Orion mendengus. "Itu milikmu, aku tidak menyimpan nya."dengan gemas ia mencubit pipi Ruby.
Mata Ruby berkaca-kaca. "Papa.."lirih nya.
Pria matang itu menghela nafas, ia menepuk punggung sang anak. "Besok akan ku kalungkan di lehermu."
"Hggg..."
Memasuki kamar Ruby. Orion segera mengobrak-abrik laci yang ada di sana.
"Papa, Kak Jendla manaaa?"
"Anak itu---"
Ruby berkedip menunggu lanjutan ucapan Orion.
"Jadi monster."
"Monstel?"
Orion mengangguk tanpa beban. "Ketemu."
Ia segera meletakan tubuh Ruby di atas ranjang, setelah itu memasukan empeng berwarna biru ke dalam mulut sang anak.
"Tidur lah."
Ruby yang juga sudah menahan kantuk segera terlelap, ia memiringkan tubuh nya memeluk guling bentuk ikan hiu. Merasakan tepukan di bokong nya, bocah itu semakin menyelam ke dalam mimpi nya.
Sudut bibir Orion terangkat. "Jadi besok, mari kita belajar menyusun pola senjata papa."gumam nya dengan suara berat.
---
Tidur Jendra terganggu, ia merasakan sebuah beban ringan menimpa perut nya. Belum lagi ia merasakan rahang nya di tusuk-tusuk oleh tulang kecil milik bayi.
Bayi?
Mata tajam nya segera terbuka, ia di suguhkan dengan pemandangan mata bulat yang jika terus di lihat akan ada kilauan warna biru seperti lautan luas. Mata itu jernih berair.
Satu menit berlalu, Jendra berkedip. Ruby ada di atas nya. Balita itu terdiam menatap ujung alisnya dengan mata berkaca-kaca.
Ah pasti luka semalam.
"Hei."tegur Jendra membuat Ruby tersentak, balita itu reflek melepaskan empeng nya yang sekarang tergantung di leher nya.
"Kakak..."lirih Ruby seraya memeluk leher Jendra erat.
"Monstel...kata papa kak Jendla jadi monstel semalem, hu..uff"
Jendra terkekeh dan menggulingkan tubuh mungil adik nya, hingga membuat Ruby kini berada dipelukan sempurna sang kakak.
"Monster keren bukan."
Ruby menggeleng ribut. "Ga kelennn!"
Jendra semakin di buat gemas oleh tingkah adiknya. Ia menarik selimut ke atas hingga menenggelamkan keduanya.
"Ruby, tapi aku benar monster."ujar Jendra serak.
Deg.
Ruby merinding untuk sesaat. Ia tahu, sangat tahu jika kehidupan keluarga baru nya ini sangat misterius. Aura mereka tidak bisa ia anggap biasa.
Namun apakah benar-benar bisa berubah jadi monster. Itu loh yang seperti di film-film.
"Kakak, apakah monstel belbulu, besal, kuku panjang dan juga belwajah jelek?"
Tuk.
Ah, jidat nya kena korban lagi.
Jendra menyingkap selimut nya kesal. Apa-apaan bayangan di otak bocah itu.
"Singkirkan bayangan jelek itu dari otak kecilmu."dengus nya.
Ruby mengusap jidat nya yang kini sudah memerah.
"Bukan kah itu gambalan monstel, kakak?"
Bukan nya menjawab, Jendra malah mengangkat tubuh Ruby dan membawanya ke depan pintu.
"Pergi mandi!"usir nya, pemuda tampan itu lantas menutup pintu kamarnya meninggalkan Ruby yang tengah berkedip polos.
"Aneh."celetuk nya. Setelah itu ia meraih empeng nya yang tergantung dan memasukan nya ke dalam mulut.
Sekarang waktu nya menganggu Orion. Kaki mungil nya melangkah ke kamar sang papa. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
"PAPA OLIYON!!!"
brak!brak!brak!
Tbc
11/08/2024
(Ig: selandromeda)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA (TERBIT)
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...
8. Ruby x Rubik
Mulai dari awal
