanya. 'Bagaimana mungkin Delon tau kalau gue..'
"Ehem .. Gue tau semua tentang lo. Jadi gimana mau ?"
Ariana mengernyit dan tertawa.
"Hah ? Yakin lo ? Gak akan bisa om. Emang lo Tuhan ?"
"Gue emang bukan Tuhan Arin. Tapi percaya gue akan bantuin lo semampu gue. Karena gue cinta sama lo"

[Flashback OFF]

Maybe Someday [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang