Setibanya di Korea, Mark tidak membuang waktu. Dia sudah mengatur segalanya, dan sekarang, dia berdiri di ruangan yang hanya diterangi cahaya redup, menatap seorang pria yang dulu berani menyebut Haechan sebagai "jalang terbaik."
Yeonwoo duduk di kursi dengan tangan gemetar, jelas mengetahui bahwa nasibnya sudah ditentukan.
Mark mengambil langkah perlahan mendekatinya, membiarkan sepatu kulit mahalnya mengeluarkan suara berat di lantai marmer. "Kau tahu kenapa kau di sini?" tanyanya dengan nada datar, matanya dingin seperti pisau yang baru diasah.
Yeonwoo menelan ludah, tetapi dia tetap mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kalau ini soal Haechan—"
Tamparan keras menghentikan kata-katanya.
Yeonwoo tersentak, kepalanya tersentak ke samping akibat pukulan Mark yang tidak bisa diprediksi.
"Kau cukup berani menyebut namanya di hadapanku setelah semua kebohongan yang kau sebarkan?" Mark bertanya dengan suara rendah yang mengerikan. "Kau pikir aku akan diam saja setelah kau membuatnya overthinking, setelah kau membuatnya berpikir aku hanya melihatnya sebagai seseorang untuk kutiduri?"
Yeonwoo terdiam, matanya melebar. Dia tahu Mark bisa kejam, tapi dia tidak menyangka pria itu akan benar-benar kehilangan kendali seperti ini.
Mark berjongkok di depannya, matanya menatap langsung ke dalam mata Yeonwoo. "Dengar baik-baik, bajingan," katanya dengan suara hampir berbisik, tapi setiap kata sarat dengan ancaman. "Haechan bukan hanya seseorang yang kusentuh. Dia adalah seseorang yang kupuja. Aku bahkan tidak bisa bernapas dengan benar jika dia tidak ada di hadapanku."
Yeonwoo menelan ludah. "Aku—Aku hanya—"
"Kau hanya mencoba menghancurkannya, bukan?" Mark menyeringai, tapi senyumannya dipenuhi dengan bahaya. "Kau pikir kau bisa membuatnya meragukan dirinya sendiri, membuatnya berpikir aku hanya melihatnya sebagai alat pemuas? Kau tidak tahu betapa bodohnya kau, Yeonwoo."
Dia berdiri tegak lagi, mengeluarkan ponselnya dan melemparnya ke pangkuan Yeonwoo. "Buka itu."
Tangan Yeonwoo gemetar saat dia menekan layar. Begitu dia melihat isi email yang terbuka, napasnya terhenti.
Mark menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan. "Kontrakmu dengan semua klien besar yang pernah bekerja sama denganmu? Mereka tidak ingin berbisnis dengan seseorang yang tidak bisa menjaga mulutnya sendiri."
Yeonwoo membaca lebih lanjut, panik semakin memenuhi wajahnya. Semua kontrak proyeknya telah dibatalkan. Semua koneksi bisnisnya telah diputus. Bahkan sumber pendapatan utamanya telah dihancurkan.
"Apa... Apa yang kau lakukan?" suaranya bergetar, ketakutan mulai meresap ke dalam tubuhnya.
Mark menyeringai. "Menghancurkan hidupmu, seperti yang hampir kau lakukan pada pasanganku."
Yeonwoo mendongak, keringat mulai mengalir di pelipisnya. "K-Kumohon, aku hanya bercanda—"
Mark mencengkeram dagunya dengan kasar, membuatnya mendongak dengan paksa. "Kau pikir ini lelucon?"
Yeonwoo berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Mark terlalu kuat. "Aku tidak akan mengulanginya! Kumohon—"
Mark mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan tajam. "Jangan pernah sebut namanya lagi. Jangan pernah muncul di hadapannya lagi. Dan jangan pernah berpikir kau bisa menghancurkannya, karena aku akan selalu ada di sini untuk memastikan kau hancur duluan."
Dengan satu dorongan, Mark melepaskan Yeonwoo, membuat pria itu terjatuh dari kursinya.
Yeonwoo terengah-engah, mencoba mengumpulkan kembali harga dirinya yang tersisa.
Tapi Mark sudah berbalik, mengambil jasnya, dan berjalan keluar ruangan tanpa melihat ke belakang.
Balas dendam belum selesai. Dan bagi Mark, itu baru awal dari kehidupan di mana tidak ada lagi orang yang berani menyakiti Haechan.
♫•*¨*•.¸¸♪
Yeonwoo mencoba melarikan diri. Dia tahu bahwa Mark Lee bukan seseorang yang bisa dia lawan. Setelah kehancuran total yang Mark berikan padanya— kehilangan bisnis, kehilangan reputasi, dan kehilangan semua koneksi, Yeonwoo merasa tidak punya pilihan selain meninggalkan Korea.
Tapi Mark tidak akan membiarkan itu terjadi.
Di suatu malam yang sepi, saat Yeonwoo tengah menjejalkan kopernya ke dalam bagasi mobil, sebuah tangan mencengkeram bahunya.
"Aku tidak bilang kau bisa pergi," suara Mark terdengar begitu dingin di telinganya.
Yeonwoo membeku, tubuhnya gemetar saat dia menoleh dan melihat pria itu berdiri di belakangnya, bersama beberapa orang berbadan kekar yang wajahnya tidak menunjukkan emosi.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kau lakukan?" Mark melangkah maju, wajahnya dipenuhi kegelapan yang belum pernah Yeonwoo lihat sebelumnya.
Yeonwoo menelan ludah. "Aku... Aku sudah kehilangan segalanya! Apa lagi yang kau inginkan dariku?"
Mark menyeringai, tapi tidak ada humor di dalamnya. "Aku ingin dunia ini tidak perlu melihat wajahmu lagi. Aku ingin kau lenyap."
Yeonwoo tersentak mundur, tapi dua pria yang bersama Mark segera mencengkeram lengannya, menahannya di tempat.
"Tidak! Mark, kumohon—"
Tapi permohonannya hanya mengundang tatapan jijik dari Mark.
"Kau mencoba menghancurkan satu-satunya orang yang berarti bagiku," Mark berbisik, nada suaranya begitu lembut tapi mengandung ancaman yang mengerikan. "Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dengan tenang?"
Yeonwoo mencoba memberontak, tapi cengkeraman orang-orang Mark terlalu kuat.
"Kau akan diantarkan ke tempat di mana tidak ada yang akan menemukannya," lanjut Mark, suaranya tanpa belas kasihan. "Tidak ada yang akan mencarimu. Tidak ada yang akan merindukanmu."
Ketakutan memenuhi wajah Yeonwoo. "Kumohon... Kumohon, aku tidak akan pernah mengganggu Haechan lagi!"
Mark menatapnya dengan dingin. "Aku tahu. Karena setelah malam ini, kau tidak akan ada di dunia ini lagi."
Yeonwoo menjerit, tapi suara itu teredam saat kain hitam menutupi wajahnya.
Mark hanya berdiri diam, menatap tanpa emosi saat anak buahnya membawa Yeonwoo pergi ke dalam mobil hitam. Dia tidak perlu tahu ke mana pria itu akan dibawa— karena yang terpenting, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik tanpa Yeonwoo di dalamnya.
Ketika mobil melaju pergi, Mark mengeluarkan ponselnya dan mengirim satu pesan singkat ke satu-satunya orang yang benar-benar berarti baginya.
[sweetheart]
Aku dalam perjalanan pulang.
Jangan tidur dulu, aku ingin memelukmu.
Dan dengan itu, Mark meninggalkan tempat itu tanpa melihat ke belakang. Yeonwoo? Dia sudah tidak lagi menjadi bagian dari
dunia ini.
to be continued —
₊˚✧⋆ jangan lupa vote dan comment ya ₊˚✧⋆
STAI LEGGENDO
BOUND BY DESIRE
Storie d'amoreLee Haechan, seorang model dengan pesona menggoda dan wajah yang terlalu cantik untuk diabaikan, telah lama menghilang dari dunia hiburan setelah patah hati. Namun, ketika namanya kembali mencuat ke publik, bukan hanya karena comeback-nya yang gempa...
