2

6 1 0
                                        

"Mengenai tenang dan damai nya dunia adalah melihatmu tersenyum" Januar Adjie Bimasena

_______








Candaan teman temannya tak membuat Janu teralihkan dari senyum Nalin sore itu. Setelah pulang mengantar Nalin, Ia sepertinya tak bisa lepas sedikit dari ingatan tadi sore bersama Nalin.

Nalin, hujan, dan senyum ingatkan Janu agar tak gila karena ini.

"Janu kesurupan!!!"

"Ram, Lo bantu yasinin Janu, temen Lo dari tadi senyum mulu!!!" Gio menepuk nepuk kepala Janu sambil memanggil teman temannya, mereka ber empat berada di kamar Janu, Berhubung orangtua Janu sedang liburan, jadi mereka inisiatif menemani sohibnya itu.

Janu mendorong Gio yang ada di atasnya, matanya berputar malas melihat temannya.
"Minggir Lo, ganggu aja" gerutunya kesal

"Paling juga ga jauh jauh dari Nalin" sahut Rama yang sedang main PS bersama Gema.

"Bucin elit, pacarin sulit"

"Sialan" bantal empuk sudah mendarat di kepala Rama dengan cantiknya.

"Lo sih Jan, senyum senyum sambil merem. Gue kan jadi ngeri "

Janu kini membuka ponselnya entah membuka apa "Lo nya aja yang penakut" sahut nya

"Katanya ada camping bulan depan, bareng kelas 11 juga" Gio memulai obrolan

"Kata siapa Lo"

"Tetangga gue udah koar koar, sampe panas telinga Gue dengernya" Gio jadi ngeri melihat tadi Salwa sudah standby di rumahnya, suara cetarnya menggelora seisi rumah.

"Yang suka bawa kipas itu Gi?" Gema bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

"IYAA BENER, Buset Gue ga tau Tante ana yang anggun gitu bisa punya anak kaya macan"

"Ahahaha, macan siap menerkam Abang Gio, rawrr" Kini giliran tawa Janu yang menggema.

"Diem Lo"

Janu menatap langit langit kamarnya, hanya melihat senyum Nalin saja dirinya sudah lega.

Cewe dengan rambut sebahu dan sedikit poni di depannya itu selalu menarik perhatian Janu, entah dengan tutur katanya atau senyumnya yang selalu istimewa.

"Gimana Jan, udah deketin neng cantik belom"

"Masih di usahakan, kenyamanan adalah yang utama" jawab Janu seadanya

🪐

"Wa, jadi menurut Lo gimana?" tanya Nalin lewat via telfon.

"Ya pake hadiah kecil gitu gapapa Lin, sambil modus sama orang ganteng hehehe"

Nalin berdecak, tangannya yang sedang menggosok jaket Janu terhenti. "Iya, kalo kata bunda sebagai ucapan terimakasih"

"Iya, lagian kalo gue jadi Lo nih, sekalian selipin surat cinta di sakunya"

"Idihh, apa banget Lo, Wa" Nalin melihat layar ponselnya, tawa Salwa terdengar renyah sekali.

Nalin melanjutkan pekerjaan nya setelah selesai menelfon Wawa, dirinya lanjut membuka tugas harian yang di berikan Bu Siska Minggu lalu.

Nalin bukan siswa yang rajin nugas, seperti sekarang ini dia mengerjakan tugas yang deadline nya besok, padahal Minggu lalu tugas ini di berikan.

Tak apa, yang penting di kerjakan meski keteteran pun Gwencanaaa yorebun.

Cklekk

Suara pintu terbuka terdengar, Nalin menoleh mendapati Bundanya masuk.

"Alin lagi belajar ya? Semangat belajarnya, Nak"

Pancawarna Where stories live. Discover now