Lelahh...
Jalani kisah yang sama
Berputar di rasa yang lara
Inginnya cinta berujung indah, namun berakhir sama
Entah bagaimana, gadis itu tiba-tiba menoleh. Senyumannya merekah, membuat waktu di antara mereka berhenti begitu saja. Segalanya bergerak lambat, sorot mata yang jernih itu, senyum yang mengembang itu, gerak tubuh itu ... diam-diam Cetta merekamnya tanpa jeda satu detik pun. Kapasitas memori yang Cetta miliki mungkin tak seberapa, tetapi jika itu Karina, dia akan menyediakan ruang paling banyak. Supaya ketika mereka bersimpang jalan suatu hari nanti, Cetta masih bisa mengenangnya dalam berbagai momen yang pernah mereka lewati bersama.
"Saking bingungnya, gue sampai nggak tau bagian mana yang harus gue sesali."
Di antara suara yang tak sampai itu, kemeriahan itu masih berlangsung. Dengan suara yang masih cemprengnya, dengan raut wajah ceria yang tak kunjung pudar, Karina memeluknya dari samping. Lirik lagu itu sepenuhnya tentang hubungan yang membosankan, kontras dengan raut wajah penonton ketika menyanyikannya. Jadi samar-samar, Cetta meraup atensinya untuk kembali pada pertunjukan yang tengah berlangsung di atas panggung. Turut menyanyikan lagu yang diam-diam menyindir dirinya.
***
"Aduh, ya ampun! Tenggorokan aku perih banget." Sambil mengusap tenggorokannya, Karina mendongak dengan nanar. Dia benar-benar tak berbohong saat mengatakan bahwa tenggorokannya terasa perih. Mungkin itu akibat dari betapa semangatnya dia bernyanyi sepanjang konser tadi. Hampir semua set list yang dinyanyikan adalah lagu-lagu favoritnya, jadi bagaimana mungkin dia diam saja sepanjang festival itu berlangsung. Lagipula, tak gampang untuk mendapatkan tiket festival dari perayaan ulang tahun bank swasta ini. Meskipun tiket dibagikan secara gratis, tetapi dia harus berebut dengan ribuan manusia lainnya. Sayangnya, Karina adalah sebagian kecil dari manusia-manusia yang tidak beruntung itu. Kalau bukan karena Cetta yang tiba-tiba menang giveaway, mungkin festival ini hanya akan menjadi bagian dari angan-angan yang disesalinya saja.
Malam belum terlalu larut ketika festival sepenuhnya usai. Lampu panggung tempat belasan lagu dinyanyikan pun terlihat mulai dipadamkan satu per satu. Penonton berhamburan, berpencar menuju pintu keluar yang dari jauh terlihat cukup padat. Hal yang sama juga terlihat di parkiran. Beberapa kendaraan bermotor mulai mengantre untuk keluar satu per satu. Karena Cetta bukan tipe orang yang harus seburu-buru itu, dia memilih untuk berjalan santai di belakang—menunggu keadaan menjadi lebih lengang.
"Orang lain mah nyanyi, tapi kamu malah teriak-teriak nggak jelas?" celetuknya, membalas keluhan Karina yang sejak tadi menyeret langkah di sebelahnya. Begitu acara selesai, gadis itu tiba-tiba bersikap seperti seseorang yang kurang darah. Wajahnya lesu dan dia turut membuyarkan diri dengan langkah yang terseok-seok. Dan seolah belum usai, dia mengeluh soal tenggorokannya yang katanya perih.
"Nggak jelas? Aku juga nyanyi kali!"
"Suara kamu fals." Cetta mencerca terang-terangan. Laki-laki itu bahkan tak perlu menoleh untuk melihat reaksi kekasihnya. Dari ekor matanya saja, dia bisa menemukan bagaimana Karina yang melotot ke arahnya dengan bibir yang membulat.
"Biarin aja kenapa sih? Nggak suka banget ceweknya bahagia."
Karina jelas sewot. Gadis itu pikir, lambat-laun dia bisa menghadapi sikap blak-blakan yang dimiliki pemuda di sebelahnya itu. Tetapi kenyataannya, dia masih sering terkejut setiap kali Cetta mengutarakan pendapatnya. Karina berharap dia bisa mengamuk dan menyembur kekasihnya detik itu juga, tetapi mengingat bahwa berkat dia jugalah Karina bisa menonton festival ini, gadis itu mengurungkan niatnya. Tidak apa-apa, malam ini Karina akan memaafkan apa pun bentuk cercaan yang keluar dari mulut laki-laki itu.
"Habis ini kita mau ke mana?" Meredam kekesalannya, Karina memutuskan menanyakan hal lain. Ketika gadis dengan rambut sebahu itu menilik jam di pergelangan tangannya, malam masih belum begitu larut. Masih ada beberapa jam yang bisa dia nikmati dengan bebas sebelum pulang ke rumah. Jadi dengan pandangan mata yang berbinar, gadis itu mendongak, berharap Cetta bisa mengajaknya ke tempat yang bagus dan menyenangkan sebelum mereka pulang.
ESTÁS LEYENDO
Fatal Trouble [PREVIEW]
Novela JuvenilBuku ini menonjolkan karakter Adelardo Cetta Early, anak keenam dalam Suyadi brothers. Memiliki alur maju-mundur, buku ini mengupas sisi Cetta yang jarang diceritakan dalam buku-buku sebelumnya. Mengangkat tema kenakalan remaja dan kompleksitas hidu...
PROLOG
Comenzar desde el principio
![Fatal Trouble [PREVIEW]](https://img.wattpad.com/cover/381568584-64-k501983.jpg)