Langit sore di bulan September menggantung rendah, abu-abu seperti kanvas yang dilukis dengan kesedihan.
Rinai hujan tipis mengguyur lapangan sekolah, menciptakan harmoni yang lembut antara tetesan air dan tanah basah.
Di bawah salah satu pohon besar yang rindang, Ollie berdiri, menyeka keringat setelah selesai bermain basket.
Pandangannya tanpa sengaja tertumbuk pada seorang gadis yang berdiri sendirian di pinggir lapangan, memegang payung transparan yang tampak seperti perisai rapuh dari dunia di sekitarnya.
Ada sesuatu tentang gadis itu yang membuat waktu seakan melambat. Rambut coklatnya sebahunya jatuh dengan sempurna di samping wajah, seragamnya terlalu rapi untuk seseorang yang telah melewati hari panjang di sekolah.
Namun, bukan itu yang menarik perhatian Ollie. Sorot matanya—sepi, seperti seseorang yang tenggelam di tengah keramaian.
Hujan menjadi saksi pertemuan mereka yang pertama.
“Kamu nggak pulang?” tanya Ollie, memberanikan diri untuk mendekat.
Suaranya terdengar santai, tapi di dalam dadanya, ada rasa ingin tahu yang tiba-tiba tumbuh.
Gadis itu menoleh perlahan, sedikit terkejut, namun senyumnya tipis, hampir tak terlihat.
“Aku lagi nunggu hujannya reda.” jawabnya pelan, suaranya selembut rintik hujan di atas dedaunan.
“Aku Ollie. Kureiji Ollie.” katanya, mengulurkan tangan.
Gadis itu menatap tangan Ollie sejenak sebelum menyambutnya.
“Ayunda Risu.” jawabnya singkat.
Dan begitulah semuanya dimulai.
---
Ollie dan Risu menjadi dua nama yang selalu terdengar bersama. Seperti langit dan bumi, mereka berbeda dalam banyak hal, tetapi justru itulah yang membuat mereka saling melengkapi.
Ollie yang ceria, penuh energi dan impian besar, adalah sisi terang bagi Risu yang pendiam, sering terperangkap dalam ekspektasi keluarganya yang tinggi.
Setiap pagi, Ollie menunggu Risu di gerbang sekolah, memastikan gadis itu tidak merasa sendirian.
Setiap sore, mereka berjalan pulang bersama, berbagi cerita tentang mimpi-mimpi yang mereka ukir di hati.
Cinta mereka tumbuh dengan sederhana, seperti bunga liar di tengah padang, tanpa perlu dipaksakan, tanpa perlu dijelaskan.
Namun, seperti setiap kisah indah yang tak luput dari cobaan, cinta mereka mulai retak saat kehidupan mulai menuntut lebih dari yang bisa mereka berikan.
Di tahun terakhir SMA, segalanya berubah. Ollie sibuk mengejar beasiswa melalui turnamen basket, sementara Risu semakin tertekan oleh tuntutan keluarganya untuk masuk universitas ternama di luar negeri.
Mereka mulai kehilangan waktu untuk satu sama lain, dan ketika mereka bersama, percakapan mereka dipenuhi dengan ketegangan yang menyakitkan.
“Kenapa kamu nggak datang ke pertandinganku tadi?” tanya Ollie suatu malam, nada suaranya penuh kekecewaan.
“Aku sibuk, Lie. Aku harus menyelesaikan esai untuk pendaftaran universitas.” jawab Risu, menghindari tatapannya.
“Selalu ada alasan,” gumam Ollie, hampir tidak terdengar. “Apa aku nggak cukup penting untukmu lagi?”
Risu menatapnya, matanya dipenuhi rasa bersalah yang tak bisa disembunyikan.
“Bukan begitu, Lie. Tapi aku juga punya hidupku sendiri. Aku nggak bisa terus-terusan ada di sini buat kamu.”
Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk dada Ollie. “Jadi, kamu memilih untuk pergi? Begitu saja?”
“Aku nggak punya pilihan.” jawab Risu pelan, suaranya hampir pecah.
Malam itu, mereka berdiri di bawah langit yang sama, namun terasa seperti berada di dunia yang berbeda.
Ollie tak pernah lupa bagaimana Risu pergi, langkah kakinya menjauh di bawah rinai hujan yang kini terasa seperti derai air mata
Beberapa minggu kemudian, kabar tentang kepindahan Risu datang, seperti angin yang tiba-tiba merampas daun terakhir dari pohon di musim gugur.
Hujan di bulan September menjadi pengingat.
Bagi Ollie, itu adalah awal dari segalanya—cinta pertama yang begitu manis, namun berakhir pahit, menyisakan bayangan yang tak pernah sepenuhnya hilang.
Di bawah langit kelabu yang sama, ia belajar bahwa cinta, seperti hujan, bisa datang tiba-tiba, membasahi hati yang kering, namun juga bisa pergi, meninggalkan dingin yang menusuk hingga ke tulang.
End—
YOU ARE READING
Fading into You
RomanceDelapan tahun lalu, Ollie dan Risu adalah pasangan yang tak terpisahkan. Hubungan mereka, yang dimulai di masa SMA, penuh dengan cinta pertama yang manis namun juga berakhir pahit. Keputusan impulsif, ketakutan akan masa depan, dan ketidakdewasaan m...
