Drew hanya terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa yang salah dari pertanyaanku, Meg? Aku hanya tanya apa kau benar-benar akan menemuinya kan? Aku bukan melarang atau meragukanmu. Kau tahu aku selalu mendukungmu!"
"Kalau kau mau mendukungku, kau hanya perlu menutup mulutmu!" aku bangkit dari dudukku dan langsung berjalan cepat menuju kamarku, mengacuhkan suara gelak tawa Drew yang terdengar sangat mengejek.
-o0o-
"Go on, Meg. Buka pintu mobilmu dan berjalan masuk! Ini sudah setengah jam dan kau masih duduk di dalam mobilku!" erang Drew frustasi dan tidak mengacuhkan aku yang sedang gelisah meremas tanganku. Aku belum siap untuk berhadapan dengan Kenneth dan menjelaskan segala kelakuan nekatku.
Dan terlebih, aku belum siap untuk mendengar segala penjelasannya.
"Megan." Aku menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka dan menampilkan Drew yang sedang berkacak pinggang. "Apa kau harus ku tarik keluar?" ucapnya sembari menaikkan salah satu alisnya.
Aku menghela napas berat dan berusaha menguatkan mentalku sendiri. Aku melangkah keluar dan menatap Drew meminta pertolongan, tapi Drew hanya membalas dengan gelengan.
"Kalau aku berubah menjadi drama queen, ini semua salahmu. Capisce?!"
Drew mengangguk geli dan langsung menarik tanganku. "Sekarang kau ke dalam, dan aku akan mengejar Joey, okay? Dan berhenti membuat dirimu sendiri menderita, Meg!"
Aku mendengus sebal dan berbalik. Entah sudah berapa kali aku menghembuskan napas setiap kali aku melangkah mendekati pintu. God! Ini tokoku sendiri, kenapa aku aku merasa setertekan ini mengunjungi milikku?!
Aku membuka pintu kedaiku dan langsung memandang ke satu titik. Dan dia disana sedang menatapku lurus. Aku kembali menghirup napas banyak-banyak sampai dadaku terasa sesak. Oh ayolah Megan! Dia hanya Kenneth! Lelaki yang kau cinta tapi kau tinggalkan karena sifat pengecutmu! Dia tidak akan pernah menyakitimu, karena kemungkinan yang paling besar adalah ia yang akan menyeretmu kembali ke Seattle.
Aku berjalan mendekat dan mencoba untuk tidak merasa terintimidasi dengan tatapan sendunya. Dan ini bahkan bukan tatapan tajam yang bisa mengintimidasi, tapi aku masih tetap merasa sangat gugup.
"Hai, Ken." Shut your fucked mouth, Meg! Bisa-bisanya kau mengucapkan 'hai' setelah sekian lama tidak bertemu dan sekarang bertingkah seakan-akan semuanya baik-baik saja!
Ken tersenyum lemah dan mengangguk. "Hai." Ucapnya serak.
Aku meletakkan tasku dan mendudukan diriku di bangku yang terletak tepat di depannya. "Apa kabar?" tanyaku basa-basi.
Hell, aku tidak tahu harus mengatakan apalagi. Berada di depan Kenneth benar-benar membuatku seperti seorang pesakitan.
"Apa kau ingin mendengar aku berkata kalau aku baik-baik saja?" tanya Kenneth sarkastik.
Aku hanya bisa menelan ludah sebelum berkata, "Well, kalau kau merasa baik-baik saja, why not?"
Kenneth tersenyum miris, "Tidak, aku tidak pernah merasa baik-baik saja sejak lima tahun lalu dimana ISTRI ku melarikan diri dan menghilang, lalu meninggalkan surat cerai di atas nakas tempat tidur kami."
Aku kembali menelan ludah yang entah kenapa terasa lebih berat. Tenggorokanku terasa terganjal batu sebesar kepalan tanganku sendiri.
"Apa kau mengharap aku untuk minta maaf atas perbuatanku dulu?" tanyaku sarkastik yang sedetik kemudian aku akui sebagai kesalahan terbesar! Kenneth menegakkan tubuhnya lalu melipat tangannya di atas meja, menatapku tajam walau bibirnya menyunggingkan senyuman yang entah mengapa terlihat sangat menakutkan untukku.
YOU ARE READING
001. Passing By
ChickLitIni perjodohan plus pemaksaan saat Megan di hadapkan dengan kenyataan kalau dia harus menikahi cucu dari sahabat kakeknya dengan alasan balas budi. Saat sederet rencana sudah ia susun agar perceraian bisa dilaksanakan secepatnya, tidak disangka-sang...
Part 13 - I'm Not Okay
Start from the beginning
