Gaon menatap sekelilingnya dengan rasa kebingungan. Acara pesta pernikahan ini benar-benar berbeda dari apa yang ia bayangkan. Dirinya bukanlah seorang pebisnis, dan bahkan lebih jauh lagi, dia tidak tahu banyak tentang dunia bisnis kakaknya. Semua orang tampak sangat sibuk, berbicara dalam nada yang tak dapat ia pahami. Namun, ada satu hal yang sangat menarik perhatian Gaon—semua orang di sini tampak begitu nyaman dalam dunia yang sangat asing baginya.
Tanpa sengaja, Gaon mengambil gelas sampanye yang tersisa di meja, tetapi tak lama setelah itu, gelas tersebut sudah diambil oleh kakaknya.
"Kamu tidak boleh minum alkohol, Kim Gaon," ucap Daniel dengan nada tegas.
Gaon hanya memutar bola matanya malas. "Iya, iya, aku tidak akan minum," jawabnya setengah malas.
Daniel tersenyum dan mengganti gelas Gaon dengan minuman soda yang lebih aman. "Kenapa kamu malah membawaku kemari? Seharusnya kakak pergi dengan pacar kakak," tanya Gaon, heran.
Daniel hanya mengangguk. "Dia sedang bekerja, jadi aku datang sendirian. Tapi nanti kamu akan bertemu dengan dia," jawab Daniel sambil tersenyum.
Gaon melirik kakaknya dengan curiga, "Benar kakak punya pacar? Kenapa tidak mengenalkannya padaku?"
Daniel tertawa ringan, "Nanti akan aku kenalkan, sekarang kamu tinggal di sini dan temani aku."
Sambil menyesap minuman, Gaon menatap sekitar. "Aku tidak mengenal siapapun di sini," gumamnya.
"Makanya kamu ikut. Kamu akan mengenal mereka mulai malam ini," jawab Daniel dengan santai, tetapi matanya penuh perhatian terhadap Gaon.
Di luar pesta, Yohan sedang berada dalam mobil dengan Taeyong. Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju tempat acara, dan Yohan terlihat sedikit gelisah.
"Yakin kamu akan menghadiri acara ini?" tanya Yohan, menyadari sedikit kegugupan di dirinya.
"Kenapa tidak? Daniel mengundang, jadi kita datang," jawab Taeyong sambil meluruskan dasinya.
Yohan hanya diam, melihat pemandangan malam dari jendela mobil, "Sepertinya Daniel memang ingin berteman lebih dekat, mungkin dia hanya ingin membangun koneksi bisnis."
Taeyong mengangguk, setuju dengan pernyataan Yohan. "Aku merasakannya juga."
Saat mereka sampai di hotel tempat acara berlangsung, Yohan dan Taeyong memasuki aula besar. Setiap langkah Yohan membuat semua mata di ruangan itu terarah padanya, menciptakan kericuhan kecil.
Daniel yang sedang berbincang dengan Gaon langsung menoleh ketika melihat Yohan masuk. Senyum muncul di wajah Daniel, lalu ia segera menghampiri Yohan. "Selamat datang, Kang Yohan!" sapa Daniel dengan hangat.
Mereka saling berpelukan, saling memberi salam hangat. "Terima kasih, Daniel," jawab Yohan.
"Aku kira kamu tidak akan datang," ucap Daniel, sedikit heran.
"Kalau sudah diundang, seharusnya aku hadir, bukan?" jawab Yohan dengan santai, membuat suasana semakin akrab.
Di belakang Daniel, Gaon diam-diam menatap Yohan. Dan tiba-tiba—detak jantung Gaon terasa begitu cepat. Sesuatu dalam dirinya terasa aneh. Apa yang sedang terjadi?
"Gaon?" Daniel menegur lembut, menyadarkan Gaon dari lamunan. "Kenalkan, ini adikku, Kim Gaon."
Gaon langsung ditarik oleh Daniel untuk bertemu dengan Yohan. Mereka berjabat tangan, dan jantung Gaon kembali berdebar kencang. "Kang Yohan," ucap Gaon dengan suara agak tercekat.
Yohan tersenyum, memberikan perhatian hangat. "Senang bertemu denganmu, Kim Gaon," jawabnya.
Gaon mencoba menyembunyikan kegugupannya, dan tanpa sadar ia mulai mengalihkan pandangannya. Sementara Daniel mengajak Yohan untuk berbincang dengan kolega-kolega yang lain, Gaon merasa jantungnya semakin kencang.
YOU ARE READING
when the devil call your name
Fanfictionkim gaon mendapatkan donor jantung dari seorang perempuan bernama go soyeon. sejak kecil kim gaon memiliki penyakit jantung dia sangat bersyukur ada yang mendonorkan jantung untuknya. kim gaon yang ingin balas budi mencari tahu mengenai perempuan y...
