i know is late, but i'm sorry

Start from the beginning
                                        

Hari menunjukan pukul 03.00 dini hari taeyong haus ia segera menuju ke dapur entah bagaimana insting ibunya mengatakan jika Jeno pulang dan benar saja Jeno sudah pulang terduduk di sofa dengan keadaan babak belur taeyong yang khawatir berlari menghampiri Jeno "jeno-yaaa kenapa? Ada apa dengan wajahmu" taeyong menutup mulutnya, Jeno berdecak dan menepis lengan taeyong yang hendak menyentuh lukanya "apa perduli mu? Berhentilah mengatur aku juga ingin hidup bebas, bubu terlalu kolot orang tua lain pun membebaskan anaknya melakukan apa yang mereka mau" Jeno menatap tajam taeyong dan melenggang pergi begitu saja

Taeyong merasakan sakit yang begitu mendalam dihatinya ia melahirkan Jeno bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya, ia membesarkan Jeno dengan tangannya sendiri tanpa sedikitpun kekurangan kasih sayang namun kenapa putranya justru mulai terasa jauh darinya

Saat hendak ke atas bisa di lihat jaehyun ada di ambang pintu menunggu taeyong, taeyong segara menghapus air matanya dan mencoba tersenyum "ayo masuk, sudah malam" taeyong menghampiri jaehyun dan menariknya untuk masuk ke kamar "aku tadi mencari mu" taeyong tersenyum dan memeluk suaminya "aku tadi ke dapur aku haus" taeyong mengelus lehernya "kenapa tidak membangunkan ku?" Taeyong menggeleng "itu tidak perlu, aku bisa sendiri" mereka pun melanjutkan tidurnya

Pagi harinya Jeno sudah tidak ada di rumah sepertinya Jeno sudah pergi ke sekolah lebih awal bahkan tanpa sarapan taeyong menghela nafas "Bu, bubu kenapa akhir akhir ini kelihatan murung?" Taeyong menatap Mark dan tersenyum seraya mengelus Surai rambut Mark "bubu tidak apa apa Mark, hanya sedikit lelah" Mark pun menyuruh taeyong untuk duduk "seharusnya Mark banyak membantu bubu, maafin Mark yah bu karena terlalu bergantung sama bubu" taeyong menggeleng "tidak apa Mark bubu senang, ini kan sudah menjadi kewajiban bubu" Mark memeluk taeyong erat ia amat bersyukur memiliki orang tua seperti taeyong

Malam hari tiba di saat semua orang sudah tidur taeyong tetap terjaga tiba tiba ponselnya berdering "ya hallo?"

"Maaf menganggu, sebelumnya maaf jika saya lancang membuka handphone ini"

Taeyong mengerutkan keningnya, kenapa ini bukan suara Jeno taeyong memeriksa kembali namun benar panggilan ini dari Jeno "ya ada apa yah pak?"

"Pemilik handphone ini mengalami kecelakaan, kami sudah membawanya ke rumah sakit, ternyata harus segera di operasi mohon segara untuk datang" 

Taeyong menutup mulutnya air matanya turun begitu saja tanpa berpikir panjang ia pun bergegas pergi dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit namun sialnya mobilnya menabrak membuatnya cedera darah mengucur begitu deras kesadaran taeyong seolah mengatakan untuk pergi menuju Jeno, taeyong pun berusaha keluar dari mobilnya dan meminta bantuan siapapun yang lewat "tolong, tolong bawa aku ke rumah sakit xxx, tolong akuuu" hingga kesadaran taeyong pun hilang

"Dimana aku?" Taeyong mencoba mengadaptasikan matanya dengan cahaya lampu yang terang tangannya sudah di berikan infus dengan kepa yang di perban "Jeno, aku harus mencari Jeno" taeyong bergegas pergi ia menarik paksa selang infusnya ia sudah tak perduli lagi jika tangannya kini sudah mengucur begitu banyak darah, suster mengejar taeyong "tuan, tuan harus beristirahat" taeyong memberontak "aku harus bertemu putraku, dia harus segera di operasi" suster yang tak tega melihat betapa putus asa nya taeyong pun membantu taeyong mencari ruangan Jeno "saya orang tuanya dok"

Dokter itu menyuruh taeyong masuk ke dalam ruangan "pasien Jeno ternyata mengalami masalah pada organ hati dan ginjalnya akibat minuman keras, usianya tergolong muda untuk bisa mencerna alkohol akibatnya organ nya menjadi rusak, rumah sakit kami tidak memiliki pasokan pendonor untuk ginjal dan hati" taeyong tampak berpikir "ambil punya ku saja dok, selamatkan nyawa anakku, dia harus hidup" dokter tersebut menghela nafas dan memberikan secarik kertas persetujuan tindakan operasi "surat ini juga perlu ditanda tangani oleh pihak keluarga anda"

"Apa tidak bisa langsung saja?" Dokter menggeleng taeyong sudah kehilangan handphone nya ia pun meminta tolong dokter untuk menghubungi jaehyun, tanpa menunggu lama jaehyun tiba dengan wajahnya yang berkeringat dan menatap taeyong dengan raut khawatir "kamu kenapa bisa begini sayang? Kamu gapapa?" Jaehyun mengecheck bagian tubuh taeyong "jae kita ga punya waktu banyak jae, Jeno butuh aku" jaehyun mengerutkan keningnya ia bingung jaehyun mengalihkan pandangannya pada dokter dan meminta sedikit penjelasan setelah mendengar penjelasan dokter jaehyun dan Mark menggeleng keras "ga Bu, kenapa harus bubu, kita bisa nunggu pendonor lain Bu" Mark memeluk taeyong sambil menangis

"Boleh yah Daddy, demi Jeno dan demi aku" taeyong mengelus tangan jaehyun mencoba membujuk jaehyun, jaehyun mengalihkan pandangannya ia tak kuasa menahan tangisnya jaehyun pun menandatangani surat persetujuan tersebut taeyong tersenyum senang tanpa ba-bi-bu jaehyun memeluk taeyong begitu erat, ia takut dengan apapun yang terjadi nanti ia takut kehilangan taeyong kehilangan hidupnya

Lampu ruang operasi sudah menyala mereka hanya bisa menunggu Mark menunduk dengan air mata yang terus menetes "Jen, bahkan di waktu waktu bubu kecelakaan bubu masih mikirin lu Jen, bubu masih berkorban buat lu" Mark tertawa sarkas ia tau beberapa kelakuan adiknya yang terkadang suka membentak taeyong orang yang ia jaga perasaannya selama ini orang yang ia hormati selama ini, tapi taeyong selalu tersenyum dan berkata 'tidak apa'

Selang beberapa jam kemudian

"Tuan Jung, operasi nya sudah berhasil" jaehyun dan Mark bernafas Lega "namun kondisi istri tuan sekarang kritis" senyum di bibir jaehyun seketika luntur ia pun segera berlari keruangan tempat taeyong di rawat ada beberapa alat medis yang mengelilingi tubuh taeyong, di samping ranjang tersebut juga ada ranjang Jeno entah Mark tidak benci pada adiknya hanya saja ia kecewa

Beberapa hari kemudian taeyong dinyatakan meninggal dunia akibat beberapa komplikasi dari Operasinya dan ternyata saat kecelakaan taeyong mengalami beberapa pendarahan di otak tentu hal itu sangat membuat Mark dan jaehyun terpukul dengan berat hati mereka pun mengkremasi taeyong dan menatap prosesi pembakaran mayat taeyong jaehyun memeluk Mark yang tidak hentinya menangis ia sedih namun ia berusaha tetap tegar, di sana ada doyoung yang juga menangis ia menepuk pundak jaehyun dan mengungkapkan bela sungkawanya

Abu taeyong mereka simpan di kamar jaehyun menunggu Jeno sadar dan mereka akan menaburkan abunya bersama

Beberapa hari berlalu keadaan Jeno kini mulai membaik, saat bangun hal yang di ucapkan oleh Jeno adalah 'bubu' dengan nafas yang terengah entah jeno berteriak "bubu, Daddy Daddy dimana bubu" Jeno mengais-ngais tangannya berusaha meraih tangan jaehyun "Daddy dimana bubu? Kok diem aja sih" tak mendapatkan jawaban jaehyun Jeno menoleh ke arah Mark "Hyung, bubu dimana Hyung?" Mark juga tak menjawab Jeno menangis "aku mimpi bubu bilang kalo aku harus jaga diri, karena bubu ga akan bisa sama aku lagi tapi hati bubu selalu sama aku, Daddy maksud bubu apa dad?" Jaehyun terdiam dia mulai menghampiri Jeno yang kini sudah menangis ia mengelus kepala putranya

"Jeno-yaaa" ujar jaehyun dengan suara bergetar air mata coba ia tahan agar tidak terjatuh untuk kesekian kalinya "kamu mau ketemu bubu? Kamu mau minta maaf?" Jeno mengangguk cepat "oke kita tanya dokter dulu, apa Jeno boleh pulang sekarang atau tidak"

Dokter mengiyakan karena kondisi Jeno sudah membaik kini mereka bertiga ada di sebuah pantai yang indah di sana juga ada doyoung, taeil dan juga putra mereka renjun Jeno menatap sekitar mencari seseorang "mana bubu Daddy?" Jaehyun menghela nafas "Jeno apapun yang terjadi Jeno selalu ingat, hati bubu ada pada Jeno, sekarang Jeno tutup mata yah" Jeno pun mengikuti instruksi sang ayah

Jeno dapat merasakan tangannya menggenggam sesuatu yang cukup dingin seperti keramik, guci lebih tepatnya saat membuka matanya Jeno tau dengan jelas apa itu namun ia berusaha menyangkalnya "apa ini Daddy?" Jaehyun membuang wajahnya tak dapat menjelaskan, Mark pun maju memeluk guci tersebut "ini bubu Jen, bubu udah ga ada" perkataan Mark membuat Jeno terdiam mencoba mencerna apa yang sudah terjadi Jeno menangis dengan tatapan kosong sambil menggeleng "engga ini bohong kan? Jeno belum minta maaf sama bubu, kenapa bubu pergi?" Jeno meraung menangis yang membuat Mark dan jaehyun tak kuasa menahan air matanya

Dengan berat hati mereka melepas abu taeyong melepaskan kepergian taeyong mereka juga menyimpan sedikit abu milik taeyong untuk di simpan, doyoung menghampiri Jeno dan duduk di sebelah Jeno yang sedang menatap ke arah pantai "jeno-yaaa sejujurnya paman kecewa tapi paman tidak pernah benci, karena paman yakin dengan ketulusan hati taeyong Jeno pasti bisa menjadi lebih baik" doyoung menunjuk ke arah hati Jeno "kamu mau hadiah?" Jeno menatap ke arah doyoung "ini ambilah, ini pesan terakhir dari bubu kalian yang diserahkan perawat pada paman, Jeno yang tegar yah" Jeno menerimanya dengan tangan bergetar, ternyata bubunya sudah menyiapkan sebuah pesan



Bersambung....

jaeyong oneshootWhere stories live. Discover now