"Yuk, kita jalan-jalan sebentar. Udara pagi bagus buat lo sama Avery," kata Nathalen sambil menggenggam tangan Raven erat.
Raven bangkit dengan hati-hati, merasakan pasir lembut di bawah kakinya. Mereka berjalan pelan-pelan, menikmati setiap langkah di pantai yang seolah milik mereka berdua saja. Ombak kecil menyapu kaki mereka, memberikan sensasi sejuk yang menyenangkan.
"Than, gue ga nyangka lo bisa punya pulau pribadi kayak gini. Ini bener-bener kayak mimpi," ucap Raven sambil menatap mata Nathalen penuh kekaguman.
Nathalen tersenyum bangga. "Papa gue emang orang yang luar biasa. Dia tau gimana bikin anaknya bahagia. Dan sekarang, gue pengen bikin lo sama Avery bahagia juga. Gue bakal pastiin semuanya sempurna buat kita."
Mereka terus berjalan, berbicara tentang masa depan, rencana mereka setelah Avery lahir, dan segala hal kecil yang membuat mereka semakin dekat. Di pulau yang penuh keajaiban ini, Nathalen dan Raven menemukan ketenangan yang mereka butuhkan, mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran Avery dengan cinta dan kebahagiaan yang melimpah.
Saat matahari semakin tinggi, mereka kembali ke villa. Nathalen menyiapkan sarapan sederhana, tapi penuh cinta. Pancake dengan sirup maple dan buah-buahan segar, serta jus jeruk yang dingin.
"Ven, duduk sini. Gue udah siapin sarapan. Makan yang banyak ya, buat lo sama Avery," kata Nathalen sambil membawa piring-piring ke meja.
Raven duduk, menghirup aroma pancake yang menggugah selera. "Makasih, Than. Lo emang pacar yang luar biasa."
Nathalen duduk di hadapan Raven, tersenyum lebar. "Apapun buat lo, Ven. Gue bakal selalu ada buat lo sama Avery."
Di pagi yang penuh kehangatan dan cinta itu, mereka berdua menikmati sarapan mereka dengan perasaan yang penuh harapan dan kebahagiaan. Mereka tahu, perjalanan ini baru saja dimulai, dan mereka siap menghadapi setiap tantangan bersama-sama. Di pulau pribadi ini, Nathalen dan Raven menemukan arti sejati dari cinta dan kebersamaan, menantikan hari-hari penuh keajaiban yang akan datang.
๑
๑
๑
๑
Malam pertama di pulau pribadi Nathalen begitu tenang, namun di sisi lain, begitu penuh kecemasan bagi Raven. Setelah seharian menikmati keindahan pulau dan kebersamaan dengan Nathalen, malam itu seharusnya menjadi waktu istirahat yang sempurna. Namun, bagi Raven, rasa khawatir yang tak terelakkan mulai merayapi pikirannya, membuatnya sulit untuk tertidur.
Di dalam villa mewah yang diselimuti keheningan malam, hanya ada suara lembut ombak yang memecah di pantai dan angin yang berhembus melalui dedaunan. Raven berbaring di tempat tidur besar yang nyaman, namun setiap kali ia mencoba memejamkan mata, pikirannya justru semakin aktif. Rasa tidak nyaman di tubuhnya, perut yang semakin besar, dan gerakan aktif Avery di dalam rahim membuatnya merasa gelisah.
Nathalen, yang baru saja selesai mandi, keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Ia melihat Raven yang berbaring dengan mata terbuka lebar, wajahnya penuh kegelisahan.
"Ven, lo belum tidur?" tanya Nathalen dengan suara lembut, mendekati tempat tidur.
Raven menggelengkan kepalanya, menatap Nathalen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Gue ga bisa tidur, Than. Gue ngerasa cemas banget. Takut sama persalinan, takut kalau ada yang ga beres..."
Nathalen duduk di tepi tempat tidur, mengelus pipi Raven dengan lembut. "Hei, semuanya bakal baik-baik aja, Ven. Gue ada di sini buat lo. Kita udah siapin semuanya, dan dokter bilang kondisi lo sama Avery sehat. Coba tenangin diri, ya?"
Raven menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang terus mengganggu. "Gue tau, Than. Tapi kadang pikiran gue ga bisa berhenti mikirin hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Terus perut gue juga ga nyaman banget, Avery kayak ga berhenti gerak-gerak."
#Jaemren (Part. II)
Start from the beginning
