Air mata Liora menetes dengan sendirinya. Sungguh ia sangat ketakutan sekarang. Mati di tangan perampok benar-benar bukan cita-citanya. Lebih baik ia mati dengan cara di suntik agar wajahnya tetap cantik dan tubuhnya tetap suci.
Tapi, bayangan mati di tangan para perampok ini benar-benar membuatnya ngeri. Tatapan keenam pria itu seolah siap menerkam Liora hingga habis tak bersisa. Ia benar-benar gemetar sekarang.
"Hai manis, sepertinya malam ini kita akan bersenang-senang." Ucap pria yang tadi tergeletak di aspal. Pria itu menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan lapar.
"Kita dapat tangkapan besar bro. Selain mobilnya bagus, dompetnya juga pasti tebal. Apalagi bagian dalamnya pasti mulus banget."
Keenam orang itu tertawa terbahak-bahak, membuat Liora sangat mual mendengarnya. Liora ingin berteriak kencang untuk meminta tolong. Namun ia sadari, semua itu pasti sia-sia dan hanya membuang tenaga karena tidak ada satu manusia pun yang lewat daerah sini.
Menyadari tidak ada yang bisa ia andalkan selain dirinya sendiri, Liora harus segera mengambil langkah seribu agar bisa kabur dari tempat ini. Ia tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkan diri sebelum para perampok itu membunuh atau memperkosanya.
"Dia sangat cantik. Tidak ada salahnya kita mencobanya dulu sebelum membunuhnya. Benar-benar tangkapan yang bagus malam ini."
"Ya, kita benar-benar beruntung malam ini."
Para penjahat itu tertawa bersamaan. Liora ingin muntah mendengar suara tawa mereka. Ia meneteskan air mata sambil memegang tasnya erat-erat. Liora harus segera lari dari tempat ini. Meskipun mobilnya harus terpaksa ia tinggalkan.
"Ayo manis, kita mulai sekarang."
Liora memukul keras tangan salah satu perampok itu yang hendak menariknya. Saat orang itu jatuh di aspal, Liora segera berlari sekuat tenaganya sambil berteriak meminta tolong. Berharap ada keajaiban Tuhan dan menolongnya keluar dari situasi mengerikan ini.
Sambil berlari kencang, Liora menoleh ke belakang dan mendapati keenam orang itu mengejarnya. Ia mengusap air matanya kasar sambil terus berlari sekuat tenaganya.
"Percuma kau lari!! Kami akan terus mengejarmu!!" Salah satu perampok itu berteriak lantang, membuat Liora semakin ketakutan.
Saking takutnya, Liora sampai tidak menyadari ada batu yang ada di depannya. Ia tersandung dan tersungkur di aspal. Liora meringis menahan sakit. Ia akan bangkit namun suara kekehan enam orang itu membuatnya melotot sambil terduduk memegangi lututnya yang berdarah meskipun tidak banyak.
Liora menangis, ia memundurkan tubuhnya sambil menatap pada perampok yang kini mengerubunginya seperti serigala yang melihat mangsanya. Liora ketakutan setengah mati. Ya Tuhan, apa ini akan menjadi akhir hidupnya? Mati di tangan para penjahat mengerikan yang mungkin akan terlebih dulu memperkosanya.
**
Nathan masih sibuk melayani pelanggan meskipun ini sudah malam. Sudah jam setengah delapan dan ia sudah izin jam delapan nanti untuk pulang lebih dulu. Karena Nathan jarang libur, jadi manajer mengizinkannya kali ini. Ada acara di rumah tetangganya dan Nathan sudah bilang akan hadir meskipun sedikit terlambat.
Tak terasa waktu berlalu cepat karena pekerjaannya. Nathan melirik jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia segera pergi ke belakang dan pamit pada manajernya. Tidak ada masalah sama sekali karena memang ia sudah izin sebelumnya.
Nathan mengganti seragamnya dengan pakaian yang tadi ia pakai saat berangkat bekerja. Ia berpamitan pada beberapa temannya dan keluar dari restoran. Nathan menaiki motornya dan mengendarainya membelah jalanan.
Di tengah perjalanan, motor Nathan berhenti karena terjebak macet. Bukan kemacetan yang parah karena sepertinya sudah agak terurai. Nathan bertanya pada salah satu pengendara yang berhenti di sampingnya. Ternyata kemacetan itu disebabkan oleh kecelakaan yang ada di depannya. Sebuah truk menghantam mobil hingga menyebabkan empat orang terluka.
Nathan mengikuti arus kendaraan sedikit demi sedikit. Ia berencana mengambil jalan pintas karena tidak mau terlambat datang ke acara tetangganya. Meskipun hanya acara syukuran kecil-kecilan, tapi tetap saja tidak enak jika ia terlalu terlambat. Bahkan mungkin saat ini acara itu sudah dimulai.
Meskipun teringat pada pesan ibunya jika jalan pintas itu berbahaya, tapi Nathan tidak memiliki pilihan lain. Untungnya ia mengantongi pisau yang ia pinjam dari dapur restorannya. Pisau yang biasanya digunakan untuk memotong pizza. Meskipun pikirannya mungkin berlebihan, tidak ada salahnya berjaga-jaga. Lebih baik seperti itu daripada menyesal pada akhirnya karena tidak siaga dari awal.
Nathan membelokkan motornya saat sudah tiba di jalan pintas itu. Ia cukup berhati-hati dan menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Tidak pelan, tidak juga mengebut. Sebenarnya jika daerah ini aman, pemandangan yang disuguhkan sangat luar biasa di malam hari.
Suasana cerah karena area ini jauh dari pemukiman padat penduduk. Area persawahan yang sejuk dan bintang-bintang terlihat jelas di langit. Tapi, sayangnya pemandangan indah tidak bisa dirasakan semua orang karena sepertinya orang-orang sudah tahu jika daerah ini rawan. Buktinya, sedari tadi ia melajukan motornya, tidak ada yang lewat sama sekali.
Saat Nathan dengan santai menjalankan motornya, tiba-tiba matanya menangkap sebuah pemandangan yang cukup janggal. Ada lima, bukan lima, kalau tidak salah ada enam orang pria yang seperti tengah mengepung seseorang. Ada mobil yang berhenti agak jauh dari tempat itu. Nathan semakin memelankan motornya agar orang-orang itu tidak mendengar.
"Tolong, jangan sakiti saya. Kalian bisa membawa mobil dan uang saya. Tapi tolong biarkan saya pergi."
Nathan bisa mendengar suara wanita itu setengah menangis. Dan suara tawa para pria itu terdengar menggelegar. Jadi, ada perampokan di sini. Nathan akhirnya memutuskan untuk menghentikan motornya agar para perampok itu tidak menyadari kehadirannya. Ia tidak mungkin membiarkan wanita itu dirampok.
"Nona, mobil dan uangmu memang akan kami sikat. Tapi tidak ada salahnya bukan kalau kami mencicipi tubuhmu dulu. Kau terlihat sangat mulus dan cantik. Akan sangat sia-sia jika kami tidak mencicipimu terlebih dahulu. Aaaaah!!"
Suara ringisan salah satu perampok itu terdengar saat wanita itu menjegal dua orang perampok itu kemudian berlari ke arahnya. Nathan langsung siaga dan menyalakan motor agar wanita itu segera naik motornya karena pasti membutuhkan pertolongan. Begitu melihatnya, binar mata wanita itu langsung cerah, seperti menemukan alasan untuk hidup kembali.
"Tolong, tolong bawa saya pergi dari sini."
Mata Nathan memicing sangat menyadari siapa gadis yang akan dirampok itu. Gadis yang saat ini meminta pertolongan padanya adalah gadis yang sama yang menghinanya di restoran tempo hari. Jadi, gadis angkuh itu saat ini hampir menjadi korban perampokan. Nathan tersenyum dalam hati melihatnya. Rasakan. Dia tidak jadi iba. Bahkan berniat meninggalkan gadis itu begitu saja di tempat ini. Biarkan saja wanita ini jadi makanan para perampok, Nathan tidak mau peduli. Hatinya masih sakit hati mengingat penghinaan gadis itu padanya beberapa hari yang lalu.
"Tolong saya, tolong bawa saya pergi dari sini." Gadis itu sepertinya juga sudah menyadari siapa Nathan. Namun tidak memiliki pilihan selain meminta tolong padanya karena para perampok itu masih mengejarnya.
Otak Nathan berpikir cepat, tidak tega juga membiarkan gadis itu digilir para perampok. Tapi untuk menolong secara sukarela, Nathan juga tidak sudi. Gadis itu harus diberi pelajaran. Dan otak Nathan kini berpikir pelajaran apa yang harus dia berikan pada si gadis angkuh di tengah situasi genting seperti sekarang.
"Oke, aku akan menolongmu sekarang, tapi ada syaratnya."
"Hai perek, berhenti Lo!!!"
Para penjahat itu semakin mendekat dan Liora mulai ketakutan.
"Katakan, apa syaratnya?" Liora benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Ia akan melakukan apapun agar pria ini mau menolongnya. Tubuhnya bergidik membayangkan para perampok itu menggagahi tubuhnya.
"Tidur denganku, atau aku akan meninggalkanmu di sini dan membiarkan bajingan-bajingan itu memperkosamu secara bergilir."
Dan, perkataan pria itu sukses membuat mata Liora melotot seketika. Mulutnya ternganga, sulit mencerna apa yang terjadi. Jadi, sekarang ia keluarkan dari kandang singa dan masuk ke kandang serigala.
YOU ARE READING
Meet Again (On Going)
RomanceLiora tidak menyangka, hidupnya yang semula lurus dan sempurna, akan terjebak dengan seorang pelayan restoran yang ia hina tempo hari karena tidak sengaja mengotori gaun mahalnya. "Tidur denganku, atau aku akan meninggalkanmu di sini dan membiarkan...
