01 ~ First Day ~

182 15 0
                                        

Pagi itu, sinar mentari perlahan menyapa kota Bandung, menerangi jalan-jalan yang masih sepi. Udara pagi terasa segar, dengan embun menyegarkan yang masih terasa di udara. Di sebuah rumah di pinggiran kota, sorang pemuda bangun dari tidurnya dengan perasaan campur aduk. Hari itu adalah hari pertamanya di SMA Tunas Harapan, dan kegugupan mulai melanda pikirannya.

"Dhipaa!! sarapan udah siap nih sayang"

"iya bun!" jawab pemuda itu dari balik pintu kamarnya.

Dhipa adalah remaja laki-laki yang tampaknya tenang dari luar, dengan rambut hitamnya yang rapi dan mata yang tajam. Ia dikenal dengan sifatnya yang cenderung dingin pada orang-orang disekitarnya. Dhipa memastikan penampilannya sempurna di depan cermin, memastikan seragam sekolahnya terlihat rapi dan tasnya tidak ketinggalan apa-apa.

Dhipa pun turun keruang makan yang langsung disambut oleh aroma sarapan pagi yang menggoda bersama bunda dan teteh yang sudah menunggu.

"Selamat pagi, sayang! Gimana perasaannya hari ini?" tanya bunda dengan semangat.

Dhipa menggeliatkan bahunya dengan sedikit gugup, "Hari pertama di SMA nih, bun. Dhipa agak grogi."

Kakak perempuan yang biasa dipanggil teteh oleh Dhipa, dengan nada ejek yang ringan, menambahkan, "Hati-hati ya, jangan sampai nyasar di sekolah baru. Nanti malu."

Dhipa tersenyum tipis, mencoba membalas candaan kakaknya, "Iya teh, nanti Dhipa coba hati-hati."

Teteh pun tertawa "Apaan sih, kok jadi serius gitu. Pasti udah deg-degan banget kan?"

Dhipa mencoba bercanda "Iya nih, teh. Emangnya waktu teteh pertama kali masuk SMA gimana?"

Teteh pun tertawa lagi "Waktu itu sih teteh jago ngajak kenalan orang-orang, ga kaya kamu Dhip yang masih kaku, ketemu tamu di rumah sendiri aja nggak berani."

"Ya ampun, jangan bercanda terus" Ucap Bunda mencoba menghentikan ejekan sang teteh kepada si adik

"Pasti bisa, sayang. Jaga kesehatan dan jangan lupa senyum, kalo anak bunda senyum pasti banyak anak-anak yang mau kenalan sama kamu." kata Bunda pada Dhipa yang sudah tahu sifat anak bungsunya itu.

Dengan dukungan dari bunda dan candaan ringan dari tetehnya, Dhipa merasa sedikit lebih tenang menjelang perjalanan baru di SMA. Meskipun awalnya ada sedikit ejekan dari kakaknya, itu hanya menambah kehangatan di antara mereka sebelum Dhipa memulai petualangannya yang baru.

~

Hari pertama Dhipa di SMA Tunas Harapan dimulai dengan kegugupan yang tak tertahankan. Teteh, mengambil inisiatif untuk mengantar Dhipa sampai ke gerbang sekolah. Mereka berdua naik motor, dengan Teteh yang mengendarai motor dengan penuh semangat dan Dhipa duduk di belakang, mencoba untuk tetap tenang karena dhipa belum pernah dibonceng sama sekali oleh teteh, biasanya sih dhipa dianter sama kakak laki-lakinya yang biasanya dipanggil Aa. tapi karna si Aa udah berangkat duluan karna ada acara di kampus, jadi mau tidak mau dhipa harus mau diantar sama teteh. Teteh dan dhipa pun berangkat dengan hati-hati meskipun jalanan yang biasanya lenggang kini dipenuhi kendaraan.

Di tengah kemacetan yang mengular panjang, Teteh pun mencoba menghibur Dhipa dengan candaan dan cerita-cerita lucu.

Teteh dengan nada santai "Eh, Dhip, kamu kok nervous banget sih? Tenang aja, nanti semua bakal baik-baik aja kok." kata teteh yang melihat wajah dhipa yang sudah nggak karuan lewat kaca spionnya

Dhipa, dengan senyum yang coba dipaksakan "Iya nih, Teteh. Tadi di rumah udah deg-degan banget, nggak tau kenapa.."

Teteh, sambil menggelengkan kepala "Nggak usah nervous-nervous gitu. Kamu kan udah siap dari tadi, rambutnya disisir rapi, bawaannya tas juga udah dicek berkali-kali."

Twenty For Seven With Us - TWSWhere stories live. Discover now