"Tapi Ananta gak pernah menganggap kita ikut campur, Kak," potong Januar cepat. "Dia justru gak pernah menggantungkan harapannya ke siapapun. Semua ia lakukan sendiri, meskipun hasilnya selalu berujung pada kesakitan yang ia dapat. Saya yakin Kakak kenal dengan Ananta, dilihat dari jawaban Kakak yang seperti selalu menghindar. Berhenti denial, Kak."
Soraya kembali terdiam, entah karena kehabisan kata-kata, atau karena kalimat terakhir yang Januar ucapkan. Ada sesuatu hal yang tiba-tiba menyentuh dadanya. "Saya gak tau banyak," katanya akhirnya. "Kami memang sering bertemu dan berbincang, tapi itu sudah sangat lama."
Idghaf yang berhasil meredakan emosinya, akhirnya mengangkat kepalanya. "Mode speaker, Januar."
Januar mengangguk, kemudian dengan cepat melaksanakan permintaan sahabatnya. "Sudah."
"Kak Sora," panggil Idghaf dengan nada yang lebih stabil. "Kalau semisalnya memang Kakak tidak tahu banyak soal Farasha, tapi silahkan Kakak beritahu kami apa yang Kak Sora tahu."
Gadis itu menarik nafasnya panjang dari seberang telefon. Ada keraguan yang sejenak menguasai dirinya, tapi Idghaf beserta Januar tahu bahwa ia sedang menimbang-nimbang sesuatu. Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya suara lirih milik Soraya kembali terdengar dalam indra pendengaran keduanya.
"Baiklah, tapi saya tidak bisa menjanjikan banyak. Saya hanya bisa menceritakan apa yang bisa saya ceritakan. Setelah itu, terserah kalian ingin percaya atau tidak soal ini," ucap Soraya dengan suara yang lebih serius.
Idghaf dan Januar saling bertukar pandang, Januar mengangguk pelan sementara Idghaf mengencangkan genggamannya di atas lututnya.
Entah mengapa ia punya firasat yang cukup buruk, dan itu memenuhi pikirannya seketika. Ia baru tahu, bahwasanya orang yang dulu begitu dekat dengannya, ternyata mempunyai sesuatu yang selama ini ia cari, ia ingin ketahui lebih lanjut. Namun, Idghaf kembali lagi berperang dengan pikirannya. Ia sudah melangkah sejauh ini, namun ia sama sekali belum menemukan arti sebenarnya dari tujuannya melangkah semua hal bersama Januar saat ini. Pikirannya terpecah kala suara dari ponselnya miliknya kembali terdengar.
"Nyonya Farasha.. dia mungkin bukan sekedar nama yang kalian cari," ujar Soraya. "Dia dalah seseorang yang pernah menjadi bagian penting dari kehidupan seseorang, namun juga seseorang yang memilih untuk menghilang dari hidupnya sendiri. Kalian tahu, bagaimana rasanya menjadi bayangan dari kehidupan orang lain? Itu yang dirasakan oleh Nyonya Farasha."
"Maksud Kakak?" tanya Idghaf dengah dahi yang mulai berkerut. "Apa maksudnya semua ini?"
"Dia tidak menghilang begitu saja, Idghaf. Dia memilih untuk pergi. Keputusan itu bukan sesuatu yang mudah, bahkan sampai rela meninggalkan Ananta sendirian saat itu. Ada alasan besar di baliknya" Soraya berhenti sejenak, seolah memastikan bahwasanya keduanya masih mendengarkan.
"Lantas, alasan besar apa yang menyebabkan sampai ia harus meninggalkan anaknya begitu saja?" Januar bertanya, mencoba menggali informasi lebih dalam.
"Itu karena keadaan yang memaksanya. Saya berucap seperti ini, karena saya berada disana saat itu. Saya melihatnya sendiri, bagaimana dia harus membuat keputusan yang menyakitkan itu."
"Kenapa Kakak tidak pernah bercerita soal ini sebelumnya?" tanya Idghaf lagi.
"Itu karena kamu tidak bertanya, Idghaf. Dan juga, saat itu usia mu masih sangat muda." jawab Soraya pelan. "Dan Kakak tahu, bahwa semua kebenaran harus diungkapkan. Tapi melihat kalian berdua yang begitu bersikeras mencari tahu, Kakak rasa kalian berhak untuk mendapatkan sedikit penjelasan soal itu."
CZYTASZ
Silent Talk - [ DOSHIN ] || Completed.
Romansㅤ Idghaf, sosok yang sempurna di mata banyak orang. Hidupnya penuh akan kemewahan dan status sosial yang tinggi, wajah tampan bak pangeran negeri dongeng ; memiliki segala hal yang orang lain inginkan dalam hidupnya. Tapi, di balik kesempurnaan itu...
˖23 › Restart Pointer
Zacznij od początku
![Silent Talk - [ DOSHIN ] || Completed.](https://img.wattpad.com/cover/379857731-64-k836939.jpg)