Hukuman?!

1.6K 104 7
                                    

Fay menciumnya! Benar-benar mencium. Tak hanya sekedar menempelkan bibir semata tapi serius mencium, bahkan melumat, menggigit kecil bibir atas dan bawah Gio secara bergantian, lalu menghisap pula serta memaksakan lidahnya masuk lebih dalam ke rongga Gio.

Gio berasa kembali membeku. Otaknya mendadak blank. Ia tak tau harus merespon atau diam membiarkan. Untuk menolak, rasanya ia takut. Atau.... menikmati? Haha.

Setelah beberapa menit serta merasakan nafasnya tersengal hampir habis, ia terpaksa mendorong pelan dada Fay. Punggung telapak tangannya secara refleks menutupi mulutnya sembari ia memalingkan wajah semerah ceri masak.

"Ap...apa maksudmu?"

"Tidak ada maksud apa-apa." tukas Fay datar. "Cepat bawa keperluan Ivan."

Gio melongo. Ia mencoba mencerna semua kalimat yang sudah dilontarkan Fay.

# GIO POV #
Memaafkan? Membalas? Bertanggung jawab? Lalu... ciuman tadi.. apakah.. apakah itu suatu pembalasan untukku? Itukah?

Aku benar-benar bingung, apa makna ciuman tadi? Apakah musti bertanya ke Fay? Hiiyy, aku langsung merinding. Tentu saja nyaliku langsung menciut 90 persen lah!

Bagaimanapun, aku memang yang salah 10 tahun lalu. Aku yang terlalu lancang mencium dia dan Fay seketika memakiku homo menjijikkan. Hufh, aku memang menjijikkan.

Tapi... perasaan ini hanya kupunya pada Fay saja. Tidak kupunyai pada pria lain manapun! Apakah aku homo kalau begitu?

Argh, setidaknya aku tau perkataan itu akan terlontar dari mulut Fay saat itu. Tapi, sumpah aku tak tahan menahan lebih lama perasaan terpendamku itu! Aku HARUS ungkapkan apa yang menyesak di dadaku pada Fay selama 3 tahun SMA.

3 tahun aku bersabar menjadi sahabat Fay yang kalem dan terkesan stoic. 3 tahun pula aku bersabar dengan dibarengi hati yang amat tersayat perih bila Fay berganti-ganti pacar.

Tu orang emang kampret dah. Walo stoic, cewe malah tambah nguber napsu ma dia. Itu karena dia dikaruniai wajah tampan dan bodi keren.

Dan dikarenakan aku tak tahan memendam perasaan ke dia itu makanya aku nekat omongin saat pesta perpisahan. Kupikir, aku musti jujur, apapun pendapat Fay sesudah itu.

Tapi kok, nyatanya.. pedih juga mendapati respon Fay yang teramat keras. Memaki, bahkan memukulku meski aku belum sempat mengatakan "aku cinta kamu, Fay."
Wajahku keburu ditonjok yang menghasilkan mimisan.

Dan kini,... kini aku tak mengira bakal bertemu lagi dengan Fay. Bahkan bertetangga! Entah apakah ini awal dari mimpi burukku atau hukuman untukku. Karma???

#AUTHOR POV #
Semenjak insiden penciuman di kamar Gio, ia kini lebih menghindari Fay sebisa mungkin.

Baginya, lebih baik menjauhi masalah.
Dan Gio justru tak sadar dirinya telah berubah menjadi lebih pendiam.

# FAY POV #
Kenapa ya aku seperti merasa Gio seperti susah ditemui akhir-akhir ini? Apa dia.. marah karena aku memaksa menciumnya?

Marah? Cih! Hak apa dia untuk marah? Kenapa harus marah? Itu kan pantas dia dapatkan. Dan.. sepertinya dia juga menikmati, kok. Jadi, harusnya tak perlu marah dan menjauh kalau hanya soal ciumanku itu, kan?!

"Ivan, Papamu kerja apa?" akhirnya aku bertanya pada Ivan saat anak itu sedang main ke rumahku.

"Bikin pesenan makanan, Om."

"Maksudnya, seperti katering?"

Bocah kecil itu diam berfikir sejenak, lalu mengangguk. "Iya mungkin." Lalu menggedikkan bahu padaku dan meneruskan mengutak-atik mobil remote di tangannya.

Masih Engkau #WattPrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang