Langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan "GENERAL AFFAIRS." Plakat akrilik itu menggantung miring, sekrupnya nyaris copot di salah satu sisi. Sedikit detail semacam itu mencerminkan banyak hal—tentang tempat ini, tentang orang-orang di dalamnya.
"Ini ruangnya," ujar petugas kepegawaian yang mengantarnya. Ia mengetuk dua kali sebelum langsung membuka pintu tanpa menunggu respons. "Selamat pagi. Ini pegawai baru untuk proyek digitalisasi arsip. Statusnya masih magang."
Suara obrolan yang tadi terdengar hidup segera meredup. Beberapa kepala menoleh dari balik partisi. Sebagian hanya melirik sebelum kembali menatap layar.
Seorang perempuan berdiri dari kursinya. Wajahnya terlihat ramah tapi tajam. Rambut diikat rapi, bajunya simpel tapi bersih. Dia mengangguk ringan.
"Lee Jiho, ya?" suaranya tenang, nyaris profesional.
Jiho—atau Rose, seperti nama aslinya yang harus ia kubur—membalas anggukan. "Iya, senang bertemu kalian."
"Yoona, kamu yang bimbing," ujar petugas HR, menyerahkan map kuning berisi ID card sementara sebelum berlalu, meninggalkan ruangan tanpa basa-basi.
Yoona memberi isyarat agar Jiho mendekat. "Aku Im Yoona. Ini tim GA. Di sana Bora, Eunha, Woojae, Ukhui." Ia menunjuk satu per satu, sesuai posisi meja mereka.
Dua pria langsung menyambut. Yang pertama, berkemeja lengan pendek dan wajah percaya diri, bangkit dari kursinya. "Akhirnya ada anak magang yang nggak bikin bosan dilihat," katanya, setengah bercanda.
"Woojae," katanya memperkenalkan diri, sebelum menunjuk pria lain di sebelahnya, "dan ini Ukhui."
Ukhui hanya tersenyum kecil, tapi matanya menelusuri Jiho dari ujung rambut ke sepatu.
Dia membalas sapaan mereka dengan senyum sopan. Senyum yang dilatih, ditakar, cukup untuk menenangkan suasana tapi tidak mengundang.
"Dia cewek. Jangan pikir bisa disuruh-suruh sembarangan kayak anak baru cowok," celetuk Bora dari balik monitornya. Nada suaranya setengah sarkastik, tapi tak sepenuhnya bersifat menyerang.
"Aku suka disuruh-suruh, kok. Asal yang nyuruh cantik," sahut Woojae, membuat Yoona melotot tajam.
"Woojae, satu kata lagi, dan kamu isi form lembur tiga halaman hari ini juga."
Suasana seketika hening. Eunha, yang sedari tadi sibuk menstapler berkas, tertawa pelan.
Yoona menoleh pada Jiho. "Kamu duduk di sini dulu. Meja kosong ini, samping printer. Hari ini kita mulai dari arsip pengadaan dua tahun terakhir. Sistemnya masih setengah manual, jadi kamu harus sabar."
Jiho mengangguk, lalu membuka tas. Ia mengeluarkan laptop, binder kosong, dan bolpoin. Gerakannya tenang, hampir tanpa suara. Tapi dari balik layar monitor, matanya terus mengamati.
Jumlah printer. Posisi lemari dokumen. Jenis kabel yang digunakan. Orang-orang yang sibuk sendiri, dan orang-orang yang hanya pura-pura sibuk. Siapa yang paling banyak bicara—dan siapa yang diam tapi memperhatikan semuanya.
Ia login ke sistem pakai akun pegawai sementara. Aksesnya terbatas. Tidak bisa membuka banyak, tapi cukup untuk tahu bahwa departemen ini berantakan. Dan itu mungkin akan bekerja di pihaknya.
Dari layar monitor, ia bisa melihat bayangan samar wajahnya. Rambut barunya—pendek, ringan, asing—menyisakan ruang hampa di tengkuk dan dahi. Ia belum terbiasa. Tapi tak ada waktu untuk meratapi perubahan.
Di tempat asing ini, dengan nama baru dan identitas sementara, Lee Jiho resmi mulai menjalankan misinya.
***
YOU ARE READING
Bootless Errand
FanfictionMoon Jaehyun, Senior Researcher yang dikenal berintegritas, kehilangan peluang besar menjadi Staf Ahli Kementerian karena rumor yang tak pernah ia klarifikasi - tentang hal yang seharusnya tak jadi syarat apapun. Di tengah dunia politik yang penuh i...
