Di Ujung Jalan [ON GOING]

Prolog

Di kota yang selalu berdenyut dengan kehidupan, di antara keramaian dan kesibukan yang tak pernah berhenti, terdapat dua jiwa yang saling melengkapi meski mereka berasal dari dunia yang berbeda. Arka, seorang seniman muda yang penuh impian dan ambisi, menjalani hidupnya dengan pensil dan kuas. Karya-karyanya adalah ungkapan dari perasaannya, harapannya, dan segala sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun, di balik keindahan lukisannya, ada rasa kesepian yang menghantui—sebuah rasa bahwa dunia seni bisa menjadi arena yang kejam dan penuh kritik.

Di sisi lain, Rian adalah bintang di lapangan sepak bola. Sejak kecil, dia bercita-cita untuk menjadi pemain profesional dan mengharumkan nama keluarganya. Dengan bakat dan dedikasinya, Rian melangkah dengan percaya diri menuju mimpi itu, tetapi di balik senyumannya yang menawan, ada beban berat yang dipikulnya. Harapan-harapan dari orang-orang terdekatnya menuntutnya untuk berhasil, sementara Rian kadang merasa terjebak dalam ekspektasi yang tidak bisa dipenuhi.

Keduanya bertemu di sebuah acara kampus yang mempertemukan seni dan olahraga. Arka datang untuk memamerkan karyanya, sementara Rian diundang sebagai salah satu atlet yang mengisi acara. Dalam keramaian dan hiruk-pikuk, mata mereka bertemu untuk pertama kalinya. Momen singkat itu menciptakan percikan yang tak terduga—seolah ada daya tarik magnetis yang menarik mereka satu sama lain, meskipun mereka berasal dari dunia yang berbeda.

Namun, seperti kisah cinta pada umumnya, perjalanan mereka tidaklah mulus. Ketika Arka mulai merasakan ketertarikan yang dalam terhadap Rian, keraguan pun muncul. Dia khawatir bahwa dunia olahraga yang glamor akan menghancurkan impian seninya. Di sisi lain, Rian pun merasa cemas. Dia takut Arka tidak akan bisa menghadapinya ketika eksposur publik yang didapatkannya semakin besar. Keduanya berjuang melawan ketidakpastian dan rasa takut akan penolakan.

Kehidupan di kampus juga membawa tantangan tersendiri. Teman-teman Rian, yang melihat hubungan mereka sebagai hal yang aneh, sering kali memberikan komentar pedas yang membuat Arka merasa terasing. Rian berusaha keras untuk membela Arka, tetapi dia juga merasa terjepit di antara dua dunia—dunia yang dia cintai dan dunia yang baru dia kenal. Di sinilah muncul konflik yang semakin memperdalam rasa cemburu, keraguan, dan rasa sakit.

Ketika Arka mulai mendapatkan pengakuan atas karyanya, Rian merasa terancam. Dia takut Arka akan menemukan cinta yang lebih baik di dunia seni, sementara Arka merasa terasing dan diabaikan di balik sorotan Rian di lapangan. Mereka terjebak dalam pusaran perasaan yang penuh dengan cinta dan ketidakpastian.

Kisah ini adalah tentang cinta yang diuji oleh waktu dan tantangan. Arka dan Rian harus belajar bahwa cinta tidak hanya tentang perasaan yang manis, tetapi juga tentang menghadapi rintangan dan berjuang bersama. Mereka akan menemukan bahwa cinta sejati tidak selalu datang tanpa rasa sakit, tetapi bagaimana mereka memilih untuk berjuang demi satu sama lain yang akan menentukan masa depan mereka.

Dalam perjalanan mereka, Arka dan Rian akan belajar untuk saling memahami, memberi, dan menemukan kekuatan dalam kebersamaan. Mereka akan menghadapi dunia yang menantang, tetapi juga menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan hubungan mereka. Dengan setiap goresan kuas dan setiap tendangan di lapangan, mereka akan menemukan arti sebenarnya dari cinta dan arti dari kehidupan yang penuh warna.

Mereka tidak hanya akan berjuang untuk impian masing-masing, tetapi juga untuk cinta yang tulus yang tumbuh di antara mereka—cinta yang bisa mengubah segalanya. Cinta yang mungkin dimulai dari tatapan singkat, tetapi akan berkembang menjadi sebuah perjalanan yang mendebarkan dan penuh makna. Ini adalah kisah Arka dan Rian, dua jiwa yang saling menemukan dan saling melengkapi, dalam sebuah dunia yang penuh dengan harapan, impian, dan cinta yang abadi.