Mendengar itu, Karina menarik langkah kakinya. Cetta sudah berjalan lebih dulu di depannya, jadi saat dia berhenti, dia menjadi tertinggal cukup jauh dari laki-laki itu. Keningnya mengernyit, mencoba sekuat tenaga menterjemahkan perkataan kekasihnya itu yang terdengar cukup janggal. Seingat Karina, bukan sekali dua kali dia menyerobot minuman milik laki-laki itu. Oke, sekarang dia tahu bahwa tindakan itu memang tak sopan, tetapi kenapa Cetta baru mengatakan hal itu sekarang? Laki-laki itu berhasil membuatnya merasa mencelos. Karina jadi merasa bahwa selama ini dia sudah menjadi pribadi yang minim tata krama.
Beberapa detik berlalu, Karina masih tak habis pikir. Di antara keramian yang berlangsung malam itu, dia kembali berderap, menyusul langkah kaki Cetta yang sudah cukup jauh mendahuluinya. Saking hilang akalnya, dia sampai menyentak lengan pemuda itu, membuat tubuh mereka saling berhadapan.
"Kenapa kamu tiba-tiba masalahin itu? Aku udah sering kayak gitu, tapi kamu baru protes sekarang?" Karina menelengkan kepala. Pangkal-pangkal alisnya bahkan nyaris bertemu. Karena Cetta bukan orang bodoh, harusnya laki-laki itu bisa menerka dengan mudah kenapa dia bisa menjadi sekesal sekarang. Sesungguhnya, Karina tidak pernah masalah dengan kritikan. Jika itu baik untuknya, dia akan mempertimbangkannya dengan baik. Tetapi kebiasaan itu sudah berlangsung sangat lama, dan sejauh ini, Cetta tidak pernah mengeluhkan apa-apa. Jika laki-laki itu memang merasa tidak nyaman dengan kebiasaan yang dianggap tak sopan itu, dia seharusnya mengatakannya sejak awal.
"Aku cuma ngasih tau—"
"Nggak, aku rasa kamu nggak lagi ngasih tau aku, tapi kamu kayak lagi protes. Kenapa?"
"Apanya?"
"Sebentar—kayaknya kita harus ngobrol soal ini." Sebelah tangan Karina yang terbang bebas tiba-tiba terangkat, menyela Cetta supaya pemuda itu tak bicara lebih jauh. Mati-matian, Karina menahan sesuatu yang meluap-luap di dalam dadanya. Padahal, baru saja dia merasa bahagia bisa menonton festival musik yang paling dia inginkan, tetapi secara tiba-tiba, dia dibuat kesal sampai ingin sekali menangis. Jadi setelah memejamkan matanya barang sejenak, gadis itu memejamkan mata—menetralkan hela napasnya yang memburu.
"Belakangan ini kamu juga nggak bisa diajak ngobrol. Tiba-tiba ilang nggak jelas, tiba-tiba jutek, tapi kamu nggak pernah ngasih tau aku salah aku apa." Gadis itu membuka mata, bersitatap dengan seseorang yang mendadak terasa asing. Sorot mata laki-laki itu masih setajam biasanya, tetapi kemarin-kemarin, sepasang mata itu diselubungi perasaan hangat. Malam ini, seusai mereka menonton festival musik yang meriah, tatapan mata itu mendadak seperti telaga yang beku, dan Karina adalah seseorang yang menggigil saat berada di dekatnya. "Kalau buat kamu kebiasaan aku yang tiba-tiba nyomot minuman kamu itu salah, harusnya kamu bilang dari lama. Kenapa kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu sekarang?"
Cetta membisu. Biasanya, kepalanya bisa bekerja cepat ketika menyelesaikan masalah matematika di buku latihan soal miliknya. Semua saraf-saraf di tubuhnya seolah terkoneksi secra otomatis dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah—tak peduli serumit apa pun persoalan tersebut. Tetapi malam itu, Cetta tiba-tiba tidak bisa merasakan apa-apa. Dia tahu bahwa saat ini Karina sedang kesal. Seluruh tuduhan yang gadis itu tudingkan padanya seratus persen benar. Belakangan ini dia memang lebih sering menghindar jika bertemu dengan Karina di sekolah, dia jarang membalas pesan yang gadis itu kirim, bahkan mereka sempat tidak bertemu selama serhari-hari di masa ujian percobaan berlangsung. Ketika Karina mengajaknya bertemu, dia pasti akan membuat 1001 alasan supaya mereka tidak jadi bertemu.
Cetta benar-benar kehilangan ribuan kosa kata di dalam kepalanya. Saraf-saraf di tubuhnya menjadi tak berfungsi saat dia menenggelamkan tatapannya pada sepasang mata yang menatap nyalang itu. Di hadapannya, Karina masih sibuk merutuk, tetapi diam-diam Cetta jadi kepikiran, jika gadis itu membencinya, apakah akan menjadi lebih mudah jika mereka akhirnya selesai?
YOU ARE READING
Fatal Trouble [PREVIEW]
Teen FictionBuku ini menonjolkan karakter Adelardo Cetta Early, anak keenam dalam Suyadi brothers. Memiliki alur maju-mundur, buku ini mengupas sisi Cetta yang jarang diceritakan dalam buku-buku sebelumnya. Mengangkat tema kenakalan remaja dan kompleksitas hidu...
PROLOG
Start from the beginning
![Fatal Trouble [PREVIEW]](https://img.wattpad.com/cover/381568584-64-k501983.jpg)