Prolog

25.5K 1.2K 56
                                    

"Mommy, Deeva mau ke atas dulu buat siap-siap!" Teriak gadis kecil itu kepada mommy-nya yang sedang menyusui adik laki-lakinya yang baru lahir dua bulan lalu.

Dengan langkah cepat ia berlari menuju kamarnya di lantai 2. "Keranjangnya udah Mommy taruh di meja dapur ya, Kak," ucap Rani sebelum Deeva berlari menjauh darinya. Tersenyum saat melihat tawa ceria anak perempuannya kembali seperti dulu.

Pandangan matanya beralih menatap bayi laki-laki mungil yang ada di dekapannya. Anak laki-laki yang begitu mirip Alfian kecuali, kedua iris matanya yang mengikuti miliknya.

Deeva menutup pintu kamarnya kencang, lalu meraih benda yang menggantung di dekat jendela yang berhadapan langsung dengan rumah bertipe sama dengan rumah miliknya.

Digerakkan benda yang terhubung dengan kamar di depannya agar pemilik kamar depan mengetahui apa yang ia inginkan. "Cek ... cek ... 1 ... 2 ... 3 ... Are you there, agent Han?" panggil Deeva meletakkan benda itu di mulutnya lalu memindahkan ke telinga agar dapat mendengar balasan dari orang yang ia panggil.

"Copy, agent Dee. I'm here," balas anak laki-laki seusianya yang akhirnya membuat Deeva tertawa sembari melambaikan tangan pada Reyhan.

"Kamu bawa semua yang kita butuhkan?"

"Tempat rahasia kita?" tanya Reyhan yang dijawab anggukan semangat Deeva. Reyhan berjalan meninggalkannya sebentar lalu kembali dengan membawa sebuah kain layaknya selimut yang terlipat rapi.

Deeva mengangkat jempol, memberi kode kepada Reyhan agar segera turun menemuinya. Dengan cepat, Deeva meletakkan kembali 'telepon' pribadi mereka.

Ditatapnya 'telepon' berupa bekas kaleng kecil yang dihubungkan dengan benang panjang olahan daddy-nya dan Ayah Reyhan. Tertawa kecil saat mengingat bagaimana repot daddy-nya dan ayah Reyhan memasang sambungan 'telepon' pribadi mereka mengingat jarak antara kamar mereka berdua lumayan jauh.

"Mommy, Deeva pergi dulu ya. Assalamu'alaikum," pamit Deeva sembari mengangkat keranjang kepada Rani yang sedang berada di ruang keluarga membereskan perlengkapan adiknya.

"Hati-hati, pulangnya jangan kesorean!" teriak Rani yang dijawab anggukan Deeva.

Deeva menutup pintu lalu tersenyum saat melihat Reyhan berjalan mendekatinya dengan kain yang ia minta.

"Bawain, ini berat!" perintah Deeva sembari menjulurkan keranjang kepada Reyhan. Reyhan memandang keranjang sembari menghela napas. Ia memberikan kain yang ia persiapkan, lalu mengambil keranjang itu dari tangan Deeva.

Deeva tertawa gembira, sembari mendorong tubuh Reyhan yang membawa keranjang miliknya agar cepat sampai ke tempat tujuan mereka. Mereka menyusuri jalan setapak dekat rumah mereka dengan hati yang gembira memandang rimbunnya tanaman yang berada di sekeliling mereka.

Tinggal di pinggiran kota membuat mereka dapat menikmati rimbun dan hijaunya tanaman. Banyaknya lahan hijau terbuka membuat mereka dapat berjelajah. Mereka berjalan menuju tempat rahasia mereka, tempat berubah danau kecil yang tidak sengaja mereka temukan saat melakukan penjelajahan. Danau kecil tersembunyi dibalik semak dan rindangnya pohon-pohon besar di sekelilingnya.

Reyhan tersenyum saat memandang Deeva yang sedang menatap kagum danau kecil yang ada di hadapannya. 8 bulan berteman dengan Deeva membuatnya mengetahui berbagai macam kebiasaan sahabatnya itu, termasuk makanan kesukaannya.

Deeeva termasuk orang yang menyukai makanan manis terutama semua yang berhubungan dengan coklat dan juga ia termasuk orang yang begitu mengilai segala macam makanan dan minuman yang mengandung Green tea, Bahkan di saat ia marah atau ngambek satu hal yang akan meredakan semua rasa marahnya adalah es krim green tea, semarah apa pun ia kepada Reyhan ia tak akan pernah menolak es krim green tea yang disodorkan Reyhan kepadanya.

Friend become loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang