Kondisi negara semakin gawat di tahun 2050, karena korupsi kembali menjadi perbincangan hangat di media selama beberapa tahun terakhir.
Semakin banyak pejabat yang menguras, mencuri kekayaan negara, tanpa malu. Mereka melakukannya hanya untuk kepentingannya pribadi.
Banyak pula pembangunan di sudut kota yang terhenti, mangkrak tanpa kejelasan. Kota besar dulu selalu diterangi oleh lampu gemerlap, kini tinggal kenangan.
Banyak jalanan rusak, tidak terawat. Jangan lupa, berbagai fasilitas publik ikut terbengkalai dan tak terurus.
Trend baru di tahun 2050, "Korupsi". Hal ini menjadi suatu kebutuhan pokok bagi para penguasa.
Hukum tidak lagi dipakai. Para tikus berdasi kian bebas berkeliaran. Tugas mereka berganti menjadi mudah menghamburkan uang rakyat, untuk berlindung dibalik kekuasaan serta kekayaan yang telah diraup.
Semua kehilangan fungsinya. Seperti Lembaga keadilan, seharusnya menjadi benteng terakhir untuk rakyat bernaung, kini tidak berguna.
Berbagai keputusan pengadilan semakin mudah dibeli dengan harga yang sangat murah, seperti tersangka pembunuhan, ia bisa bebas hanya dengan menyuap para penegak hukum.
Banyak rakyat mendapatkan gaji menengah ke bawah. Mereka seperti sapi perah, bekerja keras memenuhi kantong pejabat yang haus kekayaan.
Negara seakan kembali ke masa penjajahan. Tenaga rakyat dipakai, tanpa upah, melainkan hasil dari kerja keras mereka disedot habis oleh para penguasa.
Fasilitas umum banyak tidak bisa pakai, meskipun mereka selalu membayarkan uang pajak pada pemerintah.
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, namun jalanan utama ibu kota terasa sunyi.
Hujan rintik, membasahi aspal. Banyak orang lebih memilih untuk tetap berdiam diri di dalam rumah.
Lampu jalan yang temaram, berhasil menciptakan suasana yang sangat kelam, ditambah keadaan jalanan yang rusak, memunculkan kesan misterius di malam itu.
Seorang gadis muda berkacamata sibuk menyusun makanan ringan di rak. Ia bekerja di sebuah minimarket yang berada di gang terpencil, di dekat perbatasan ibu kota.
Parasnya cantik mempesona dan ceria, seolah tidak ada hal buruk terjadi di negaranya. Padahal, negaranya tengah dalam situasi genting.
Seorang nenek tua menghampirinya dengan membawa sebungkus makanan ringan berbentuk lonjong, dari arah samping tempatnya berdiri.
"Nak, apakah ada rasa lain dari makanan ringan ini, seperti rasa asin?" tanyanya sambil menunjukkan makanan ringan kepada gadis itu.
Gadis itu tersenyum ramah. "Maaf, Nek. Untuk sementara kami kehabisan stok, sehingga hanya ada rasa original saja."
Nenek itu mengangguk dengan pelan. "Kalau begitu, aku beli satu saja."
Rintik gerimis di malam itu, tak membuat penguasa bermanja di bawah selimut kemudian menutup mata. Mereka melewati malam dengan berpesta pora di balik tembok besar rumah mewah.
Pesta pora digelar meriah dan megah, pesta yang tak pernah berhenti selama mereka berkuasa karena semua dibiayai oleh uang rakyat yang dicuri.
Presiden yang berkuasa adalah seorang yang idealis. Pria yang bermimpi besar, membawa negara kembali ke masa jayanya puluhan tahun lalu.
Sayangnya, kini negara yang dipimpinnya tengah terjebak di dalam lingkaran setan.
Ia dilantik beberapa tahun lalu. Sejak menjabat, ia telah menyatakan perang. Namun, semua hanyalah omong kosong belaka. Karena nahas, semua jajarannya terjerat dalam lingkaran setan, termasuk ajudannya.
BẠN ĐANG ĐỌC
Code Name Amaryllis
Viễn tưởngTahun 2050, keadaan negara tenggelam dalam kegelapan korupsi. Para pejabat dengan tanpa malu-malu menguras kekayaan negara, membuat pembangunan terhenti dan rakyat menderita. Hukum tak lagi berfungsi, dan keadilan hanya menjadi angan-angan bagi mere...
