Error di coding, Error di Hati

9 1 0
                                        


Suasana hening begitu terasa ketika semua orang di kelas sibuk mengerjakan coding. Hampir setengah otak mereka dipenuhi oleh bahasa pemrograman.

Zoey tidak pandai dalam coding—sebenarnya, dia merasa salah jurusan. Namun, meskipun begitu, sorot matanya menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan tugasnya, meskipun ia sering bertanya kepada teman-temannya.

Di sisi lain, Toroma, yang biasanya suka coding berkat dorongan teman-temannya, justru merasa jenuh dan pusing kali ini. Tantangan yang dihadapinya terlalu sulit, bahkan teman-temannya pun kesulitan menyelesaikannya.

Lala, Tata, dan Zoey berjalan menuju bangku Toroma dan teman-temannya. Mereka mengalami error dalam coding dan berharap bisa mendapatkan bantuan.

"Ini gimana? Kok bisa error?" tanya Lala kepada Gaga.

"Sini coba," jawab Gaga, mengambil alih kode mereka.

Gaga membantu Lala, Tata, dan Zoey memperbaiki codingan mereka. Sementara itu, Toroma tampak ingin membantu, tetapi ia hanya terdiam dan mengamati.

"Jangan liatin terus, bantuin nih! Bantu si Zoey, tadi error-nya sama kayak punyamu," ujar Gaga kepada Toroma.

"Iya, iya," sahut Toroma, akhirnya turun tangan membantu Zoey.

Dengan bantuan Toroma, codingan Zoey akhirnya berhasil diperbaiki.

"Makasih ya, Toroma," ucap Zoey dengan senyum lega.

"Iya, sama-sama," balas Toroma.

Setelah semuanya selesai, Lala, Tata, dan Zoey kembali ke bangku mereka dan segera mengumpulkan file tugas ke CBT, platform untuk mengumpulkan tugas secara online.

"Jam pertama dan kedua telah selesai, selanjutnya masuk ke jam pelajaran ketiga dan keempat." Suara bel berbunyi nyaring, menandakan pergantian pelajaran.

Setiap pergantian pelajaran, semua siswa harus melakukan moving class karena kelas mereka tidak menetap. Begitu bel berbunyi, para siswa berlari terburu-buru. Setelah ini, mereka ada pelajaran Bimbingan Konseling (BK), tetapi sebelum itu, mereka mampir ke kantin agar waktu istirahat mereka nanti tidak terpotong oleh moving class.

Lala, Tata, dan Zoey berjalan dengan tergesa-gesa menuju kelas BK. Mereka ingin segera mendapatkan bangku sebelum diambil oleh teman-teman lain. Mereka bahkan rela duduk lebih dulu dan menunda istirahat demi mengamankan tempat.

Pelajaran kali ini adalah BK—pelajaran yang santai, tetapi tetap serius.

Seluruh siswa kelas 11 RPL sudah masuk dan menunggu guru datang. Namun, setelah menunggu selama setengah jam, guru tak kunjung hadir. Itu berarti jam kosong. Meski begitu, ada tugas yang harus mereka kerjakan: membuat kelompok berisi lima orang dan mencari nama seorang artis atau content creator beserta kontennya.

Lala, Tata, dan Zoey segera mencari dua anggota tambahan. Akhirnya, Gaga dan Toroma bergabung dengan kelompok mereka.

"Kita mau pilih artis atau content creator siapa, ya?" tanya Zoey.

"NCT aja, yuk!" ucap Lala yang memang penggemar berat K-pop.

"Pandawara aja," usul Toroma.

"Ya udah, langsung tulis aja," kata Tata.

Tata mulai mencatat nama akun dan isi kontennya, sementara Gaga dan Lala ikut membantu. Berbeda dengan mereka, Zoey dan Toroma malah asyik mengobrol. Seperti biasa, topik favorit mereka adalah cerita horor—sesuatu yang sangat mereka sukai, tapi tidak dengan Lala. Lala sangat takut dengan hal-hal berbau horor, jadi ia sering kesal setiap kali mereka membahasnya.

"Siang-siang, woy! Jangan bahas horor, nggak mutu banget, aneh!" protes Lala kesal.

"Suka-suka, lah! Ini seru, dengerin dulu!" balas Zoey santai.

Toroma hanya tertawa dan kembali bercerita bersama Zoey. Tanpa mereka sadari, waktu pelajaran sudah habis. Mereka pun segera berkemas dan pindah ke kelas berikutnya.

Tak terasa, waktu pulang sudah tiba. Seperti biasa, Lala, Tata, dan Zoey melakukan kebiasaan mereka sepulang sekolah—membahas berita hot hari ini.

"Kalian tahu nggak sih kalau Toroma deket sama Arsa? Tapi nggak terlalu kelihatan, ya? Aku dengar-dengar anak-anak di kelas ngomongin itu. Tapi tadi, pas Toroma ngajarin Zoey, kayaknya Arsa cemburu, deh!" ujar Tata.

"Iya juga, ya! Aku baru sadar. Tapi gimana dong? Zoey kan memang butuh bantuan Toroma. Lagian cuma ngajarin doang, nggak ada yang aneh. Masa cemburu gitu doang?" timpal Lala.

"Hah? Sumpah? Kok aku baru tahu kalau mereka deket? Hahaha," Zoey tertawa santai.

Lala melirik Zoey penuh selidik. "Kenapa, Zoey? Kok reaksinya gitu banget? Jangan-jangan kamu suka sama Toroma?" godanya.

"Eh, enggak, sih! Kayaknya cuma kagum aja. Lagian, kalau dia udah suka sama orang lain, ya udah, kapan-kapan aja lah bisa suka sama orang lain juga, hahaha. Udahlah, dia juga baik sih, lumayan my type. Tapi kalau udah gitu ya udah. Untung aja belum suka beneran," Zoey menjawab santai, mencoba menyembunyikan perasaannya.

"Gila! Kok nggak ngomong dari tadi?" seru Lala dan Tata serempak.

"Udah, nggak usah dibahas. Ngomongin yang lain aja, yang lebih seru. Lagian aku juga nggak kenapa-kenapa kok," ucap Zoey mengalihkan pembicaraan.

Akhirnya, mereka pun membahas topik lain. Hari semakin sore, dan mereka pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.

Di perjalanan pulang, Zoey merasa sedikit sedih setelah mengetahui bahwa Toroma ternyata dekat dengan Arsa. Tapi dia mencoba menepis perasaan itu. Lagipula, ia belum benar-benar menyukai Toroma—hanya sekadar kagum.

Hari-hari berlalu, dan kedekatan Toroma dengan Arsa semakin terlihat jelas. Setiap pagi, saat tiba di kelas, mereka selalu berpelukan tanpa peduli dengan sekeliling. Mereka sering duduk bersama, berbagi cerita, bercanda, dan tertawa lepas seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Zoey, yang duduk tidak jauh dari mereka, menjadi saksi bisu dari semua itu. Awalnya, ia berusaha tidak peduli—bagaimanapun, ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa bagi Toroma. Ia menerima kenyataan bahwa hatinya sudah kalah sejak awal. Namun, meski berusaha biasa saja, ada saat-saat di mana ia merasa muak dan jijik melihat kebucinan mereka. Bukan karena iri, tapi karena menurutnya semua itu terlalu berlebihan.

Seiring waktu, Zoey mulai terbiasa dengan pemandangan itu. Ia menganggapnya sebagai bagian dari rutinitas yang tidak perlu diambil hati. Namun, suatu hari, sesuatu yang berbeda terjadi. Hubungan Toroma dan Arsa tampak renggang. Tidak ada lagi pelukan pagi atau tawa-tawa kecil di sudut kelas. Mereka mulai sering duduk berjauhan, dan raut wajah mereka tak lagi ceria seperti biasanya.

Zoey menyadari perubahan itu, tetapi ia memilih untuk tidak ambil pusing. Bukan urusanku, pikirnya. Ia tetap menjalani hari-harinya seperti biasa, menikmati kebersamaannya dengan Lala dan Tata.

ALWAYSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora