Bab 1

677K 18.1K 312
                                    

        Upacara pernikahan baru saja selesai dilaksanakan. Karena itu sekarang Azka dan Reya sudah menjadi sepasang suami istri yang sah terikat dalam sebuah ikatan sakral bernama pernikahan.

      Banyak orang yang datang menghadiri upacara pernikahan mereka, namun tidak banyak orang-orang yang dapat menangkap kesedihan di wajah sang mempelai wanita.

     Ialah Reya, wanita itu tidak mampu menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipinya. Sebuah kesedihan ia rasakan tepat di saat upacara pernikahannya. Sebuah pernikahan yang tidak pernah ia inginkan akan berawal seperti ini, menyedihkan dan menyakiti banyak pihak.

      Pernikahan itu berlangsung bukan karena mereka saling mencintai. Pernikahan itu harus terjadi, untuk mempertanggung jawabkan kehidupan yang telah hadir dalam rahim sang wanita.

     Mereka tidak saling mencintai. Mereka juga tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi apalah artinya itu semua jika pada akhirnya takdir mempersatukan mereka dengan cara tak terduga? Tidak seperti pernikahan pada umumnya, bagi mereka ini semua adalah awal dari sebuah rasa sakit.

    "Aku tahu ini berat untukmu dan juga untukku. Bagaimanapun, ini adalah jalan terbaik untuk kita. Setidaknya untuk anak kita." Suara itu milik Azka Dwi Bramadi, sang mempelai pria yang mencoba untuk ikhlas menerima semuanya dengan lapang dada, meski terasa sangat berat untuknya.

    Reya berdiri tepat disamping Azka. Wanita itu terlihat seperti mengabaikan ucapan pria itu. Pria yang kini berada disampingnya itu yang akan mendampinginya seumur hidup, dan seterusnya akan tetap berada disisinya.

    Demi apapun Reya tidak pernah berpikir jika semuanya akan menjadi seperti ini. Ia sama sekali tidak pernah menyangka dirinya akan menikah dengan Azka, pria yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya. Azka, yang awalnya berstatus sebagai calon kakak ipar. Tapi takdir berkata lain. Ia telah menjadi suaminya.

   "Selamat ya Sayang, sekarang kamu sudah jadi seorang istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Bunda harap kamu bahagaia setelah ini." Suara lembut itu milik Wulan, ibunda Reya.

    Wulan menatap Reya dengan tatapan yang menyiratkan kesedihan. Namun ada sedikit kelegaan walau bukan kebahagiaan di mata itu. Ibu mana yang tidak kecewa jika menghadapi situasi seperti ini? Putrinya hamil di luar nikah, di umur semuda ini. Walaupun begitu, Wulan mencoba untuk menyembunyikan kekecewaannya dan berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang.

   "Maafkan Reya, Bunda," ucap Reya lirih.

    Air mata Reya kembali terjatuh karena tidak kuasa menatap kedua bola mata milik bundanya. Ada kekecewaan tersirat dimata itu, Reya bisa melihat dengan jelas. Dan alasan dari kekecewaan itu adalah dirinya sendiri.

   Di umurnya yang baru menginjak 20 tahun, belum pernah Reya melakukan sesuatu yang bisa membuat orang tuanya bangga, namun kenyataan menyentaknya dan membuat Reya menorehkan kekecewaan bagi kedua orang tuanya, terutama bagi sang bunda.

   "Untuk apa minta maaf? Tidak ada yang perlu dimaafkan Reya. Ini semua sudah menjadi jalan hidup kamu, meskipun terasa sangat menyakitkan, JALANILAH!" jawab Wulan dengan lembut disertai usapan tangan di punggung tangan Reya.

   "Tapi Bunda?"

   Wulan tidak ingin melihat anaknya seperti ini, terlihat sedih di acara pernikahannya. Setidaknya ia ingin melihat Reya bahagia, meski pernikahan ini bukan kehendaknya.

  "Apa lagi yang kamu ragukan? Jika Azka adalah alasannya maka kamu tidak perlu ragu lagi sayang. Bunda yakin dia adalah pria yang pantas mendampingi kamu." Wulan meyakinkan Reya untuk memulai semuanya.

Captain, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang