9. Ruby stunting?

Start from the beginning
                                        

Ia akan menerima takdir nya sekarang. Menjadi seorang anak dari seorang mafia.

Ya di lihat dari situasi nya, tanpa Orion beritahu pun, Ruby tahu jika dia adalah seorang mafia, mungkin bisa jadi dia ketua nya.

"Papa..."

Ruby memeluk leher Orion, ia menumpahkan tangis nya di sana. Seburuk apapun kejahatan yang di lakukan Orion, dia adalah Papa nya, penyelamat nya.

"L-luby sayang papa..."

Orion tertegun. Ia mendekap tubuh mungil itu erat, seakan-akan mencurahkan semua kasih sayang murni yang ia punya.

"Aku tahu, aku membalasnya. Aku menyayangi mu Ruby, anak ku."

---

Hening.

Semua penghuni mansion terpaku menatap tuan muda mereka yang tengah tertawa.

Remaja arogan yang super pelit ekspresi itu tengah tertawa hanya karena melihat angka hasil pengukur tinggi badan adik nya.

"Hanya 79,2 centimeter? Hei Ruby, kau stunting? Pfttt..."

Ruby, balita imut yang menjadi korban bully kakak nya sendiri itu hanya cemberut seraya memeluk lutut Papa nya, ia menenggelamkan lemak pipi nya di sana.

Orion menghela nafas seraya menepuk puncak kepala Ruby.

Remaja itu masih asik menggoda sang adik. "Hei dengar, kau harus banyak makan dan tidur siang."Jendra meraih Ruby dari kaki Orion.

Balita dengan wajah merah itu melengos enggan menatap wajah tampan kakak nya.

Sakit hati tau!

"Dasar babi bulat."ledek Jendra.

Hati Ruby semakin memanas, sebisa mungkin ia menahan umpatan yang sejak tadi ingin meluap.

Sabar Ruby...!!!!

"Jendra."tegur Orion seraya mendelik ke arah putra nya.

Pria spek hot Daddy itu mendekat dan mencium pipi bulat Ruby. "Papa akan berbicara pada Lexy tentang pola gizi yang bagus untuk mu."

Orion kembali menatap Jendra. "Jaga adik mu dengan benar."datar nya.

"Hm."

Pria itu keluar mansion bersama sang asisten Samuel. Ruby mengedipkan mata nya saat punggung lebar sang Papa sudah tak terlihat.

Ia akhirnya melirik kakak nya yang sejak tadi menggoda dirinya dengan cara menggigit-gigit pipi nya.

"Semua nutrisi tubuh mu ini terkumpulnya di sini."gumam Jendra.

Pipi adiknya memang yang terbaik, seperti layak nya buah persik, ia sungguh ingin memakan nya.

"Kak Jendla ihhhh..."rengek Ruby tak tahan dengan tingkah kakak nya. Ia mendorong jidat Jendra dengan telapak tangan mungil nya.

"Baiklah baiklah."pasrah Jendra seraya menjauhkan wajah nya.

Dengan wajah masam Ruby meraih empeng yang menggantung di leher nya. Mood nya buruk.

RUBY ANDROMEDA (TERBIT)Where stories live. Discover now