BRAAKK!!!

Suara bantingan pintu tiba-tiba terdengar sangat keras. Kelima orang tersebut terperanjat, tubuh mereka tegang seketika, pikirannya dipenuhi kebingungan. Mereka hanya bisa celingak-celinguk karena tak bisa melihat apa-apa, mereka berusaha mencari jawaban dalam gelapnya pandangan mereka.

"Siapa yang datang kali ini?" ucap salah satu dari mereka dalam hati.

Apakah ini bala bantuan yang akhirnya tiba untuk menyelamatkan mereka, ataukah justru teroris yang ingin menyiksa mereka lagi dengan cara yang lebih kejam? Ketakutan menggigit, detik dan menit terasa seolah membeku, menanti jawaban dari suara bantingan pintu tersebut.

SRUK!
SRUK!
SRUK!
SRUK!
SRUK!

Penutup mata mereka tiba-tiba dibuka dan meskipun suasana di sekitar masih diliputi kegelapan, mata Shean mulai beradaptasi dengan perlahan. Ia mengedip-ngedipkan matanya, berusaha menetralkan pandangannya yang sedikit buram akibat cahaya yang terhalang. Dengan kesabaran, penglihatannya mulai jernih, meskipun masih sedikit samar, ia bisa melihat seorang pemuda yang memakai penutup wajah dan hanya menampakkan sorot matanya saja, pemuda itu tengah melepaskan ikatan dirinya dan juga rekan-rekannya. Gerakan pemuda itu cepat dan terarah, seakan-akan ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Di tengah kegelapan yang masih menyelimuti mereka, ada secercah harapan yang mulai tumbuh di hati Shean, seiring dengan kenyataan bahwa keajaiban itu benar adanya.

"Siapa pun kau, saya akan membalas budi." ucap Shean dalam hati.

Tali yang sebelumnya mengikat Shean dan rekan-rekannya akhirnya terlepas, memberikan mereka kebebasan untuk bergerak kembali tanpa ada belenggu yang menahan tubuh mereka. Dengan sigap, Shean berdiri lebih dahulu, mendahului rekan-rekannya, lalu melangkah mendekati seorang pemuda yang baru saja menyelamatkan nyawanya.

Pemuda itu memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, rambutnya putih berkilauan seperti salju di bawah cahaya, dan kain yang melilit di sekitar bibirnya membuat wajahnya tampak misterius, hanya menyisakan sepasang mata tajam yang penuh teka-teki. Terasa aura dingin sekaligus tenang dari pemuda tersebut, seolah ia adalah sosok yang telah terbiasa menghadapi bahaya tanpa rasa gentar.

"Who are you?" tanya Shean dengan nada penuh rasa ingin tahu, ia bertanya menggunakan bahasa inggris karena saat ini dirinya berada di negara AS, pandangannya tak lepas dari kedua mata pemuda itu yang seakan menyimpan seribu cerita yang belum terungkap.

"......." pemuda itu tak menjawab apa-apa, hanya melangkah ke pintu seperti sedang mengecek keamanan yang ada di luar.

Pemuda itu mengeluarkan sebuah handgun dari kantong belakangnya, sebuah senjata yang telah dilengkapi peredam, membuatnya terlihat seperti seseorang yang terbiasa menghadapi situasi berbahaya. Dengan gerakan yang tenang namun penuh kewaspadaan, ia menggenggam senjata itu erat, seolah tak akan membiarkan apapun merenggutnya dari tangannya.

Pemuda itu berdiri di ambang pintu, ia menoleh sekilas ke arah Shean dan rekan-rekannya. Tatapan matanya yang tajam seolah memberi isyarat agar mereka bersiap.

"Ikuti aku," ucapnya singkat, suaranya rendah namun tegas, memancarkan rasa percaya diri yang mampu menenangkan suasana.

Sementara Shean hanya dibuat terkejut dengan apa yang diucapkan pemuda tersebut, "Dia bisa bahasa Indonesia?" ucap Shean dalam hati.

Pemuda itu mengambil ancang-ancang, tubuhnya sedikit merunduk, siap melangkah keluar untuk memandu jalan bagi kelima orang itu. Di balik sikapnya yang tenang, ada ketegangan yang hampir terasa nyata, seperti ia sepenuhnya sadar bahwa bahaya bisa datang kapan saja dari segala arah. Namun, ia tak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Langkahnya mantap, seperti seorang pemandu yang telah menguasai medan perang.

Code Name X [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang