Arogan sekali, pikir Seungmin.
"Hyung, jangan bersikap seperti itu!" Hyunjin merajuk. "Kau selalu begitu, membuat semua teman-temanku tidak nyaman!"
"Hyunjin-ie, 'kan sudah kubilang—"
"Shushhh! Tutup mulutmu, Hyung!!" Hyunjin terlihat kesal. "Jangan buat temanku lari lagi!"
Ah, jadi ini bukan pertama kalinya.
Dalam hati, Seungmin bisa paham.
Hyunjin orang yang supel dan ramah, tentu saja dia punya banyak teman. Tetapi, Seungmin tidak menyangka bahwa teman-temannya kabur karena ulah kakaknya sendiri.
Seungmin jadi merasa kasihan.
"Ah sudahlah! Kau bilang, kau mau bertemu dengan temanku, jadi aku mengajakmu ke sini." Hyunjin memijit keningnya, menghela napas. "Kalau kutahu kau akan seperti ini, aku tidak akan mengajakmu."
Raut wajah kakaknya berubah sebal. "Ayolah, aku hanya memastikan—" Ucapannya terhenti. Dia melirik ke arah Seungmin, sebelum akhirnya mengembuskan napas, pasrah. "Aku akan pergi. Kenapa, sih, kalau mencari teman selalu yang terlihat seperti pecundang?"
P-Pecundang ...?
Harga diri Seungmin terinjak.
Memang, sih, penampilan Seungmin terlihat aneh. Rambut hitam lurus yang poninya menutupi mata, kulit putih pucat, dan tubuh kurus, seakan dia tidak pernah diberi makan. Tapi, meski hidup serba pas-pasan, Seungmin makan dengan teratur! Seungmin juga memperhatikan penampilan, pakaiannya selalu rapi dan bersih. Dia tidak mungkin tampak semenyedihkan itu, 'kan? Kan?!
"Hyung!"
"Baik, aku pergi."
Hyunjin mengembuskan napas berat begitu sosok lelaki itu pergi. "Huahh, maafkan aku, Seungmin-ah! Dia memang selalu seperti itu ... seharusnya aku tahu!!"
"... Tidak apa." Seungmin terdiam, keningnya terlipat. Dia benar-benar terganggu. "Memangnya aku terlihat seperti pecundang?" tanyanya, memastikan.
Hyunjin tampak terkejut atas pertanyaannya. "Tidak!" jawabnya cepat, bahkan tidak sampai sedetik setelah Seungmin melontarkan pertanyaan, membuat Seungmin terlonjak. "Minho-hyung saja yang tidak punya selera! Bagiku, kau itu sangat, sangaaaaat tampan!"
Hyunjin mengatakannya dengan wajah serius, Seungmin jadi sedikit malu dan menyesal telah bertanya seperti itu. Dia membuang pandangan ke lain arah, pura-pura batuk. "Ah—oke, terima kasih."
"Kau mau pesan apa?"
"... A-Apa saja."
"Bagaimana dengan—hei, kenapa wajahmu merah begitu?"
"Ah, kepanasan." Tentu saja karena malu, bodoh! Tapi Seungmin tidak bisa mengatakannya dengan lantang.
Seungmin menghabiskan separuh hidupnya berpenampilan seperti ini ... menutupi matanya. Terakhir kali seseorang memuji penampilannya, adalah sebelum kekuatan aneh ini muncul.
Kekuatan ....
Entah ini merupakan anugerah atau kutukan, Seungmin tidak tahu.
***
Akhir-akhir ini, Seungmin merasa sedang diikuti.
Seungmin tidak tahu ini hanya perasaannya saja atau tidak, tapi dia merasa kalau dia selalu diawasi oleh seseorang dari kejauhan.
Namun, dia tidak memiliki bukti. Setiap dia melihat sekitar, semua tampak normal. Tetapi, perasaannya tetap tidak tenang.
"Akhir-akhir ini kau melamun terus, deh."
YOU ARE READING
An Index of Those We Couldn't Save
Fanfiction*** Kim Seungmin tidak pernah meminta untuk selamat dari kecelakaan yang membunuh orang tuanya. Dia tidak pernah meminta diselamatkan oleh kekuatan yang tidak diinginkan. Namun, dia juga tidak pernah menyangka bahwa kekuatan aneh ini membawanya bert...
• Chapter 1 •
Start from the beginning
