Suara klakson kendaraan bersahutan tanpa ada yang mau mengalah menjadi hal umrah yang terjadi hampir setiap hari sepanjang tahun. Dion menghela napas. Suara klakson berbagai macam kendaraan itu bergema berulang bak kaset rusak dalam kepalanya.
Bagaimana jika seluruh kendaraan berisik ini mendadak menghilang?
Akankah semuanya akan jadi lebih damai?
Ia mengusap lengan yang terasa dingin tersapu semilir angin sore. Mata bernetra gelap yang semula memandangi lalu-lalang kapal dan perahu yang mengapung di sungai berpindah menatap sosok berambut panjang di sampingnya yang tidak mengalihkan pandangan dari air sungai.
"Ngapain natap sungai? Bayangan lo juga nggak bakal keliatan," ujar Dion polos. Ia tidak bermaksud sarkas, memang air sungai Musi keruh, bayangan kita tidak akan terlihat.
"Gue juga nggak berharap bisa liat bayangan gue. Gue lagi mikir."
"Kalo kita jatuh dari jembatan ini, kira-kira apa yang bakal terjadi ya? Lo pernah mikir gitu nggak, Na?"
"Lo mati. Apalagi menurut lo?" Kadang Regina tidak habis pikir dengan pertanyaan Dion.
"Lo pernah nyoba buat lompat dari sini?"
Regina menggeleng. "Gue males. Nanti orang-orang pada naruh bunga di sini biar arwah gue tenang, Terus gue masuk ke Harian Pagi Sumatera Ekspres. Cih, buat apa jadi terkenal setelah gue hampir mati."
Ia memutar tubuh menghadap ke arah Dion. "Tapi Yon, tinggi jembatan ini 11,5 meter. Kalo elo yang jatuh, mungkin lo mati. Tapi gue, enggak. Gue kayaknya nggak akan mati semudah itu."
Dion menatap Regina waspada.
"Tapi mau coba nggak? Siapa tahu gue mati." Regina tersenyum aneh.
Mata Dion seketika melebar. Saat melihat kaki Regina naik ke pembatas jembatan.
"Regina, istigfar, Na!"
Lampung Selatan, 20 Juni 2024
YOU ARE READING
Finding Recipe
Fantasy"Kesialan adalah penyakit. Jadi harus disingkirin." Dalam upaya Dion untuk pulih dari patah hati dan kemalangan berturut-turut yang menimpa hidupnya, pemuda itu bertemu dengan Regina, cucu pemilik toko obat "Pasti Manjur" yang menawarkan resep ramu...
