Empat

3 1 0
                                        

Happy Reading...
Vote sebelum baca dan komen setelah baca. Thank you ♥

"Sampah emang." Detik itu juga Adam menghantam sosok yang berdiri dihadapannya.

Pria itu jatuh tersungkur, ia memegang pipinya yang terasa ngilu. Ia menatap Adam kesal.

"Apasih si lo anjing! Ngapain lo nonjok gue tiba-tiba!!"

Tak main-main, Adam kini menginjak kaki pria tersebut hingga mengerang kesakitan.

"Sakit bangsat!" Pekiknya.

"Syifa juga sakit sialan!!" Bentak Adam. Cukup sudah, ia sudah menahan emosinya sedari dulu.

Raka, pria yang dihantam oleh Adam tersenyum remeh. "Oh, alasan lo sampai bertindak gila kayak gini itu karena dia."

Adam mencengkram kerah Raka, "cewek lo hujan-hujanan dan lo malah asyik keluyuran bahkan sampai cek-in dengan cewek lain? Gila lo ya!"

Raka menepis tangan Adam. "Nggak usah ikut campur lo." Ia berdiri menatap Adam sengit.

"Lo itu cuma sahabat yang cintanya di tolak sama Syifa. Jadi mending lo diem."

Raka maju selangkah, "nggak usah ngatur-ngatur gue deh Dam. Kalau lo nggak mau ngelihat hidup Syifa lebih hancur."

Pria itu memungut bajunya, dan kembali menatap Adam. "Jauhin cewek gue, nggak usah sok jadi pahlawan di depan dia. Inget, kehadiran lo nggak bakal buat dia jatuh cinta ke lo Adam."

Syifa mematut dirinya di depan cermin, dirinya terlihat cantik dengan baju crop top, celana kargo andalannya dan rambut panjangnya yang ia ikat dengan gaya pony tail. Ia mengambil tas pemberian Raka setahun silam.

Ia tersenyum, menatap pantulan dirinya. "Syifa, always smile." Setelah mengatakan itu ia keluar dari kamarnya.

"Loh? Abang nggak ke kantor?"

"Nggak, abang baru pulang dinas. Dikasih cuti sama komandan Abang. Lusa baru masuk."

Syifa ber-oh ria. Ia mengambil sepotong sandwich kemudian memakannya.

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian kakak beradik itu. Syifa yang mengenali suara mobil tersebut tersenyum lebar.

"Itu Raka bang. Syifa pamit dulu ya." Gadis itu berlari keluar rumah.

Ia menghampiri mobil Raka dengan senyum lebarnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat Raka tak sendirian.

"Pagi Syif. Mau ke kampus kan?" Sapa seorang gadis yang duduk disamping kemudi.

Syifa tersenyum tipis. "Pagi Mal."

Kemala, gadis yang di perkenalkan Raka setahun lalu sebagai sepupunya.

"Ayo masuk, ngapain bengong."

"Ah, iya."

Syifa masuk ke dalam mobil, dan tak lama mobil melaju keluar dari pekarangan rumahnya.

"Kamu keringetan Ka." Kemala menghapus keringat Raka.

Syifa meremas tangannya, saat Raka meliriknya dari kaca spion.

"Kamu nggak cemburu kan Syif? Aku cuma...."

"Nggak papa." Syifa tersenyum tipis.

Ia menatap punggung Raka. "Ka, lo nggak kerja?" Tanya Syifa. Mencoba mencairkan suasana.

Namun tak ada sahutan dari pria itu, hingga akhirnya Kemala kembali bersuara.

"Raka ambil shift siang Syif. Jadi dia ke kampus dulu."

"Gue nggak nanya sama lo." Ucap Syifa dalam hati. Ia hanya mengangguk.

"Luka kamu gimana?" Kemala memegang pipi Raka.

"Lo luka Rak?"

"Berisik!" Sinis Raka.

Syifa terdiam, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya namun ia menahannya agar tidak terjatuh.

"Gue mau turun." Lirihnya.

"Mau tu...."

"Berhentiin mobilnya! Gue mau turun!"

Detik itu juga Raka menghentikan mobilnya.

"Makasih tumpangannya." Syifa tak menatap Raka maupun Kemala. Ia keluar dari mobil milik Raka.

Gadis itu menatap mobil Raka dengan perasaan sesak.

"Ngapain lo jemput gue kalau lo cuma mau nginjak harga diri gue Rak."

"Sialan."


Syifa keluar dari ruangan dengan perasaan yang berantakan. Sudah telat, dimarahin dosen, mana Mid dadakan. Lengkap sudah penderitaannya hari ini, dan semua ini karena Raka.

"Syif." Suara lembut menyapa indra pendengarannya, namun Syifa tahu siapa pemilik suara ini.

"Maaf ya soal kejadian ta...."

"Nggak papa." Potong Syifa.

"Seka...."

"Udah ya. Gue mau cabut." Syifa melangkah meninggalkan Kemala. Kemala hanya tersenyum tipis sembari memandang punggung Syifa.

"Sialan!" Umpatnya lagi.

Ia menendengan kerikil yang ada dihadapannya dengan perasaan dongkol. Dan tiba-tiba seseorang menahan lengannya.

"Pulang bareng gue."

"Nggak usah." Syifa langsung menepis tangannya.

"Pulang bareng gue Syifa." Tekan pria itu.

"Gue nggak mau Raka." Syifa menatap Raka.

"Kalau gue bilang lo balik sama gue ya balik sama gue!!" Bentak Raka.

"Gue nggak mau Raka! Lo nggak usah maksa!!" Jerit Syifa. Kekesalannya yang ia pendam sedari pagi terlampiaskan sudah.

Tatapan gadis itu berubah, ia memandang sendu pria yang telah menjadi pacarnya selama dua tahun belakang ini.

"Mau lo apa sih ka? Gue tanya mau lo apa!!" Ia memandang Raka yang memilih diam, dan terus menatapnya.

"Lo terkadang buat gue bahagia, namun disaat yang bersamaan lo juga yang bikin gue sakit, sesakit sakitnya!!" Napas Syifa naik turun.

"Kurang gue apa Ka! Apa kekurangan gue sampai lo perlakuin gue kayak sampah! Bajingan!!"

Raka tersenyum miring, "udah ngamuknya?" Ia memegang dagu Syifa, mensejajarkan wajahnya.

"Lo mau tahu kenapa gue bersikap kayak gini? Ini juga karena lo Syif. Lo nggak pernah mau puasin gue, seandainya lo nurut gue nggak bakalan kayak gini ke lo." Ia mendorong pelan dagu Syifa.

Air mata Syifa hampir saja tumpah, namun ia menahannya sekuat tenaga.

"Apa lo cuma mau jadiin gue pelampiasan nafsu Ka? Lo macarin gue cuma karena nafsu? Bukan karena lo beneran suka sama gue?"

"Cewek tolol!" Raka mendorong kening Syifa dengan telunjuknya.

"Karena gue suka sama lo makanya gue nafsu. Tapi lo nggak tahu diri, bukannya lo nurutin kemauan gue, lo malah nyerahin diri lo ke Adam. Pelacur."

"Jaga mulut lo!!" Syifa menatap Raka kecewa.

"Kita putus." Syifa berbalik, hendak pergi namun kembali ditahan oleh Raka.

"Gue nggak mau putus." Tekan Raka.

"Gue mau putus Raka! Lepasin gue!!"

Amarah Raka memuncak, tanpa kasihan ia menjambak rambut Syifa dan mencekik lehernya.

"Sekali lagi lo bilang putus, gue patahin leher lo."



















Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm YoursWhere stories live. Discover now