I need you but i'm letting go

3.9K 286 3
                                        



"Sini," tegas Shani lagi. Dan adik kesayangannya itu manut. Gracia kembali ke tempat favoritnya. Di bahu Cici kesayangannya.

Tak hanya bersandar, Gracia juga memeluk lengan Cici kesayangannya, menenggelamkan wajahnya di bahu perempuan itu. Berada di dekat Shani rasanya selalu lebih dari istirahat untuk Gracia. Pulang, ia benar-benar merasa seperti pulang.

Keduanya sama-sama mengambil jeda panjang. Sibuk akan riuh di kepala masing-masing. Shani belum rela ditinggalkan, Gracia belum rela meninggalkan.

"Ci." Gracia bersuara memecah keheningan yang entah kenapa malah memekakan telinganya. Berisik akan perdebatan kosong antara hati dan fikirannya.

"Hmm?"

"Kamu masih inget ga gimana uring-uringannya aku pas kamu tinggal ke Eropa?"

Shani mengangguk meski tahu Gracia tak dapat melihatnya. "Berisik banget minta aku cepet-cepet pulang. Kamu spam semua sosial media aku dengan pesan yg sama. Ciii pulang! Cepet pulang! Kapan pulang?! Kamu di mana? Ngapain aja? Seru ga? Happy ya ga ada aku? Pulang cepat!!" Shani menirukan gaya bicara Gracia.

"Padahal hampir setiap waktu aku selalu kabarin kamu. Dan itu kayaknya jadi kali terakhir juga kamu posesifin aku. Apalagi lima tahun terakhir ini. Aku kesepian, aku kehilangan kamu, kangen notifikasi berantai dari kamu." Papar Shani panjang lebar.

Air matanya menghujani kepala Kenzo. Bulir itu lolos begitu saja tanpa ia minta. Begitu juga air mata Gracia yang membasahi lengan baju dirinya.

"Waktu itu aku fikir di tinggal kamu ke Eropa udah paling jauh. Ngga taunya bukan. Ternyata masih ada yang lebih jauh tau, Ci. Menyaksikan langsung dengan mata kepalaku sendiri kamu dipakaikan cincin sama Ko Kevin, ngeliat kamu jalan di altar rasanya kayak aku sedang melepas kamu untuk pergi jauh, jauh banget. Pergi yang tidak bisa lagi aku teriakin 'Ci kapan pulang? Cepat pulang!'. Waktu itu aku ga ngerti banget sama suasana hati aku. Bahagia dan hancur di waktu bersamaan tuh ga enak banget ternyata, Ci."

Perih, rasanya seperti ada tangan tak kasat mata meremas ulu hati keduanya.

"Maafin aku, Ge," ucap Shani parau nyaris tak sampai ke telinga Gracia.

"Untuk apa? Bahkan ini di luar kuasa kita, Ci. Ga ada yang salah. Kita hanya perlu berdamai aja kan? Aku seneng ngeliat kehidupan lengkap kamu sekarang. Jangan pernah lagi merasa bersalah untuk Hal-hal yang  justru seharusnya kita syukuri. Apapun yang udah terjadi, yang sedang terjadi, yang akan terjadi, aku tetap sayang kamu. More than best friend, more like sister. Will always be, right?"

Shani menengadahkan kepalanya, meredam air mata yang turun semakin deras. Entah kenapa setiap kata-kata yang keluar dari Gracia rasanya seperti belati yang sengaja ditancapakan ke hatinya.

Lagi-lagi keduanya hening. Hanya ada isakkan, juga dengkuran halus Kenzo menenuhi ruangan.

Smartphone Gracia bergetar.

"Indy udah di loby, Ci. Aku pulang, ya?" pamit Gracia sesaat setelah ia membaca pesan di gawainya. Sementara Shani mencelos, belum mau ditinggalkan.

"Sebentar aku bawa Enzo ke kamar dulu."

•••

Gracia berlutut diantara tempat tidur. "Onty pamit, Sayang ya?" ucap Gracia pada bocah yang masih juga lelap dalam tidurnya. Di sebelahnya, Shani sibuk sekali menyeka air di ujung matanya.

Gracia mendongak ke arah Shani berada

"Yuk?" Ajak Shani selagi berpaling dari Gracia, menyembunyikan tangis itu dari adik kesayangannya.

Lil'sistWhere stories live. Discover now