Part 9 - Untraceable Affection

78 9 6
                                        

Incheon, Desember 2023

Udara dingin Desember menyambut langkah mereka keluar dari gate Bandara Incheon. Rose menarik hoodie parka-nya lebih rapat sambil menyeret koper kecil di belakang. Di sebelahnya, Jaehyun berjalan pelan, tangan satu masuk ke saku, satu lagi menarik koper berat dengan enggan.

Mereka belum banyak bicara sejak pesawat mendarat. Tapi hening di antara mereka bukan lagi hal yang asing—justru terasa nyaman, seperti jeda yang tak butuh penjelasan.

Jaehyun mengeluarkan ponsel dari saku coat-nya, melirik layar sebentar, lalu menjauh beberapa langkah ke sisi trotoar yang lebih sepi.

"Hey," katanya pelan, begitu sambungan tersambung.

Suara di seberang terdengar ringan, hangat. "How was Jeju? You disappeared again. I was thinking to visit over the holidays."

"Jeju was fine," jawab Jaehyun, singkat. Matanya sesekali melirik ke arah Rose yang sedang sibuk memperbaiki posisi hoodie-nya. "You'd like the sky this week. Bersih. Dingin."

"Wish I was there with you."

Jaehyun tidak langsung menjawab. Udara dingin membuat suaranya semakin berat.

"Maybe next time," katanya pelan.

Lalu, setelah jeda yang terlalu panjang untuk disebut jeda biasa, ia menambahkan, hampir tak terdengar, "Mi sei mancato anch'io.*"

Ia memutus sambungan tanpa ekspresi berlebih, lalu kembali berdiri di samping Rose seolah tidak pernah ada jeda. Rose tidak tahu apa arti kalimat terakhir pria itu. Tapi rasanya seperti kehilangan yang belum sempat dikenali. Ia memeluk tubuhnya dengan kedua lengan. "Kamu—langsung ke kementerian?"

Jaehyun mengangguk. "Kamu?"

"Ke kantorku. Briefing."

Jaehyun melirik ke arahnya, singkat tapi dalam. "Jangan bilang apa pun soal... yang kita obrolin kemarin."

"Aku tahu batasnya, Jaehyun."

Mereka sudah hampir mencapai pintu keluar saat klakson pendek memotong udara pagi. Sebuah sedan hitam menggeser masuk ke bahu jalan depan mereka. Kaca depan pelan-pelan turun, memperlihatkan wajah yang tidak asing.

Song Kang.

"Welcome back, Lee Jiho-ssi."

Rose membeku sejenak. "Kang-nim?"

Kang keluar dari mobil, mantel panjangnya berkibar ditiup angin. Wajahnya tenang, senyumnya seperti biasa—ramah, sopan, dan entah kenapa bikin jantung Rose mencelos.

"Surprise. Kukira kamu akan pulang malam ini."

Jaehyun memicingkan mata, wajahnya langsung berubah. "Lucu juga kamu bisa tahu flight-nya."

Kang menjawab ringan, "Ada orang GA yang bilang stafnya ambil cuti setelah kerja lapangan ke Jeju. Kupikir pantas disambut langsung."

Rose memberi senyum canggung. "Kebetulan sekali, ya."

Kang menatap koper Jaehyun. "Kamu juga bareng?"

"Is that a problem?" Nada Jaehyun datar, dingin.

Kang mengangkat alis, seolah heran dengan nada itu. "Bukan. Aku cuma penasaran... apakah staf kementerian sekarang sudah boleh trip bersama tanpa surat tugas?"

Jaehyun tertawa kecil—kering. "Kau punya banyak waktu untuk urus itinerary orang lain ya, Kang?"

Rose cepat-cepat menyela, "Kang-nim, terima kasih sudah repot-repot. Tapi sebenarnya aku bisa naik taksi."

Bootless ErrandWhere stories live. Discover now