Mereka semua berlari dengan langkah yang tak terdengar, pelan tapi pasti. Terlihat ada belokkan di sebuah lorong besar, pemuda itu memberikan isyarat dengan tangannya agar kelima orang itu diam di tempat. Pemuda tersebut mengintip di balik tembok dan terlihat ada 2 orang penjaga yang sedang berbincang-bincang, tanpa basa basi lagi.......

PSYU!
PSYU!

2 buah tembakan pemuda itu lancarkan dengan akurat dan tepat menggunakan handgun yang dilapisi peredam mengarah ke kepala 2 penjaga membuat 2 penjaga itu kehilangan nyawanya seketika. Gerakan penuh keyakinan dan aksi yang berani pemuda tersebut membuat Shean terheran-heran, pemuda itu terlihat masih muda tetapi bisa beraksi tanpa ragu layaknya seorang profesional.

"Siapa dia sebenarnya" ucap Shean dalam hati bertanya-tanya.

Pemuda itu berlari tergesa-gesa di lorong besar yang sunyi, hanya menyisakan jejak langkahnya yang bergema di antara dinding-dinding beton. Dengan napas memburu, ia meluncur tajam menerobos sebuah belokan, handgun di tangannya sudah teracung mantap ke arah depan, seolah siap menyambut ancaman yang mengintai di balik bayang-bayang.

PSYU!
PSYU!
PSYU!

Tiga tembakan dilepaskan pemuda itu dengan presisi mematikan. masing-masing mengarah tepat ke kepala tiga penjaga yang tak sempat bereaksi. Tubuh mereka terhempas ke lantai tanpa suara, menyisakan keheningan yang mencekam. Pintu keluar kini terbuka lebar, menandai jalur pelarian yang bersih dari ancaman. Di kejauhan, suara dentuman dan jeritan masih terdengar, di mana para teroris tengah terlibat dalam pertempuran sengit di luar.

Jejak darah dan mayat penjaga menjadi saksi bisu kecepatan serta ketepatan aksinya. Waktu terus berdetak, namun langkahnya tetap mantap menuju kebebasan.

Pemuda itu berdiri tegap di antara kelima orang yang berhasil ia selamatkan, termasuk Shean yang masih terlihat gemetar. Matahari siang yang terik menyoroti mereka, menampakkan wajah lelah namun penuh harapan. Pemuda itu menatap mereka satu per satu dengan sorot mata tajam, memastikan semua dalam keadaan cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan.

Dengan gerakan tangan yang mantap, ia memberi isyarat agar mereka segera berlari ke arah rerumputan hijau yang membentang.

"Susuri jalan itu," ujar pemuda itu dengan nada tegas namun menenangkan.

"Mobil bantuan sudah menunggu kalian di ujung sana. Jangan berhenti sampai tiba." lanjut pemuda tersebut dan membalikkan tubuhnya membelakangi Shean dan rekan-rekannya.

Kelima orang itu langsung bergerak dengan langkah cepat, bayangan tubuh mereka bergerak di bawah matahari yang masih tinggi. Sementara itu, pemuda itu tetap berjaga, berdiri tegar di tempat, seperti tameng terakhir yang siap menghadang ancaman apa pun yang mungkin datang dari belakang.

KLOTAK!
DUAARRR!!!!

Sebuah bom meluncur dan mendarat tepat di hadapan pemuda itu, menghantarkan detik-detik menegangkan sebelum ledakan memekakkan telinga terjadi. Dengan refleks luar biasa, ia berhasil meraih dan melemparkan bom itu sedikit menjauh dalam hitungan detik. Namun, ledakan dahsyat tetap menghantamnya, gelombang kejut menghancurkan kesunyian dan melempar tubuhnya ke tanah.

Debu dan serpihan beterbangan di sekelilingnya, meninggalkan rasa perih yang membakar kulit dan telinga yang berdenging hebat. Meskipun tubuhnya terasa berat dan nyeri menusuk setiap sendi, pemuda itu menggertakkan gigi, berusaha bangkit. la tahu waktu tidak berpihak padanya, dan keselamatan mereka yang ia lindungi masih menjadi tanggung jawab yang tak bisa ditinggalkan.

Shean dan kelima orang yang sedang berlari di tingginya rerumputan pun seketika berbalik menghadap ke belakang karena mendengar suara ledakan dahsyat yang berasal dari lokasi si pemuda, tetapi betapa terkejutnya Shean kala melihat sang pemuda yang sudah berlumuran darah sedang menembaki para teroris dengan senjata assault rifle, hanya butuh sepersekian detik bagi pemuda itu kembali ke posisi siaga.

Code Name X [ The End ]Where stories live. Discover now