Chapter 3 - Investigasi

206 18 5
                                    

Seorang manusia Afrika-Amerika berambut keriting disanggul berdiri di depan kamera meliput berita mengenai serangan teroris yang terjadi di Duck Avenue lebih dari 48 jam lalu. Di belakangnya tampak lalu lalang petugas keamanan yang sedang memeriksa TKP, sebuah apartemen di Duck Avenue. Tulisan pada televisi mengatakan, "Serangan Teroris : Hantu Menyerang Duck Avenue".

Beberapa vampir membiarkan manusia tetap hidup dengan pekerjaan mereka, namun sebagai peliharaan. Majikan wanita itu pasti peliharaan seorang vampir yang menguasai media. Biasanya manusia yang bekerja di media memiliki majikan yang sama dan karena itu media bias kepada para vampir. Bila majikan mereka tewas dan tidak ada yang bersedia mengadopsi mereka, para peliharaan itu juga akan dibunuh.

Alex Chipper mungkin peliharaan yang paling beruntung di antara manusia lain.

"Sulitnya melacak kematian vampir adalah karena setelah mati, sebagian besar jasad mereka hangus." Andrei Valentine memungut sisa-sisa gigi taring milik Marja di antara potongan tubuh yang berubah menjadi arang. Gigi taring itu masih utuh sampai ke akar, dipastikan milik Marja Norvam, adik seorang vampir homo mutos nosferatu yang juga seorang pebisnis peternakan terbesar di Cox.

"Aku menemukan jejak darah di antara lantai tiga dan lantai dua." Jejak itu ada di hadapan Alex Chipper, sudah menghitam dan menggumpal bercampur dengan debu dan pasir.

"Biarkan yang itu, Alex. Itu milik peliharaan Norvam." Salah satu hal yang disyukuri oleh Andrei Valentine sebagai seorang vampir murni adalah kemampuannya untuk mengendus darah. Bila dalam darah itu terdapat DNA, ia bisa meraba informasi DNA yang terkandung di dalamnya.

Andrei Valentine memasukkan gigi taring milik Marja ke dalam sebuah kantung plastik, mungkin akan diperiksa nanti di dalam lab atau untuk bukti di pengadilan saat tersangka tertangkap. Ia berjalan menuruni tangga di dekat Alex Chipper, partnernya dan ikut memandangi genangan darah tersebut. "Rasa besi, manusia muda, dan sepertinya Norvam tidak memberinya makan dengan benar."

"Kadang aku iri dengan vampir murni, mereka bisa tahu banyak hanya dengan mengendus darah." Puji Alex Chipper pada rekannya.

"Seperti aku iri dengan manusia yang sangat pandai menciptakan peralatan dan menganalisa tanpa perlu mengendus." Andrei Valentine kembali ke lantai atas. Tidak jauh dari tempat gigi taring Marja Norvam tergeletak, ada sedikit percikan darah yang sudah mengering juga. "Yang ini juga rasa besi, tapi manusia yang sudah berumur, dan makanannya juga tidak variatif. Sepertinya para teroris itu jarang berbelanja di permukaan. Aku ragu mereka sering naik ke atas."

"Aneh, lalu bagaimana mereka bertahan hidup selama tiga belas tahun?" Alex menyusul rekannya dan menemukan percikan kecil darah di sekitar tangga lantai empat.

"Aku tidak tahu secara pasti. Tapi dari aromanya, sepertinya tidak jauh-jauh dari kentang, gandum, telur, jenis-jenis hasil bumi yang bisa didapat langsung dari perkebunan atau peternakan hewan. Bukan makanan olahan seperti sosis, kornet, keju atau sejenisnya. Kurasa para teroris ini tinggal di sebuah tempat di alam terbuka dan tidak memiliki teknologi yang maju."

Alex menekankan bibirnya hingga kumisnya yang berwarna kuning itu tampak menggembung. "Di distrik timur ada peternakan dan pertanian. Tapi anehnya, jejak darah mereka mengarah ke selatan."

Andrei Valentine tersenyum, "teroris kita ini tampaknya cukup terstruktur. Mungkin mereka organisasi yang cukup strategis."

Alex mencatat point-point penting yang mereka temukan di dalam buku catatannya. Nanti Valentine akan meminta hasil pekerjaannya untuk menulis laporan.

Andrei menggelengkan kepalanya. "Kadang aku berharap vampir dan manusia bisa hidup berdampingan. Kita dua spesies berbeda yang saling melengkapi. Aku sangat menyayangkan perpecahan ini."

The Spectreswarms - Peternakan DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang