Mata bulat Ruby melirik Jendra yang tengah mengangkat panggilan telpon. Tak lama remaja itu bangkit dan meletakan tubuh Ruby di atas sofa.
Balita itu masih terdiam. Jendra yang hampir keluar mendadak berhenti, ia berbalik dan kembali menggendong tubuh Ruby.
"Ayo main sama Kakak."
Alis Ruby mengkerut. Ia bosan, ia tidak mood, dari pada di tinggal sendirian ya mending nurut ikut si Jendra.
"Eung.."
Langkah lebar Jendra membawa keduanya ke dalam garasi mewah. Jejeran mobil sport ternama berbaris rapih di sana.
"Silpel, Luby mau naik yang silpel."celetuk Ruby tiba-tiba. Ia melepehkan empeng nya, dan menunjuk-nunjuk Lamborghini Aventador berwarna silver dengan list warna hitam mengkilap.
"Bagus, selera mu bagus."kekeh Jendra.
Balita itu tersenyum bangga. Setelah mendapatkan kunci mobil, Jendra segera masuk ke dalam mobil pilihan sang adik.
"Wahh...kelennn!"seru Ruby seraya memegang kemudi. Ya, Jendra akan mengendarai mobil dengan Ruby di pangkuan nya.
Mobil sport itu keluar dari mansion dengan suara deruman yang halus. Tujuan Jendra saat ini adalah markas Red Hunter.
---
"Senjata yang di kirim dari Chicago akan tiba di dermaga malam ini." Cael yang pertama buka suara.
Keempat remaja tampan itu berkumpul di markas guna membahas perihal senjata ilegal yang mereka pesan untuk di gunakan dalam misi.
"Apakah aman?"Sean bertanya karena biasanya Jendra sendiri lah yang pergi dan memilih langsung tanpa memesan.
"Aman. Separuh orang kapal adalah bawahan keluarga Harchie."sahut Jayden seraya melirik Cael. Sedangkan yang di tatap hanya mendengus.
Ruangan hening kembali. Jendra asik menikmati nikotin di sela jemari nya seraya menatap Ruby.
Oh, balita itu tengah nonton film Harry Potter dan duduk tenang di depan komputer milik Cael. Tak lupa pipi merona seperti buah persik nya bergerak menggembung akibat strawberry yang ia makan.
Itu pemberian Jayden.
"Wingaldium laviosa...fiyuhh!"jari gemuk nya menjetik seakan akan memegang tongkat sihir.
"Lumos!!"celetuk Ruby seraya mengangkat tinggi-tinggi tangan nya.
Balita kecil itu tidak tahu jika hal random yang sejak tadi ia lakukan menarik perhatian ke empat pemuda tampan di belakang nya.
Ruby menatap ujung jari nya. "Aneh.."keluh nya.
"Kau yang aneh."
Ucapan Jendra mengagetkan balita itu. "Bagaimana, apakah kau berhasil mengeluarkan cahaya dari jari pendek mu itu hm?"
Ruby menggeleng polos. "Kan Luby bukan ketulunan penyihil."
Jendra terkekeh geli begitu pun dengan teman-teman nya.
"Aku bisa sihir."ujar Jendra dengan wajah serius.
Dengan polos nya Ruby berbalik menghadap sepenuhnya ke arah Jendra mengabaikan film nya.
"Sihil apa?"tanya Ruby penasaran.
"Sihir peninggi badan."jawab Jendra tanpa beban.
Tak tahu kah jika menyangkut tinggi badan adalah hal sensitif bagi Ruby.
Kesal!!!!!
Ruby hanya bisa menggoyang kan kaki nya yang menggantung di atas kursi. "Kakakkk..."rengek nya cemberut.
Jendra tertawa gemas. Sedangkan Cael, Jayden dan Sean memandang tingkah adik dan kakak itu takjub.
Hey, itu Jendra si cowok yang mempunyai tempramen berantakan itu kan?
Melihat nya tertawa dengan bebas seperti ini membuat mereka yakin dengan keberadaan Ruby yang seperti energi.
Ting!
Layar komputer mendadak mati. Mereka serentak mendekat, Cael mengambil alih.
Layar kembali menyala, sederet kode rumit bermunculan di sana. Dengan kecepatan otak dan jari Cael akhirnya kode itu berubah menjadi sebuah pesan.
Donatur utama panti asuhan DREAM LIGHT. Arcgus bannerick.
Sudut bibir Cael terangkat sempurna. Ia mengetik kata 'Kill' lalu membalas pesan pada si pengirim.
Aura mencekam memenuhi ruangan. Ruby menelan ludah gugup seraya memeluk leher Jendra.
Jendra berdehem. "Hei Ruby."panggil nya dengan suara berat.
Ruby mendongak."Eung?"
"Ayo, ini misi pertama mu."lagi-lagi Jendra berbicara tanpa beban. Ketiga teman nya sudah menebak apa yang ada di otak Jendra saat ini.
"Ayo,"jawab nya semangat. Namun tiba-tiba ia terdiam.
"L-luby?"tunjuk nya pada diri sendiri.
Jendra mengangguk dengan wajah tenang. Beda dengan Ruby yang membeku di tempat.
"Oemji papaaaaaa!!!!"batin Ruby.
Tbc
13/08/2024
(Ig: selandromeda)
YOU ARE READING
RUBY ANDROMEDA (TERBIT)
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...
9. Ruby stunting?
Start from the beginning
