˖23 › Restart Pointer

Start from the beginning
                                        

"Tapi ini menyangkut janji, Kak!"

Nada suara Idghaf kembali meninggi, menyebabkan Soraya terdiam di seberang telfon dengan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka, bahwasanya anak yang dulu sangat periang dan penuh tawa, kini telah berubah sepenuhnya. Tak jauh berbeda dengan Soraya, Januar merasakan atmosfer itu. Dirinya sampai menelan ludahnya kasar kala mendengar nada nyaring dari suara Idghaf yang meninggi.

"Eee.. Ghaf, kayaknya biar gue aja yang ngomong. Lu tenangin diri lu dulu," dengan gerakan perlahan, Januar mengambil alih ponsel milik Idghaf secara perlahan, sementara Idghaf kembali menghela nafasnya kasar sembari menutup wajahnya.

Januar mendekatkan ponsel itu ke telinganya. "A-anu.. maafin Idghaf tadi ya, Kak Sora? Kayaknya Idghaf lagi banyak pikiran akhir-akhir ini."

"Oh, Gapapa. Kamu gak usah sungkan begitu," Soraya berujar sedikit kikuk. "Dan, dengan siapa sekarang saya berbicara?"

"Saya Januar, sahabatnya Idghaf."

"Januar, seperti tidak asing mendengarnya."

"Nama saya cukup pasaran, Kak. Mungkin saja itu orang lain."

Soraya mengangguk meskipun Januar tak dapat melihatnya. "Jadi.. bisa kamu jelaskan apa maksud dari tujuan kalian?"

"Huh.. jadi, maksud tujuan kamu disini, kami ingin membantu seseorang menemukan sosok yang menjadi rumahnya berteduh, berlindung di balik kerasnya dunia, dan seseorang yang menganggap dia ada.." Januar berujar lirih, seperti menyampaikan kalimat tersebut dengan penuh penghayatan. "Dan seperti yang Idghaf bilang, ini menyangkut soal janji. Kita berdua janji buat cari keberadaan sosok Farasha itu, saya sendiri sudah mencoba untuk bertanya ke segala manusia yang ada, namun tak mendapatkan hasil. Dan menurut narasumber terakhir yang tanya, Kak Sora adalah satu-satunya orang yang terakhir kali ditemui oleh beliau. Jadi maksud kami tiba-tiba menelfon Kakak, karena kami ingin tahu ceritanya."

"Dan sosok itu adalah Ananta, betul?" tanya Soraya tiba-tiba. "Sebenarnya kalian gak berhak buat tahu urusan ini. Urusan pribadi dan menyangkut keluarga seseorang, lebih baik kalian berhenti saja."

"Tapi, tapi.. ini penting, Kak."

"Penting bagi kalian, tapi bagi saya sendiri itu sama dengan membuang-buang waktu. Kenapa kalian begitu bersikeras untuk dapat tau kemana wanita itu pergi?"

Nafas gusar keluar begitu saja, Januar melirik ke arah Idghaf yang masih diam dengan kepala tertunduk, tangannya terkepal erat di kedua lututnya. Sejenak, suasana hening menguasai ruang tamu rumah Januar, hanya ada suara deru nafas Idghaf yang masih mencoba untuk menstabilkan emosinya.

"Karena janji. Janji yang bukan sekedar janji," nadanya sedikit tegas dari sebelumnya. "Kami gak akan mungkin mengejar sesuatu yang gak ada artinya. Kalau memang dengan ngembaliin Nyokap Ananta ini gak penting, lantas mengapa anak itu masih mencari sosoknya? Kenapa Ananta rela mendapatkan perlakuan tak adil dan kehilangan banyak hal dalam hidupnya hanya demi seseorang yang keberadaan nya sekarang entah ada dimana?" Januar menekankan kata-katanya, berharap bisa menggoyahkan keteguhan yang dimiliki oleh Soraya.

Soraya tak segera menjawab. Ia seperti mendapatkan pukulan telak hanya karena perkataan Januar. Ia masih mencerna kalimat tersebut, mencoba menyusun kata-kata yang pas untuk ia ucapkan. "Januar," panggilnya kemudian. "Kalian masih terlalu mudah untuk terlibat dalam urusan seperti ini. Ananta memang menganggap itu sesuatu yang penting, tapi itu bukan berarti kalian jug harus ikut campur."

Silent Talk -  [ DOSHIN ]  ||  Completed.Where stories live. Discover now