Berbagai upaya dilakukan. Untuk kembali menegakkan keadilan dan hukum yang berlaku seperti di benaknya selalu gagal dan kandas. Sayangnya, kenyataan berkata bahwa korupsi telah benar-benar mengakar kuat hingga menyusup ke setiap lapisan pemerintahan.

Dalam situasi yang kacau, ia hampir putus asa. Namun, ia harus tetap mengambil keputusan. Dengan berbagai pertimbangan berat, ia dengan tegas memberikan tanggapannya. Sebuah keputusan yang amat drastis dan tak bisa ditebak siapapun.

Presiden melakukan pertemuan rahasia, merumuskan rencana yang hanya bisa diketahui oleh segelintir orang. Pertemuan yang dihadiri oleh para penasehat terdekat dan orang terpercaya saja.

Akhirnya, terciptalah sebuah ide gila. Ide yang terlintas di kepalanya. Ia pun tak lupa memberikan titahnya pada penasehatnya untuk mendirikan sebuah lembaga rahasia yang bertugas membasmi para koruptor tanpa ampun.

Lembaga yang dibuat bernama sandi 'Lembaga Pemuda dan Pemudi'. Lembaga yang berfungsi untuk menyamarkan tujuan pemerintah dari siapapun.

Lembaga ini harus merekrut para anak muda yang baru lulus dari SMA dan SMK. Mereka harus memiliki kartu identitas resmi dari negara.

Anggota lembaga ini dipilih bukan hanya karena mempunyai kecerdasan atau keterampilan fisik, namun karena tingginya rasa setia dan cinta mereka terhadap negara dan kerinduan atas tindakan keadilan.

Rekrutmen anggota 'Lembaga Pemuda Pemudi' dilakukan secara tertutup dan melalui berbagai macam saluran yang tidak mencurigakan. Agar tidak menarik perhatian para setan-setan dari pemerintahannya.

Salah satu anggota rekrutmen lembaga ini adalah seorang gadis yang juga bekerja di minimarket pinggiran kota.

Ia telah selesai menata barang di rak, ia pun berjalan menuju ke kasir.

"Nak, aku ingin membayar semua barang belanjaanku," ucap nenek tadi. "Dan sepertinya pekerjaanmu akan segera datang malam ini, code name Amaryllis."

Gadis muda berkacamata itu terkejut, namun dengan cepat ia merubah wajahnya dengan tersenyum. "Code Name Amaryllis, siap melaksanakan tugas," balasnya dengan nada tegas.

Dengan langkah sangat cepat, gadis itu meninggalkan meja kasir sambil memberi sebuah isyarat pada temannya yang tengah menata minuman di lemari pendingin. Seorang temannya itu pun langsung mengangguk, memahami situasi.

Setelah memastikan tak ada yang memperhatikan, gadis berkacamata itu masuk ke dalam ruangan khusus karyawan.

Di sana gadis itu dengan cepat membuka pintu rahasia bersandi. Pintu bersandi yang hanya diketahui oleh beberapa orang terpilih.

Tanpa lama menunggu, dibalik pintu pun terbuka ruangan kecil yang penuh dengan loker-loker yang berjejer rapi. Ia juga membuka salah satu loker dengan label nama sandinya.

Dengan cermat, ia mengambil perlengkapan seperti kacamata canggih, sepatu berteknologi khusus, seragam dinas serta paling penting baginya, yakni sebuah pistol berdesain elegan namun sangat mematikan.

Dengan cepat, ia mengenakan seragam dinas berwarna hitamnya, mengganti kacamatanya dengan kacamata khusus yang telah disiapkan dan mengganti magasin di pistolnya.

"... sasaran berada di sekitarmu. Jaraknya kira-kira seratus meter, menaiki mobil sedan berwarna hitam dengan pengawalan ketat dari kepolisian."

Suara di earpiece-nya memberikan informasi terbaru padanya.

"Dimengerti, code name Amaryllis, siap melaksanakan tugas," jawabnya tegas.

Ia keluar dari ruangan rahasia itu dengan perlahan. Melalui pintu belakang minimarket, ia melangkah dengan cepat dibalik bayang-bayang malam.

Langkahnya amat cepat dan tanpa terendus, ia menuju gedung yang berada seberang jalan. Dengan membawa kartu identitas khusus, ia bisa bebas keluar masuk ke dalam gedung.

Diam-diam, ia memperhatikan situasi di dalam gedung yang sudah lama kosong, lalu masuk ke lift dan menekan tombol bergambar atap. Begitu tiba, ia bergerak ke pinggir gedung dan memeriksa area sekitar dengan teliti.

Di gelapnya malam, ia telah menemukan sasarannya. Kacamata canggih itu membantunya, meskipun malam hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang redup.

Sementara, sebuah mobil sedan berwarna hitam yang dikawal ketat oleh dua motor polisi. Ia memperhatikan dari jauh, lalu mundur beberapa langkah, melakukan peregangan ringan sambil melompat kecil. Seragamnya berwarna hitam, cepat menyatu dengan gelapnya malam. Hingga dirinya nyaris tidak terlihat.

Ia mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya, kemudian menekan tombol kecil pada kacamata canggihnya, guna mengunci sasaran yang sudah dilacak sebelumnya.

Ketika sedan itu berada di jalan dekat gedung, ia mulai berlari. Perlahan namun pasti, langkahnya semakin cepat hingga tiba waktunya ia melompat dari atap gedung.

Sepatu berteknologi tingginya mampu membantu menyeimbangkan tubuhnya di udara.

Ketika mendarat, sebuah efek es yang keluar dari sepatunya, lalu mengarah ke kedua polisi yang tengah mengawal sasarannya hingga membuat mereka terjatuh dari motor dan tidak sadarkan diri.

Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan pistol.

Dor!

Dor!

Dua tembakan melesat cepat mengarah ke arah mobil sedan yang kini tengah berhenti di depan matanya.

Kedua tembakan berhasil memecahkan kaca depan mobil dan menyebabkan teriakan histeris wanita dari dalam mobil.

Ia perlahan mendekat, memastikan jika sasarannya telah dibersihkan.

"Code name Amaryllis, telah menyelesaikan tugas."

Code Name AmaryllisWhere stories live. Discover now