Hei, Jun Seok sejak kapan kau bersikap lembut pada orang lain huh?

Jongin menggeleng.
"Aku tidak membolos Appa. Tapi harus datang kemari karena ingin menjenguk Sehun Hyung. Jongin kangen dan akan mengucapkan salam untuknya"

Hei,tolong katakan kenapa jongin memanggil Jun Seok dengan Appa?

"Sehun Hyung pasti senang jonginie datang."

Jongin tersenyum manis sambil mengangguk.

Ceklek

Jongin masuk, ruangan itu penuh dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung.
Kaki jongin sebenarnya gemetaran saat tubuh itu terlihat di rentina matanya.

Sehun maksudku.
Begitu pucat dengan alat rumah sakit yang sama sekali tidak dimengerti oleh jongin apa kegunaannya.apik terpasang di sekitar tubuhnya. Kepala yang terbalut kain putih,leher tergips dan juga suara monitor detak jantung itu.

Sehun mendapat luka parah.
Sehun kritis dalam seminggu dan mampu membuatnya ketakutan karena beberapa kali jantung itu berhenti berdetak.
Dan Sehun koma satu bulan lamanya.

Dingin.
Yang dirasakan jongin saat memegang erat tangan yang bebas dari alat sialan rumah sakit itu.

"Hyung...."

Jongin memijat kecil tangan itu agar hangat pikirnya.

"Ini jongin, jongin kangen Sehun Hyung..."

Tak ada jawaban.

"Kapan Hyung bangun? Jongin ingin bercerita banyak. Tentang Minseok Noona datang ke sekolah dan mengatakan Hyung kecelakaan dan sekarang Koma. Tentang Minseok Noona bercerita masa kecil Hyung, Dan tentang Jun Seok Appa menerima Jongin."

"Sehun Hyung, apa kau mendengarkan? Aku--- Jun Seok Appa mengangkat ku menjadi anaknya. Sehun Hyung aku menjadi Adikmu sekarang jadi bangunlah Hiks"

"Hyung..."

"Appaku hiks jangan menjadi appaku hiks dan eommaku hiks ..Hyung tidak boleh pergi hiks..Hyung sudah janji."

Hening.

Jongin menghapus kasar air matanya dipipi.
Seharusnya ia tidak boleh menangis. Tapi, dadanya begitu sesak sekarang.

"Hyung...sedang bermimpi apasih? Sampai tidak mau bangun?" Tanya jongin sesegukan sambil mengeratkan genggaman itu agar tetap hangat.

"Jongin sudah bilang sama Appa akan membuat salam untuk Hyung. Besok aku harus pergi ke daerah Gyeonggi, kepala sekolah mengirimkanku untuk olimpiade disana. Jadi, Hyung baik-baik disini,nde?"

"Hyung harus tetap baik saja dan harus bangun"

Jongin berdiri dari duduknya.
Memeluk tubuh sehun kemudian mencium pelipis itu sambil menangis.
"Saranghae,Hyung"















27 November.



Semuanya datang, teman-temannya tengah tersenyum disekolah sambil berdiri di tengah-tengah keluarga.
Jan Di juga begitu, kini ia tengah tersenyum didepan kamera sambil memegang sebuket mawar merah.
Dan jongin berada disekitarnya, tak ikut mengambil foto meskipun beberapa kali dipaksa oleh gadis itu.

Jongin berdiri disisi meja.Mengamati sekitaran dengan seksama.
Sangat ramai namun rasanya jongin seperti sedang sendirian. Tidak, bukan ia tak menganggap jan di ada disisinya hanya saja Jan di bukanlah hal yang tepat. Jongin ingin Appa dan Hyungnya ada disini.

Bukan Appa Jun Seok tak perhatian padanya tetapi hanya saja jongin tidak ingin merepotkannya lagi.

Hari ini acara kelulusannya ditingkat JHS dan saat detik-detik kepala sekolah menyebutkan dan memanggil namanya. jongin berjalan dan berdiri sendirian diatas panggung.

Satu hal yang membuatnya ingin menangis adalah saat Sehun Hyung tak dapat diterima kabarnya.
Sehun Masih terdiam dalam----

"Jongin, dimana wali mu? Kau mendapatkan juara dengan nilai kelulusan yang baik jadi orang tuamu harus menerima piala ini." Sang kepala sekolah menegur.

Jongin terdiam.
Menunduk ia mengamati sepatu miliknya yang tak lagi usang, begitu mengkilap dan kokoh.
"Jongin..?" Kepala sekolah bertanya lagi.

"Tidak datang kepala sek---"

Krieett..
Tuk Tuk Tuk Tuk

"Permisi,saya Wali Oh Jongin"

Jan Di terkejut dan Hyun Saa terharu..
Jongin mendongak dan begitu terkejut ia saat tahu siapa yang datang.
Menangis tentu saja,jongin menangis ia sangat merindukan sosok ini.
Sosok berdiri dengan senyuman walau dengan penyangga tongkat sebagai alat bantu jalannya.

Memeluk erat melampiaskan rasa senang dan juga sedih..

Ini tiba-tiba.
Tak ada dapat kabar jika----


"Sehun Hyung.."

--Dia sudah terbangun.

Terimakasih tuhan.















"Ya! Berhentilah menangis sekarang! Cengeng sekali" Sehun berteriak di taman sekolah dengan jongin menangis disampingnya.

"Kapan Hyung sadar?! Kenapa tidak bilang!"
Untuk pertama kalinya jongin berteriak kesal sepanjang hidupnya.

"Aishh Pabo! Bagaimana mengabarimu aku saja sudah susah untuk bergerak apalagi mengetik pesan untukmu, bocah!"

"Ya tapikan bisa suruh Appa mengabariku, menyebalkan!" Pantas jika jongin akan marah sebab saat ia harus ke Gyeonggi saat itulah Sehun harus dipindahkan kerumah sakit lain yang entahlah jongin tidak tahu kenapa dan jongin tidak pernah diberi tahu dan itu membuatnya kesal setengah mati.

"Mwoo!"

"Hyung harus bertanggung jawab, ajak aku main di wahana permainan atau beli semua dagangan kue coklat nenek Eun!"

"Ya! Tidak bisa begitu aku baru saja pulang dari rumah sakit! Ya! Ya! oh jongin!"
Sehun berteriak saat jongin, adiknya itu pergi berlalu sambil tersungut meninggalkannya.

Mereka sama sekali tak berubah.






"Aku sangat terkejut tadi. Kau tiba-tiba datang kemari..Sehun-ssi"

Sehun menoleh saat Hyun Saa berujar sesuatu tentangnya.

"Kapan kau kembali tersadar Sehun-ssi? Mengingat jongin sangat kesepian ketika kau tak ada."

"Aku tidak begitu yakin sebenarnya.namun menurut Eomma Teresa dan Appa aku tersadar saat satu jam jongin meninggalkan rumah sakit. Aku sedikit kesal waktu itu jika diingat. Kenapa bocah itu tak menungguku satu jam lagi jika memang aku tersadar."

Hyun Saa terkekeh.
"Kau segalanya untuknya Sehun-ssi. Setiap hari ia pergi berdoa untuk mendoakan mu agar kau baik-baik saja. Saat kau melakukannya memberhentikan detak jantungmu jongin sungguh rapuh."

"Sepertinya aku banyak meninggalkan kesan buruk untuknya."

"Aku tak akan meninggalkannya lagi Hyun Saa. Aku sangat menyayanginya dia adik ku"
Sehun berkata sambil memandangi Jongin yang sedang bermain dengan Jan Di dan anak-anak lainnya.

Jongin tak ada lagi orang lain yang tak menyukaimu sekarang.
Tak ada lagi untuk membully mu seperti dulu.
Yang ada kini bagi orang lain kau adalah teman mereka.

"Ajjushi! Saranghae" Jan di tiba-tiba berteriak dan membentuk sebuah cinta dari tangannya yang ia letakkan ya diatas kepala tersenyum lebar setelah itu.

Jan Di bahagia tentu saja.
Ia punya teman untuk dijahilinya.

"Aishh kenapa dia masih memanggilku Ajjushi"

"Hyung!"

"Ya?!"

"Saranghae!" Jongin ikutan namun Sehun malah tampang heran menjawabnya.

"Hyun Saa?"

"nde? Ada apa Sehun-ssi?"

"Apa kau tidak mau bilang Saranghae untuk ku?"

"Hah?"




End

------------------------------

I'M WITH YOU (END)Where stories live. Discover now