Mereka sudah sampai ke rumah dengan baju yang sedikit basah akibat air pantai dan sedikit berpasir dengan langkah gontainya Jeno mandi, sebelum ia menyadari sesuatu yang janggal ada jahitan di bagian hati dan belakang punggungnya tepatnya di bagian ginjal Jeno menyentuh jahitan itu dan kembali menangis "jadi itu yang di maksud Daddy dan paman doyoung, bubu kenapa Bubu begini sih" Jeno mengusap matanya kasar
Setelah selesai Jeno mengajak jaehyun dan juga Mark untuk menonton flashdisk yang diberikan doyoung padanya
Isi vidionya
Uhukk uhukk
"Tuan taeyong tidak apa?" Suster itu menatap khawatir ke arah taeyong, taeyong menyunggingkan senyumnya dan menggeleng
"Aku tidak apa tenanglah, biarkan aku memberikan pesan untuk anak dan suamiku, hanya sebentar tolong rekam yah sus" suster itu mengangguk
"Hai kesayangannya bubu, bubu sekarang baik baik aja kok, uhuk uhukkk" taeyong menutup lengannya di depan mulut "aku mau kasih lagu buat kalian, gapapa sus aku bisa nyanyi kok tenang aja" ujar taeyong mencoba meyakinkan sang suster
"Lagu ini buat Mark sama Jeno, kamu jangan cemburu yah Daddy"
Jaehyun menggigit bibir bawahnya mencoba menahan air matanya seraya mengangguk
"Mark, Jeno dengerin bubu nyanyi yah"
Keduanya mengangguk dengan kompak mengisahkan instruksi sang ibu
"Nak, bila suatu saat kau dengarkan lagu ini, dan aku sudah tak ada lagi di sampingmu"
"Bubu emang udah ga ada di samping kita tapi bubu akan selalu ada di hati kita semua" ujar Jeno sambil mengelus dadanya
"Kau akan mengerti, mengapa begitu menyebalkan nya bubu dimatamu"
Jeno seketika teringat beberapa kenangan dimana ia berdebat hebat dengan taeyong yang menasehati nya untuk tidak merokok, untuk tidak minum alkohol Jeno benar benar merasa bersalah begitupun juga Mark,ia merasa gagal menjadi seorang anak dan kakak, jika saja Mark lebih perhatian pada Jeno pasti Jeno tidak akan seperti ini dan membuat bubu mereka harus berkorban
"Nak, bila suatu saat nanti kalian telah hidup sendiri, dan dunia ternyata tak seperti harapanmu, bubu ada di sini menjadi rumah yang selalu menanti kepulanganmu"
Mereka menggeleng, mereka tak lagi bisa melihat bubu hanya tersisa abu nya yang ada di setiap liontin yang mereka kenakan
"Kelak kau akan jadi orang tua seperti bubu, yang ingin anak mu bahagia dengan hidupnya, bila bentakan kecilku patahkan hatimu lebih keras dari itu dunia kan menghakimimu, ku bentuk dirimu menjadi engkau hari ini... Kau harus kuat kau harus hebat anak anak bubu" taeyong mencoba menahan air matanya dan rasa sesak pada hatinya ia tidak boleh pergi tanpa memberikan pesan ia harus bertahan
"Nak, kan tiba waktu kau harus tentukan jalanmu, yang mungkin tak searah dan indah dimataku"
Mark mengingat saat ia memasuki kelas akhir di bangku SMA dimana ia harus mulai menentukan universitas yang di tuju beserta jurusannya ia menentang dengan keras pilihan taeyong dan berakhir dengan memilih jurusan musik yang sangat ia inginkan, awalnya taeyong marah namun ia memberikan nasehat pada Mark dan menyuruh Mark untuk teguh dan percaya pada pilihannya sendiri agar tidak goyah
"Pabila terjadi, berjanjilah kau akan selalu menjadi dirimu sendiri" taeyong mengulurkan jari kelingkingnya seolah menyuruh melakukan pingky promise, Jeno dan Mark memberikan jari kelingkingnya di dekat layar televisi tempat mereka melihat Vidio tersebut dengan sedikit air mata yang entah kenapa terus berjatuhan
VOUS LISEZ
jaeyong oneshoot
Roman d'amourisi dari cerita ini tentang kisah percintaan jaeyong secara singkat, beberapa chapter mungkin bakal sad, jadi selamat menikmati
