Prolog

56 3 0
                                        

Selamat datang di lapak Harish💗

Buat yang udah baca Hasyah Story pasti tau siapa Harish. Nah, kalau di Hasyah lapaknya Hadi, sedangkan Footsteps itu Harish, adiknya.

HAPPY READING!

*********
" Letnan Satu Harish Rafansyah El Dimas, Sarjana Terapan pertahanan, Nrp 2000144320."

Rasa haru menyeruap dihati Haidar karena telah berhasil mendidik kedua putranya hingga sampai di titik ini. Itulah kebahagiaannya sebagai seorang Duda berumur 59 tahun. Haidar berjalan menghampiri Harish diantara para prajurit gagah memakai baju bewarna hijau tua.

" Om lishhhh!!!" Seru seorang anak perempuan berumur 4 tahun berlari menghampiri Harish yang berdiri gagah diantara para deretan para perwira. Hagia, putri kedua Hadi itu berlari mendahului kakeknya yang tadinya ia gandeng.

" Papa ucapkan selamat kepada Lettu Harish El Dimas kebanggaan, putra papa yang selalu jadi temen adu mulut papa dirumah." Ucap Haidar yang sudah tak bisa membendung tangisnya memeluk Harish.

" Terimakasih pa, berkat didikan Papa dan Almarhumah Mama, Harish berhasil wujudin cita cita Harish." Harish membalas pelukan Haidar dengan penuh kebanggaan.

" Congrast buat Lettu kebanggaan Harish El Dimas!" Hadi, lelaki berumur 35 tahun itu memeluk erat tubuh sang adik dengan penuh bangganya.

" Thank you, Bang. Makin ganteng lo," Harish mengusap punggung Hadi dengan gerakan ke atas dan kebawah.

" Selamat ya Harish atas kelulusannya, Mbak bangga dengan keteguhan hatimu." Syahrifah menyusul dengan seorang anak laki laki  Remaja yang ikut menyusul di belakangnya.

Rasa kebanggaan itu diakhiri dengan foto keluarga bersama, Harish di tengah dengan membawa foto almarhumah Mama Inggit dan Haidar di samping kiri bersama Hasta putra pertama Hadi, dan di sebelah kanannya ada Hadi dan Syahrifah dengan ekspresi paling bahagia mereka menggendong Hagia.

••••••••••••••••••••••••

" Olinvia Adzana Zafran Sebagai peringkat 1 angkatan XXI kelas XII IPS 1, SMA Teladan 2 Bandung."

Tepukan tangan meriah menggema ke  seluruh aula SMA Teladan 2 Bandung disaat seorang gadis dengan anggunnya berjalan menaiki podium untuk menerima hadiah atas prestasinya di akhir kelulusan ini. Ia juga mendapat apresiasi sebagai Purna ketua Organisasi Rohis di sekolah.

Gadis yang dikenal dengan nama Via itu berjalan dengan senyum puasnya menghampiri Ayahnya yang juga tersenyum bahagia kepadanya, Hafish memeluk putri keduanya itu dengan penuh kebanggaan. Rasanya ia menjadi orang tua paling bahagia di dunia dengan karunia Tuhan yang memberikan putri yang sangat baik dan berbakti padanya.

Via yang sudah menjadi anak piatu sejak umurnya 2 tahun itu, memiliki prinsip ingin membahagiakan Ayah Hafish yang sudah susah payah mengurusnya dan Jean-kakaknya tanpa campur tangan Almarhumah Gunan- Bundanya.

" Via mau ajak Ayah jadi orang yang lebih bahagia lagi dari sebelumnya. Ayah udah kehilangan banyak waktu dan tenaga buat ngurus Via dan kak Jean, jadi Via harus rela kehilangan waktu bermain untuk jadi orang sukses yang bisa membanggakan Ayah, supaya semua jasa Ayah terbayar."

" Via mau ayah masakin apa hari, ini ?" Tanya Hafish sembari merangkul pundak Via ketika mereka hendak keluar dari aula.

Via mengulas senyum," apapun yang gak memberatkan Ayah." Sahutnya. " Ayah boleh pulang duluan, Via mau ke photobooth dulu bareng Tata."

Hafish mengangguk, " baiklah. Jangan lama lama ya, pulangnya."

Via mengangguk cepat, setelah Hafish berlalu, ia menatap kearah timur dimana disana sudah berdiri dua temannya. Tata dan Roni. Dengan langkah cepatnya ia berlari kearah mereka.

" Yuk!" Via merangkul dua temannya itu.

" Kenapa lo gak nyebutin Roni di photobooth kita, Vi ?" Tata, gadis berambut ikal itu menatap heran pada Via.

" Kamu lupa, Ta ? Ayah se- posesif apa sejak tau Roni pernah ke- gep nyabu di kolong jembatan. Hadeuh, rasanya aku udah mau pingsan ngeliat Ayah bawel ngomelin aku buat gak temenan lagi sama dia." Via merapihkan hijabnya sembari melirik sinis pada Roni di sebelah.

" Ya gak salah sih... Lagian si Roni nyeleneh, lo kok mau mauan sih ?!" Sahut Tata.

" Yeewww! Gue butuh ketenangan woi!" Umpat Roni yang sudah muak di sudutkan.

" Yaudin, langsung gas! Aku males diomelin Ayah karna kelamaan pulangnya." Ucap Via mengikut masuk ke dalam angkot berwarna biru yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

********

TO BE CONTINUE











Jejak LangkahМесто, где живут истории. Откройте их для себя