Hari ini merupakan hari kelulusan.
Rasanya dia ingin menangis.
"Huwaa, Seungminnie! Akhirnya aku bisa terbebas!!" Hyunjin menopang tubuh dengan lututnya. Napasnya terengah-engah. "Kenapa ... banyak sekali ... yang minta foto ...."
"Kau cukup terkenal, ya." Seungmin menyeringai. "Banyak siswi yang mendatangimu. Aku berani bertaruh beberapa menyatakan cinta padamu."
"Ugh, memang! Aku sampai bingung harus menolak dengan cara bagaimana lagi!!!" Hyunjin merajuk. Tangannya penuh dengan buket bunga, tas kertas berisi surat cinta, dan cokelat. "Aku harus apakan semua ini?"
Melihat Hyunjin yang kesulitan, membawa tawa bagi Seungmin. "Simpan saja. Kelulusan hanya sekali dalam seumur hidup."
Hyunjin mengembuskan napas diiringi tawa. "Benar. Kalau begitu, ayo foto! Ini, pakai ponselku! Kameranya lebih bagus."
"Kulempar, ya."
"Aku hanya bercanda!"
Seungmin tetap menerima ponsel Hyunjin. Kamera ponselnya memang jauh lebih bagus daripada miliknya, jadi dia pasrah saja.
Mereka mengambil beberapa potret. Hasilnya benar-benar terang dan jernih, membuat Seungmin penasaran berapa harga ponsel milik Hyunjin.
"Seungminnie, kau ini memang tidak kreatif, ya?" Hyunjin terbahak. "Semua posemu sama. Kalau tidak peace sign, ya mengacungkan jempol. Memangnya kau ahjussi-ahjussi?"
"Yang penting 'kan kita foto bersama." Seungmin memutar bola mata. "Jangan lupa kirimkan kepadaku."
"Iya, iya, tentu saja. Ah, benar juga. Aku hampir lupa, ini untukmu!" Hyunjin menyerahkan buket kecil mawar kepada Seungmin. "Selamat hari kelulusan!"
"Apa, sih." Nada bicaranya memang ketus, tapi Seungmin tidak bisa menahan senyum yang mengembang di bibirnya. "Kenapa tiba-tiba memberiku bunga?"
"Memangnya kenapa? Semua orang memegang bunga!" seru Hyunjin.
"Eehh, apa jangan-jangan ini salah satu pemberian gadis-gadis pengagum rahasiamu, ya?"
"Enak saja! Itu buket yang kubeli sendiri, kok!! Aku memang mempersiapkannya untukmu!!!"
Seungmin tertawa lepas. "Terima kasih," ujarnya seraya mendekatkan bunga ke hidung, menghirup aromanya.
Tentu saja, Hyunjin tidak melewatkan kesempatan tersebut. Dia dengan cepat mengangkat ponselnya, dan mengambil foto.
"Hei, apa yang kau lakukan?"
"Hehe, lihat!" Hyunjin memamerkan hasil tangkapannya dengan bangga. "Bagus, 'kan? Kau harus banyak tersenyum, Seungminnie!"
Seungmin menatap sosoknya sendiri di layar ponsel Hyunjin. Poninya sedikit tertiup angin, memperlihatkan matanya menyipit layaknya bulan sabit. Wajahnya tersenyum lebar, bersamaan dengan buket mawar merah di pelukannya.
Seungmin tidak menyangka dia bisa terlihat sebahagia itu.
Ponsel Hyunjin tiba-tiba saja berdering. Hyunjin menaikkan kedua alisnya. "Ah, kakakku menelepon. Sepertinya aku harus pergi menemuinya dulu, sekalian mau menitip ... semua barang ini."
Seungmin mengangguk sembari tertawa kecil. "Baiklah. Aku akan menunggu di sini."
"Aku akan kembali, tunggu aku!"
Seungmin melihat Hyunjin berlari kecil, masuk ke dalam kerumunan manusia. Sebenarnya, melihat keramaian seperti ini cukup merenggut energi Seungmin. Tetapi, di luar dugaan, hari kelulusan terasa cukup menyenangkan.
VOCÊ ESTÁ LENDO
An Index of Those We Couldn't Save
Fanfic*** Kim Seungmin tidak pernah meminta untuk selamat dari kecelakaan yang membunuh orang tuanya. Dia tidak pernah meminta diselamatkan oleh kekuatan yang tidak diinginkan. Namun, dia juga tidak pernah menyangka bahwa kekuatan aneh ini membawanya bert...
• Chapter 1 •
Começar do início
