Two

3.9K 251 1
                                        

Malam itu, langit Seoul dipenuhi bintang, tetapi Donghyuck tidak bisa menikmati keindahannya. Ia berdiri di depan apartemen orang tuanya, menatap mereka dengan senyum tipis yang penuh kebohongan.

"Aku harus pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, Bu, Ayah," katanya dengan suara setenang mungkin.

Ibunya menatapnya dengan khawatir. "Seberapa lama?"

Donghyuck tersenyum kecil. "Tidak lama. Hanya beberapa minggu."

Ayahnya hanya mengangguk, tetapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya percaya. Namun, ia tidak bertanya lebih lanjut. "Hati-hati di sana."

Donghyuck memeluk ibunya, lalu ayahnya, sebelum berbalik pergi. Ia tidak ingin berlama-lama di sini, takut jika hatinya melemah. Jika mereka tahu kebenarannya bahwa ia tidak sekadar melakukan pekerjaan biasa, melainkan misi berbahaya yang bisa merenggut nyawanya mungkin mereka tidak akan membiarkannya pergi.

Namun, ini adalah jalannya. Dan ia tidak bisa mundur sekarang.

————

Bandara internasional Incheon terasa sibuk seperti biasa, tetapi bagi Donghyuck, tempat ini hanya persinggahan menuju sesuatu yang lebih gelap.

Jaemin sudah menunggunya di area keberangkatan dengan koper di sampingnya. "Lama sekali," katanya dengan nada bercanda.

Donghyuck hanya mendengus. "Aku harus berpamitan dulu."

Tak lama, bos mereka datang dengan ekspresi seperti biasa dingin dan tegas. Ia menyerahkan secarik kertas pada Donghyuck.

Donghyuck mengernyit. "Apa ini?"

"Buka saat kau sudah sampai di Kanada," jawab bosnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Donghyuck menatapnya curiga, tetapi ia tidak bertanya lebih jauh. Ia mengambil kertas itu dan menyimpannya di saku jaketnya.

Tak lama, panggilan untuk penerbangan mereka terdengar.

"Ini dia," Jaemin berkata sambil mengambil kopernya. "Siap?"

Donghyuck menarik napas dalam. "Siap atau tidak, aku tetap harus pergi."

Mereka bertiga berjalan menuju pesawat, meninggalkan Seoul dan kehidupan yang mereka kenal, menuju Kanada tempat di mana segalanya akan berubah.

————

Bandara Internasional Toronto Pearson dipenuhi dengan hiruk-pikuk penumpang yang baru tiba. Suara koper beroda bergesekan dengan lantai, pengumuman penerbangan terdengar dari speaker, dan aroma kopi dari kedai-kedai bandara memenuhi udara.

Donghyuck menarik napas dalam begitu ia melangkah keluar dari pesawat. Perjalanan panjang dari Seoul membuat tubuhnya lelah, tetapi pikirannya jauh lebih terbebani oleh apa yang akan terjadi selanjutnya.

Di sebelahnya, Jaemin tampak santai seperti biasa, menggeliat seolah baru bangun tidur. "Akhirnya sampai juga. Jadi, kita langsung cari tempat tinggal atau mau mampir minum kopi dulu?" tanyanya dengan nada ceria.

Donghyuck menatapnya tajam. "Kita tidak sedang liburan."

Jaemin hanya terkekeh. "Santai sedikit, partner. Kalau kau tegang seperti ini, kau bakal ketahuan sejak awal."

Mereka keluar dari bandara dan menyewa mobil untuk mencari apartemen yang cukup aman dan strategis. Setelah beberapa jam mencari, mereka akhirnya menemukan tempat yang cukup nyaman di tengah kota Toronto, tidak jauh dari pusat bisnis dan daerah yang sering dikunjungi orang-orang seperti Mark.

Begitu mereka masuk ke dalam apartemen, Donghyuck langsung menjatuhkan dirinya di sofa, melepas jaketnya, lalu mengeluarkan kertas yang diberikan bosnya dari dalam saku. Ia menatapnya sejenak sebelum membukanya dengan hati-hati.

Di dalamnya tertulis beberapa instruksi

"Pelajari sifat Haechan. Haechan dikenal sebagai orang yang cerewet, tidak mau diam, dan sedikit urakan. Cara berbicara dan gestur tubuhnya. Haechan terbiasa berbicara cepat, sering menggunakan tangan saat bicara, dan memiliki kebiasaan menggigit kuku saat berpikir.
Alasan aku memilihmu adalah karena kau dan Haechan memiliki wajah yang hampir identik. Dengan sedikit perubahan pada gaya bicaramu dan cara berpenampilan, tidak akan ada yang curiga."

Donghyuck menggenggam kertas itu erat. Jadi, ini bukan hanya tentang keterampilannya, tapi juga kebetulan bahwa wajahnya sangat mirip dengan pria yang akan mereka bunuh. Seolah identitasnya tidak lebih dari topeng yang bisa diganti kapan saja.

Jaemin, yang sudah membuka koper dan mulai mengeluarkan barang-barangnya, melirik Donghyuck dengan senyum miring. "Aku tahu itu akan mengganggumu."

Donghyuck mendesah panjang. "Aku tidak suka mengubah identitasku."

"Tapi kau harus," Jaemin duduk di kursi seberangnya, menyilangkan tangan. "Dengar, ini cuma sementara. Kita bunuh Haechan, kau ambil identitasnya, dan kita selesaikan misi ini. Setelah itu, kau bisa kembali menjadi Hyuck yang pendiam dan kaku seperti biasanya."

Donghyuck meliriknya tajam, tetapi Jaemin hanya tertawa pelan.

"Lagipula, ini bisa jadi kesempatan bagus untukmu," lanjut Jaemin, "Coba pikir, kapan lagi kau bisa bebas bicara sebanyak yang kau mau tanpa ada yang menghakimi? Karena kali ini, kau harus bicara sebanyak-banyaknya, Hyuck. Haechan itu tipe orang yang tidak bisa diam."

Donghyuck menghela napas dan menutup matanya sejenak. Ia tahu Jaemin benar. Jika ia ingin menyusup ke dalam kelompok Mark, ia harus benar-benar menjadi Haechan.

Akhirnya, ia melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam sakunya. "Baiklah. Kita mulai dari mana?"

Jaemin tersenyum puas. "Besok kita cari Haechan dan menyingkirkannya. Malam ini, kita istirahat dulu. Besok adalah awal dari permainan baru."

Donghyuck tidak menjawab. Ia hanya menatap langit malam Toronto dari balik jendela apartemen, menyadari bahwa mulai sekarang, ia bukan lagi Donghyuck melainkan seseorang yang bahkan bukan dirinya sendiri.

————

Pagi itu, aroma bacon dan telur memenuhi apartemen kecil mereka. Donghyuck mengerjapkan mata, bangun dengan sedikit rasa kantuk, dan langsung melihat Jaemin yang sudah sibuk di dapur.

"Selamat pagi, Tuan Pendiam! Ayo, duduk dan makan!" seru Jaemin dengan ceria, membalik telur dadar di atas wajan.

Donghyuck hanya menghela napas dan berjalan ke meja makan. "Kau bangun lebih awal?" tanyanya sambil menuangkan kopi ke cangkirnya.

"Tentu saja. Aku kan bukan tipe orang yang tidur sampai siang," jawab Jaemin sambil membawa piring berisi sarapan. "Makanlah, kita punya hari yang panjang di depan."

Donghyuck tidak banyak bicara dan mulai makan. Meskipun Jaemin banyak omong, setidaknya dia bisa memasak dengan baik. Setelah sarapan, mereka bergantian mandi dan bersiap.

Hari ini adalah hari di mana mereka akan mulai eksekusi rencana mereka yaitu menghabisi Haechan dan menggantikan posisinya.

Setelah memastikan semuanya siap, mereka meninggalkan apartemen dan menuju kawasan kekuasaan Mark. Jaemin yang menyetir, sementara Donghyuck duduk di sebelahnya, matanya waspada mengamati sekitar.

Tak butuh waktu lama sebelum mereka menemukan target mereka. Haechan baru saja keluar dari sebuah mansion bersama seorang bodyguard.

"Itu dia," kata Donghyuck, mengamati dari kaca mobil.

"Ya, dan lihat bodyguard di sebelahnya. Sepertinya kita harus ekstra hati-hati," gumam Jaemin sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di setir.

Haechan dan bodyguard-nya masuk ke dalam mobil hitam. Jaemin langsung menghidupkan mesin dan mulai mengikuti mereka dari jarak yang aman.

"Baiklah, partner. Sekarang, kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyingkirkan si kembaranmu," ucap Jaemin dengan nada santai, tetapi matanya penuh perhitungan.

Donghyuck tidak menjawab. Dia hanya menatap mobil Haechan di depan mereka, mengetahui bahwa sebentar lagi, hidupnya akan berubah selamanya.

At The End Of The Chain || MARKHYUCKWhere stories live. Discover now