Fridian Cafe

116 33 14
                                    

"Cukup selangkah, cobalah untuk mendekat. Karena dengan begitu, semua akan mulai terlihat berbeda. Tidak percaya? Cobalah"

*

"Butuh sesuatu, Ryzuel?" Relyn memicingkan matanya pada sosok dihadapannya. Tangannya beralih melepas earphonenya, baru menyadari kalau sedari tadi ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. And how a big surprise? Kalau yang mengikutinya adalah seorang Ryzuel Elga Yoza.

"Ehm.. nothing" Ryzu mengendikkan bahu acuh, berusaha menutupi kegugupannya karena sudah tertangkap basah. Sedikit salah tingkah dia berjalan mendekat, ingin melihat wajah gadis itu lebih jelas. Jika dia mengetahui nama Ryzu, mungkin saja dia mengenalnya bukan.

Saat Ryzu mendekat, Relyn dengan cepat berbalik. Ryzu kembali melangkah, membuatnya refleks berjalan cepat dan baru berhenti ketika mencapai bayang pilar berikutnya. "Ada apa?" ulangnya lagi setelah merasa berada di jarak yang aman.

Ryzu tidak lagi berusaha mendekat, jelas sekali gadis ini tidak ingin dikenali dan hal ini menambah rasa keingintahuannya. "Mengenalku? Bukannya ini sedikit tidak adil?"

"Bisa tolong sebutkan siapa penghuni kampus ini yang mungkin tidak mengenalmu?" Relyn menjawab dengan sarkasme. "Bisa tolong jangan mengikutiku?" tambahnya lagi dan segera berbalik badan hendak pergi.

"Lagu apa tadi?" tanya Ryzu sedikit berteriak. Pertanyaan konyol yang segera dirutukinya dalam hati. Kenapa juga lo penasaran? Entahlah, dia hanya ingin menahan gadis itu lebih lama.

Di dalam remang, Relyn kembali memutar tubuhnya menghadap Ryzu. Tertawa kecil dengan tangannya mengarah menutupi senyumnya yang tentunya luput dari perhatian Ryzu. "Kamu sungguh menanyakan itu?" dia balik bertanya yang membuat Ryzu merasa semakin konyol saja. Sejak kapan Ryzu suka merecoki orang lain.

"Tidak boleh?" tanya Ryzu sambil menaikkan sebelah alisnya. Percakapan ini sepertinya menarik, atau gadis dihadapannya ini yang menarik.

"Apa kamu betah berlama-lama disini? Well, sebenarnya aku ingin pulang" Relyn menunjuk kearah parkiran dengan jempolnya dengan masih menghadap pada Ryzu.

"Sepertinya.. beberapa saat yang lalu. Dan sekarang.. mungkin saja" balasnya santai.

"Silahkan tinggal kalau begitu, karena Aku ingin pulang" balas Relyn tak kalah santai, mengendikkan bahunya acuh lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Baru beberapa langkah, dia berbalik sambil mendelik sebal, "Jangan mengikutiku" desisnya penuh penekanan.

"Aku juga ingin pulang. Boleh tolong lihat kedepan? Apa cuma mobilmu yang terparkir disana?" Ryzu merasa puas berhasil membalas dengan sarkasme. Dia juga mendengar gadis itu menggerutu pelan, lalu berbalik meninggalkan Ryzu, kali ini benar-benar tanpa menoleh lagi.

Ryzu memberi jeda sebelum beranjak dari tempatnya menuju parkiran, terlihat mobil jazz biru baru saja meninggalkan pelataran parkir. Otaknya segera saja menghimpun kesimpulan yang didapatnya malam ini tentang gadis itu. Dress ungu, rambut panjang yang ikal bewarna hitam, suara merdu yang khas, dan mobil jazz biru. Sepertinya tidak asing.

Seolah tersentak dan dikembalikan pada kenyataan, "Oh, shit" Ryzu mengumpat baru saja teringat akan sesuatu. Pertemuannya dengan Nathan dan Reva yang sudah telat hampir satu jam setengah.

***

Nathan melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe disalah satu sudut di kota Bandung, Fridian Cafe. Cafe yang bernuansa peach-cream ini terbilang baru tapi sudah ramai pengunjung. Bakat bisnis mungkin memang menurun pada pemiliknya. Gemerincing bel terdengar saat Nathan mendorong pintunya pelan, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari seseorang.

The SeasonWhere stories live. Discover now